Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Dampak Pemekaran Wilayah terhadap Kapasitas Daerah 1. Pertumbuhan Kapasitas Fiskal Daerah

104 Setelah pemekaran, sektor transportasi dan komunikasi menyumbang Rp.12.763,76 juta 0,78 pada Tahun 2003 dan Rp.17.254,15 juta 1,06 pada Tahun 2007 di Kabupaten Sorong. Sementara di Kabupaten Raja Ampat, pada Tahun 2003 sektor ini menyumbang Rp.9.274,70 juta 5,09 dan pertumbuhannya menurun menjadi Rp.5.269,10 juta 1,00. Penurunan ini terjadi akibat dari hilangnya nilai tambah subsektor angkutan udara, sebagai akibat dipindahkannya bandar udara Yefman ke Kota Sorong pada Tahun 2005.

h. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sektor yang meliputi kegiatan bank, keuangan bukan bank, sewa bangunan dan jasa perusahaan ini, menyumbang Rp.4.633,54 juta 0,81 pada Tahun 1997 dan berkembang hingga Tahun 1998 sebesar 0,57, namun karena pengaruh krisis ekonomi yang terjadi pada Tahun 1998 menyebabkan penurunan sektor ini dari Tahun 1999 hingga 2002 dengan rata-rata laju negatif sebesar -27,71 Gambar 18. Setelah pemekaran, sektor ini tumbuh secara positif, di Kabupaten Sorong pada Tahun 2003 dengan menyumbang PDRB sebesar Rp.1.980,15 juta 0,12 dan terus tumbuh hingga mencapai Rp.2.834,85 juta 0,17 pada Tahun 2007. sementara di Kabupaten Raja Ampat, sektor ini menyumbang Rp.442,54 juta 0,24 pada Tahun 2003 dan Rp.535,15 juta 0,10 pada Tahun 2007. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun Rp J u ta Sorong Raja Ampat Gambar 18. PDRB sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Kabupaten Sorong dan Raja Ampat berdasar harga konstan 1993 dan 2000 sebelum dan setelah pemekaran 105

i. Sektor Jasa-Jasa

Sektor jasa-jasa mencakup jasa pemerintahan umum, jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi, jasa perseorangan dan rumah tangga. Sektor ini menyumbang Rp.28.154,67 juta 4,92 pada Tahun 1997 dan tumbuh terus hingga Tahun 1999 dengan proporsi 7,49, namun tumbuh negatif dengan laju -10,80 pada Tahun 2000, kemudian kembali tumbuh positif hingga Tahun 2002. Setelah pemekaran, sektor ini menyumbang Rp.101.280,87 juta 6,22 pada Tahun 2003, namun tumbuh dengan negatif sebesar -8,18 pada Tahun 2004 di Kabupaten Sorong, kemudian kembali tumbuh secara positif hingga Tahun 2007 dengan rata-rata laju mencapai 11,94. Sedangkan di Kabupaten Raja Ampat, sektor ini menyumbang Rp.5.757,65 juta 3,13 pada Tahun 2003 dan Rp.22.120,31 juta 4,18 pada Tahun 2007 Gambar 19. 15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun R p J ut a Sorong Raja Ampat Gambar 19. PDRB sektor jasa-jasa Kabupaten Sorong dan Raja Ampat berdasar harga konstan 1993 dan 2000 sebelum dan setelah pemekaran

5.2.2. Perkembangan Struktur Ekonomi Wilayah

Nilai Indeks Diversitas Entropi IDE PDRB mencerminkan tingkat perkembangan sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Sorong dan Raja Ampat saat sebelum dan setelah dimekarkan. Perhitungan Indeks Diversitas Entropi IDE PDRB Kabupaten Sorong dan Raja Ampat dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 12 Nilai IDE Kabupaten Sorong sebelum dimekarkan meningkat pada Tahun 1997 106 dan 1999, namun menurun pada Tahun 1998 karena terjadinya krisis ekonomi, dan juga menurun pada Tahun 2000, kemudian cenderung meningkat sampai terjadi pemekaran Tabel 20. Tabel 20. Nilai Indeks Diversitas Entropi IDE PDRB Kabupaten Sorong dan Raja Ampat sebelum dan setelah pemekaran Kab. Nilai IDE PDRB Sebelum Pemekaran Setelah Pemekaran 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Sorong 1,40 1,18 1,40 1,15 1,17 1,21 1,23 1,26 1,40 1,41 1,43 Raja Ampat 0,69 0,75 0,96 1,02 1,06 Sumber : Data diolah 2008 Krisis ekonomi telah menggeser proporsi relatif sektor-sektor dengan menurunkan secara nyata proporsi aktivitas sektor pertanian, pengangkutan dan komunikasi serta keuangan, persewaan dan jasa perusahaan Setelah pemekaran, terlihat adanya perkembangan masing-masing sektor di Kabupaten Sorong. Sektor pertanian, industri pengolahan, bangunan dan konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran serta pengangkutan dan komunikasi. Tingkat perkembangan nilai IDE Kabupaten Sorong dan Raja Ampat sebelum dan setelah pemekaran dapat dilihat pada Gambar 20 di bawah ini. 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 20 05 20 06 20 07 Sebelum Setelah Tahun N ila i ID E P D R B Sorong Raja Ampat Gambar 20. Tingkat perkembangan nilai IDE PDRB Kabupaten Sorong dan Raja Ampat sebelum dan setelah pemekaran 107 Sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Raja Ampat diawal pemekaran menunjukkan tingkat perkembangan yang lebih rendah dibanding sebelum pemekaran. Hal ini disebabkan dominasi sektor pertanian terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya. Namun pada Tahun 2007 mulai terjadi perkembangan terlihat meningkatnya nilai IDE dari 0,69 menjadi 1,06. Secara umum pendekatan nilai IDE, menunjukkan adanya kecenderungan arah positif perkembangan sektor- sektor ekonomi di Sorong dan Raja Ampat setelah terjadinya pemekaran wilayah. Jika ditilik dari teori klasik, dimana peran pemerintah diharapkan sekecil mungkin, agar pasar yang mendistribusikan potensi-potensi ekonomi, Tarigan 2005 disita Agusniar 2006 menyarankan agar pemerintah daerah memberikan kebebasan kepada setiap orangbadan untuk berusaha pada lokasi yang diperkenankan; tidak mengeluarkan peraturan yang menghambat pergerakan orang dan barang; tidak membuat tarif pajak daerah lebih tinggi dari daerah lain sehingga pengusaha enggan berusaha di daerah tersebut; menjaga keamanan dan ketertiban; menyediakan berbagai fasilitas dan prasarana sehingga pengusaha dapat beroperasi dengan efisien serta tidak membuat prosedur penanaman modal yang rumit; berusaha menciptakan iklim usaha yang kondusif sehingga investor tertarik menanamkan modalnya di wilayah tersebut. Modal pertumbuhan klasik akan berjalan jika asumsi pasar sempurna dapat terpenuhi, terutama terkait kesempurnaan akses terhadap informasi. Namun demikian, Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat melalui kewenangannya diharapkan mampu memberi arah menuju pada kondisi pasar sempurna, seperti mencegah adanya monopoli maupun monopsoni serta menjamin informasi yang mudah diakses bagi seluruh masyarakat. 5.3. Dampak Pemekaran Wilayah terhadap Kapasitas Daerah 5.3.1. Pertumbuhan Kapasitas Fiskal Daerah Kapasitas fiskal daerah didekati dari data penerimaan daerah APBD yang meliputi Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana Perimbangan dan lain-lain penerimaan yang sah. Data realisasi penerimaan dan pengeluaran pemerintah Kabupaten Sorong Tahun Anggaran 1998-2007 dan Kabupaten Raja Ampat Tahun Anggaran 2004-2007 dapat dilihat pada Lampiran 13 dan 14. Angka-angka 108 ini merupakan cerminan atas kemampuan pemerintah daerah Kabupaten Sorong dan Raja Ampat dalam memanfaatkan potensi di daerahnya. Proporsi dan Laju Pendapatan Daerah Kabupaten Sorong Tahun 1998-2007 dan Kabupaten Raja Ampat 2004-2007 dapat dilihat pada Gambar 21 dan Lampiran 15 dan 16 . Sebelum pemekaran, pendapatan daerah Kabupaten Sorong tumbuh positif dengan rata-rata laju mencapai 38,03 dari Rp.92.120.624.960; milyar pada Tahun 1998 menjadi Rp.343.764.504.000; milyar pada Tahun 2002 Tabel 21. Berdasar angka rata-rata, unsur dana perimbangan memiliki proporsi yang lebih besar yaitu Rp.160.730,84 milyar per tahun 93,06 di Kabupaten Sorong, bila dibandingkan dengan penerimaan pendapatan lainnya. Sebelum pemekaran proporsi penerimaan dana perimbangan terbesar yaitu Rp.280.064,50 milyar 81,47 pada Tahun 2002. Hal ini mengindikasikan tingginya ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat. Disatu sisi, PAD Kabupaten Sorong terus tumbuh positif sebelum pemekaran dengan laju rata-rata mencapai 37,54, namun secara proporsi relatif masih kecil bila dibandingkan penerimaan dari dana perimbangan yang mencapai laju rata-rata sebesar 41,86. Setelah pemekaran, dana perimbangan terus tumbuh pesat sebagai unsur penerimaan daerah Kabupaten Sorong maupun Kabupaten Raja Ampat. Sementara PAD sebagai cerminan kemampuan aparat pemerintah daerah yang bersangkutan di dalam memanfaatkan potensi daerahnya, terlihat pertumbuhan yang cukup signifikan dibanding sebelum pemekaran Kabupaten Sorong. Data sebelum pemekaran, rata-rata penerimaan lain-lain di Kabupaten Sorong mencapai Rp.26.510,42 milyar 3,34 dari total penerimaan selama Periode 1998-2002. Sementara PAD, dari proporsi masih relatif kecil, namun secara nominal rata-rata tumbuh positif. Hal ini mengindikasikan masih belum terlihatnya hasil upaya pemerintah daerah di dalam memanfaatkan potensi melalui usaha nyata. 109 Tabel 21. Kapasitas fiskal daerah Kabupaten Sorong dan Raja Ampat sebelum dan setelah pemekaran Tahun Kabupaten Sorong Juta Kabupaten Raja Ampat Juta PAD Dana Perimbangan Penerimaan lain- lain sah Jumlah Rp Juta PAD Dana Perimbangan Penerimaan lain- lain sah Jumlah Rp Juta Rp Juta Rp Juta Rp Juta Rp Juta Rp Juta Rp Juta 1998 4.514,71 4,91 87.605,91 95,09 - 0 92.120,62 1999 2.948,85 3,73 74.916,80 94,64 1.292,64 1,63 79.158.30 2000 4.079,79 3,52 111.866,86 96,48 - 0 115.946,65 2001 6.010,44 2,35 249.200,13 97,64 - 0 255.210,58 2002 11.971,78 3,48 280.064,50 81,47 51.728,21 15,05 343.764,50 Rata 2 5.905,11 3,59 160.730,84 93,06 26.510,42 3,34 161.408,47 Laju 37,54 41,86 - 38,03 2003 6.721,78 1,75 312.385,00 81,47 64.293,69 16,77 383.400,48 - - - - - - - 2004 15.625,79 6,62 219.207,28 92,86 1.220,55 0,52 236.053,62 3.571,51 5,99 55.107,70 92,42 946,00 1,59 59.625,21 2005 6.382,35 1,91 316.095,52 94,41 12.315,00 3,68 334.792,87 1.874,50 1,24 135.861,00 90,12 13.015,61 8,64 150.751,11 2006 6.016,28 1,11 536.244,70 98,41 2.626,00 0,48 544.885,99 3.365,52 0,86 379.358,86 97,46 6.520,97 1,67 389.245,36 2007 8.669,53 1,44 561.147,75 93,06 33.158,90 5,50 602.976,18 3.678,26 0,80 450.610,91 98,33 4.000,00 0,87 458.289,17 Rata 2 8.683,15 2,56 389.016,05 92,04 22.722,83 5,39 420.421,83 3.122,45 2,22 255.234,62 94,58 6.120,64 3,19 264.477,71 Laju 13,56 20,04 383,84 17,67 13,77 114,85 395,77 109,58 Sumber : BPS dan Bagian Keuangan Bupati Sorong dan Raja Ampat. Keterangan : - Tahun 2003 Kabupaten Raja Ampat belum memiliki pendapatan daerah sendiri, semua pembiayaan rutin dan pembangunan masih dibiayai oleh kabupaten induk Sorong selama 1 tahun. 110 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Sebelum Setelah Tahun P ropor s i PAD Sorong PAD Raja Ampat Dana Perimbangan Sorong Dana Perimbangan Raja Ampat Penerimaan lain-lain Sorong Penerimaan lain-lain Raja Ampat Gambar 21. Proporsi penerimaan Kabupaten Sorong dan Raja Ampat sebelum dan setelah pemekaran Setelah pemekaran, terjadi perubahan dalam penerimaan daerah Kabupaten Sorong dengan semakin besar dan meningkatnya penerimaan dari dana perimbangan. Hal ini disebabkan karena pemberlakuan Undang-undang Otonomi Daerah yang memberikan dana perimbangan kepada daerah sebesar celah fiskal daerah tersebut, sehingga otomatis daerah yang rendah kemampuan keuangannya akan menerima dana alokasi umum DAU yang lebih besar dari pemerintah pusat. Proporsi dana perimbangan yang diterima Kabupaten Sorong setelah pemekaran sebesar 92,53 dari total penerimaan sedangkan penerimaan dari PAD dan penerimaan lain-lain hanya sebesar 2,56 dan 5,39. Setelah pemekaran di Tahun 2003 Pemerintah Kabupaten Raja Ampat belum memiliki pendapatan daerah sendiri, semua pembiayaan rutin dan pembangunan masih dibiayai oleh kabupaten induk Sorong selama 1 tahun. Pendapatan Daerah Sendiri baru ada sejak tahun anggaran 2004. Di Kabupaten Raja Ampat juga tidak jauh berbeda dengan kondisi di Kabupaten Sorong, dimana setelah pemekaran wilayah menyebabkan Pendapatan Daerah setiap tahunnya meningkat, namun peningkatan ini bukan disebabkan kemampuan pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi daerah PAD, tetapi lebih karena penerimaan dari pemerintah pusat melalui dana perimbangan yang 111 semakin besar. Dari Tabel 21, terlihat bahwa kontribusi PAD terhadap total Pendapatan Daerah Raja Ampat selama periode 2004-2007 hanya sebesar 2,22 dan penerimaan lainnya hanya sebesar 3,19. Kontribusi terhadap pendapatan daerah terbesar berasal dari transfer Pemerintah Pusat, yaitu untuk Dana Perimbangan memberikan kontribusi sebesar 94,58. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa transfer Pemerintah Pusat yang memberikan andil besar terhadap pendapatan daerah selama tahun anggaran 2004 hingga 2007. Kondisi di atas terjadi karena, Pemerintah Kabupaten Raja Ampat baru terbentuk pada tahun 2003 dan perangkat hukum dan perangkat daerah untuk meningkatkan PAD seperti Peraturan Daerah tentang pungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah belum sepenuhnya tersedia dengan optimal. Selain itu, kondisi sarana dan prasarana agar berfungsinya pungutan atas pajak daerah dan retribusi daerah juga belum tersedia secara optimal, seperti pasar, tempat parkir kendaraan, tempat pelelangan ikan, hotel, restoran, reklame, jasa kebersihan, jasa penerangan jalan umum dan lainnya.

a. Pendapatan Asli Daerah PAD