159
5.7. Pembahasan Substansi
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.129 Tahun 2000 dan UU No.32 Tahun 2004 dan diperbaharui dengan PP No.78 Tahun 2007, pembentukan daerah
otonom baru harus memenuhi persyaratan administrasi, teknis dan fisik kewilayahan. Namun data indikator usulan pemekaran 14 Kabupaten di Provinsi
termasuk Kabupaten Raja Ampat pada Tahun 2001 tidak tersedia tidak ada. Hal mungkin berkaitan dengan pembahasan sebelumnya bahwa dimekarkan 14
kabupaten baru di Tanah Papua termasuk Kabupaten Raja Ampat adalah karena alasan politis yang lebih dominan. Namun bukan faktor itu saja, tetapi
berdasarkan penelitian Juanda 2007, bahwa terbukti semua daerah pemekaran baru tidak mempunyai dokumen mengenai berbagai indikator teknis serta batas
wilayah fisik yang masih diperdebatkan antara daerah induk dan otonom baru, bahkan untuk daerah tertentu hampir terjadi konflik fisik.
Secara umum, perubahan yang dikehendaki dari adanya pemekaran wilayah adalah tingkat pertumbuhan ekonomi yang semakin baik, kemampuan
fiskal daerah yang semakin baik dan tidak terlalu bergantung pada pemerintah pusat, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Raja
Ampat. Hal ini harus didukung oleh kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola dan mengembangkan potensi sumberdaya alam yang ada, sehingga
kelayakan Kabupaten Raja Ampat secara teknis berdasarkan Undang-undang akan semakin nyata dan masyarakat dapat merasakan manfaatnya.
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Sorong sebagai kabupaten induk berdasarkan data PDRB menunjukkan adanya peningkatan. Namun laju PDRB
saat sebelum dan setelah pemekaran yang terus menurun. Sementara tingkat perkembangan struktur ekonomi nilai IDE PDRB terlihat lebih baik setelah
pemekaran. Sedangkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Raja Ampat setelah pemekaran terus meningkat namun laju PDRB juga terus menurun. Perkembangan
struktur ekonomi Kabupaten Raja Ampat memiliki tingkat perkembangan di bawah Kabupaten Sorong karena memang dimulai dari titik yang lebih rendah.
Kapasitas fiskal daerah dilihat dari PAD dan APBD terlihat semakin meningkat sebelum dan setelah pemekaran baik dalam jumlah maupun laju
pertumbuhannya di Kabupaten Sorong induk dan Kabupaten Raja Ampat.
160 Namun meningkatnya kemampuan keuangan daerah disini diduga dipicu dengan
diberlakukannya UU N0.33 Tahun 2000 dimana meningkatkan perimbangan keuangan daerah terhadap pusat. Jika dilihat dari nominal dana perimbangan
dana bagi hasil, DAU dan DAK maka dapat dikatakan bahwa ketergantungan Kabupaten Sorong dan Kabupaten Raja Ampat sebelum dan setelah pemekaran
semakin tinggi dengan porsi yang berbeda antara kedua kabupaten tersebut, dimana proporsi DAU jauh lebih besar dari DAK dan dana bagi hasil.
Menurut Juanda 2007 bahwa pemekaran meskipun dapat memberikan manfaat yang menyentuh langsung kepada masyarakat lokal, namun pemekaran
juga berdampak negatif secara langsung terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD
Provinsi. Berbagai konsekuensi biaya yang harus dibebankan pada APBN dan APBD provinsi untuk pemekaran daerah kabupaten dan kota seperti porsi Dana
Alokasi Umum DAU yang dibagikan kepada tiap daerah penerima semakin menurun dari tahun ke tahun karena harus dibagikan juga kepada kabupaten
pemekaran baru. Begitu pula Dana Alokasi Khusus DAK bidang prasarana pemerintah semakin meningkat dalam beban APBN karena adanya pemekaran
yang terus berlanjut. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi wilayah dan kapasitas fiskal
daerah di Kabupaten Raja Ampat pada umumnya belum menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari berbagai faktor seperti
kurangnya sumberdaya manusia, adanya kebocoran wilayah, yaitu semua pendapatan yang diperoleh di daerah asal sebagian besar dibelanjakan ke luar
daerah asal daerah lain. Hal ini sangat dapat merugikan perekenomian daerah asal dan memperlambat perkembangan dan pertumbuhan perekonomian suatu
wilayah. Kenyataan yang terjadi di kabupaten-kabupaten di Provinsi Papua dan Papua Barat, semua pejabat daerah dapat melakukan transaksi barang maupun jasa
di luar kabupaten asalnya maupun di luar Papua, seperti melakukan kegiatan- kegiatan pemerintahan di Makassar, Jakarta, Bali, Manado dan lainnya. Perilaku
tersebut tidak dapat memberikan income bagi pertumbuhan ekonomi di daerahnya, justru akan menguntungkan daerah lain.
161 Kebocoran wilayah juga terjadi pada pengelolaan dan pemanfaatan potensi
sumberdaya alam yang ada di daerah, dimana pada umumnya dilakukan oleh pihak swasta investor, yang justru membawa hasil-hasil yang dikelola di daerah
tersebut ke luar daerah. Kabupaten Raja Ampat yang memiliki potensi sumberdaya alam berupa pertambangan dan perikanan juga mengalami apa yang
disebut “kebocoran wilayah”. Menurut Anonimous 2006, perusahaan-perusahan yang melakukan eksplorasi tambang nikel di Kepulauan Raja Ampat seperti PT.
Gag Nikel, PT. Anugerah Surya Pratama dan PT. Bumi Makmur Selaras, melakukan penambangan dan mengolah hasil Nikel di tempat, namun
konsentratnya diketahui mengandung Kobalt dikapalkan ke Australia dan Cina untuk proses pengolahan lebih lanjut. Dengan demikian, maka dikatakan hasil dari
daerah Raja Ampat tidak semuanya menghasilkan income bagi daerah asalnya, tetapi lebih banyak hasil yang akan diperoleh di luar daerah daerah lain. Begitu
pula dengan sumberdaya perikanan di Kabupaten Raja Ampat, dimana terdapat banyak perusahaan asing yang beroperasi disana. Perusahaan tersebut mengambil
atau pengumpulkan hasil-hasil laut seperti ikan, mutiara, kerang dan lainnya selanjutnya dikirim ke luar daerah untuk diolah lebih lanjut, sehingga pendapatan
bagi daerah asal sebagai produsen sumberdaya mendapat hasil yang sedikit bila dibandingkan dengan daerah tujuan ekspor. Kebocoran wilayah inilah yang
menjadi salah satu sebab lambat dan tidak berkembangnya perekonomian suatu daerah.
Berdasarkan analisis Location Quation LQ sektor dan subsektor yang menjadi sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Raja Ampat setelah
pemekaran selama periode 2003-2007 adalah sektor pertambangan terutama subsektor minyak dan gas bumi, disusul sektor pertanian dengan subsektor
perikanan. Selanjutnya hasil analisis Shift Share PDRB Kabupaten Raja Ampat terhadap PDRB Provinsi Papua Barat selama periode 2003-2007 menunjukkan
pertumbuhan aktual perekonomian Raja Ampat tumbuh secara positif dengan sektor yang mempunyai nilai Shift Share terbesar berturut-turut adalah sektor
pertanian, transpotasi dan komunikasi, bangunan dan konstruksi serta perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan hasil analisis gabungan antara Shift
Share dan LQ menunjukkan sektor yang menjadi unggulan dan prioritas utama di
162 Kabupaten Raja Ampat adalah pertanian, pertambangan dan penggalian.
Unggulan dan prioritas kedua adalah bangunan, perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-jasa. Sektor lainnya masuk dalam unggulan dan prioritas ketiga.
Kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian wilayah kepulauan Raja Ampat selama periode 2003-2007 masih sangat minim. Minimnya kontribusi
sektor ini disebabkan sarana prasarana penunjang yang masih minim dan kurang, belum adanya perda yang mengatur tentang pariwisata serta sumberdaya manusia
di bidang pariwisata yang masih kurang. Berdasarkan alternatif strategi dalam analisis SWOT, maka prioritas
pengelolaan dan pengembangan pariwisata bahari di Kepuluan Raja Ampat adalah sebagai berikut: 1 pengelolaan dan pengawasan terhadap kelestarian sumberdaya
alam, 2 peningkatan kenyamanan terhadap wisatawan, 3 peningkatan promosi produk wisata bahari, 4 peningkatan mutu sumberdaya manusia SDM
penduduk Raja Ampat, 5 membangun infrastruktur dasar sarana prasarana yang memadai, 6 mengembangkan budaya-budaya masyarakat yang berkaitan
dengan dunia pariwisata, 7 pengadaan transportasi laut yang berkesinambungan, 8 pembinaan dan penyuluhan bagi masyarakat lokal untuk terlibat secara
langsung dalam pariwisata bahari dan pemeliharaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
Tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Raja Ampat didekati melalui persepsi masyarakat dalam hal peningkatan bidang ekonomi, partisipasi
masyarakat, layanan pemerintah, fasilitas umum dan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam. Pada bidang ekonomi, dinilai ada peningkatan
pada pendapatan, kesempatan berusaha namun tidak ada perubahan pada lowongan pekerjaan. Di bidang layanan administrasi dinilai semakin baik,
masyarakat relatif mudah dalam mengurus administrasi terkait kependudukan maupun usaha. Tingkat partisipasi masyarakat, dinilai semakin meningkatbaik
dalam hal usulan program pembangunan kampung, program pendidikan dan program kesehatan, namun pada kesempatan mengkritik pemerintah dan program
pengentasan kemiskinan dinilai tidak ada perubahan atau sama saja tetap. Di bisang fasilitas umum, dinilai ada perbaikan pada sarana prasarana jalan, listrik,
transportasi dan pasar, namun pada fasilitas air bersih dinilai masih belum ada
163 peningkatan atau tidak ada perubahan. Sedangkan pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya alam, dinilai ada peningkatan terhadap kondisi lingkungan hidup yang semakin baik maupun keterlibatan masyarakat dalam mengelola dan
memanfaatkan sumberdaya alam yang ada. Karakteristik responden yang cenderung menilai adanya perbaikkan
setelah adanya pemekaran Kabupaten Raja Ampat adalah responden yang berusia 40 tahun, berpendidikan SMA dan Perguruan Tinggi serta jenis pekerjaan PNS,
DPRD dan tokoh masyarakat dalam hal ini tokoh agama dan kepala suku. Dimana terlihat adanya persepsi PNS dan Anggota DPRD Kabupaten Raja Ampat selalu
konsisten pada peningkatan pembangunan setelah adanya pemekaran. Sementara karakteristik lain, seperti usia di atas 60 tahun, berpendidikan SD bahkan ada yang
tidak sekolah dan SMP serta jenis pekerjaan masyarakat umum dalam hal ini petani, nelayan, buruh, pedagang dan pengusaha ada kecenderungan masih
menilai tidak ada perubahan. Sedangkan berdasarkan data persepsi serta correspondence analysis
menunjukkan masyarakat umum tidak konsisten dalam persepsi mereka yang menilai tidak ada perubahan setelah pemekaran, tetapi rata-
rata masyarakat umum menilai tidak ada perubahan setelah adanya pemekaran Kabupaten Raja Ampat.
Perbedaan persepsi antara stakeholder ini tentunya didasarkan pada karakteristik pekerjaan, usia dan tingkat pendidikannya. Persepsi PNS dan
anggota DPRD Kabupaten Raja Ampat selalu konsisten bahwa dengan adanya pemekaran kabupaten ini pembangunan meningkat lebih baik dari sebelumnya.
Sebagai PNS dan Anggota DPRD tentu wajar saja mereka mempunyai persepsi demikian karena hal ini berkaitan dengan tugas dan fungsi pemerintahan yang
mereka jalankan. Terutama stakeholder PNS ini merasa telah melaksanakan tugasnya secara maksimal dan sudah baik. Namun sayangnya persepsi ini kurang
sesuai dengan persepsi masyarakat sebagai pihak yang membutuhkan dan merasakan pembangunan, dimana sampai sejauh ini tidak mendapat penilaian
yang sama dari masyarakat. Masyarakat umum tidak konsisten dalam persepsi mereka, hal ini diduga berkaitan dengan letak geografis dan distrik induk atau
distrik hasil pemekaran dari pelayanan dan pemerataan hasil-hasil pembangunan.
164 Karakteristik masyarakat di Distrik Waigeo Selatan ibukota di Saonek
berdekatan langsung dengan pusat pemerintahan Kabupaten Raja Ampat di Waisai yang berjarak 6 km dengan jumlah populasi rumahtangga sebanyak 928
Kepala Keluarga KK, cenderung menilai adanya perbaikan setelah pemekaran. Distrik Samate ibukota di Samate merupakan distrik yang letaknya agak jauh dari
pusat pemerintahan yang berjarak 41 km dengan jumlah populasi rumahtangga sebanyak 1.978 KK, menilai pembangunan meningkat setelah adanya pemekaran.
Persepsi ini bertolak belakang dengan letak yang jauh dari pusat pemerintahan seharusnya menilai tidak ada perubahan atau menurun setelah pemekaran.
Memang kalau dilihat perkembangannya, maka Distrik Samate merupakan distrik termaju di Kabupaten Raja Ampat dengan populasi penduduk terbanyak dari
semua distrik yang ada. Persepsi tersebut diduga berkaitan dengan Samate merupakan distrik lamainduk dan juga lebih dekat dengan Kota Sorong dan
Kabupaten Sorong dari pada Kabupaten Raja Ampat di Waisai, sehingga pembangunan sudah lama dirasakan dan aksebilitas lebih mudah dijangkau.
Sedangkan Distrik Teluk Mayalibit ibukota di Warsamdim merupakan distrik yang letaknya agak dekat dengan pusat pemerintahan yang berjarak 25 km
dengan jumlah populasi rumahtangga sebanyak 338 KK, cenderung menilai tidak ada perubahan setelah adanya pemekaran. Persepsi ini diduga berkaitan dengan
jarak yang agak jauh dari pusat pemerintahan dan juga Distrik Teluk Mayalibit merupakan distrik hasil pemekaran dari Distrik Waigeo Selatan sehingga
pembangunan belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat setempat. Pemekaran Kabupaten Raja Ampat sebagai daerah otonom yang lengkap
dengan kewenangan serta kapasitas fiskal yang semakin besar memungkinkan untuk mengambil berbagai kebijakan, membangun berbagai fasilitas dan sarana
yang mampu menarik investor serta masyarakat untuk mengembangkan usahanya. Hal inilah yang diharapkan dapat menciptakan pusat pertumbuhan baru sehingga
struktur ekonominya semakin berkembang. Menurut Juanda dan Tuerah 2007, tujuan ideal dari pemekaran wilayah
adalah dapat diwujud nyatakan melalui peningkatan profesionalisme birokrat daerah untuk dapat menyelenggarakan pemerintahan yang efisien dan efektif,
dapat meningkatkan pelayanan dasar publik, dapat menciptakan kesempatan lebih
165 luas untuk masyarakat, serta dapat akses langsung pada unit-unit pelayanan publik
yang tersebar dan mudah dijangkau oleh masyarakat pedesaan maupun kota. Meskipun pada dasarnya tujuan akhirnya dari pemekaran daerah adalah
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai peningkatan berbagai performance
di atas, akan tetapi menurut Tuerah 2006 dalam Juanda 2007, dari berbagai tujuan pemekaran daerah tersebut nampaknya tujuan transfer dana
pemerintah ke daerah menjadi hidden goal daerah baru. Dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat Raja Ampat sebagai
tujuan pelaksanaan pemekaran, pemerintah dan masyarakat Raja Ampat harus berupaya sekuat tenaga membangun daerahnya dalam segala bidang sehingga
ketertinggalan yang selama ini dirasakan dapat terkejar. Upaya pembangunan ini hendaknya tidak terjebak dalam upaya meningkatkan pemasukan daerah PAD
dengan melupakan fungsi-fungsi lingkungan, karena apabila mengejar PAD dengan mengakibatkan kerusakan lingkungan dalam skala besar dan akhirnya
malah merugikan masyarakat sebagai target utama pembangunan itu sendiri. Menurut Kartajaya dan Yuswohady 2005 diacu Adrianto 2006, bahwa
paradigma berpikir tata kelola pulau-pulau kecil PKK dalam era otonomi daerah sebaiknya memasukan tiga unsur penting yaitu 1 enterpreunal-competitive
government ; 2 accountable and customer-driven government; dan 3 global-
sustainability oriented government . Salah satu unsur tersebut adalah global-
sustainability oriented government artinya bahwa pemerintah daerah kepulauan
harus orientasi pada keberlanjutan daerah sebagai the ultimate goal pembangunan daerah itu sendiri. Artinya, walaupun roda pembangunan terus dengan
memanfaatkan sumberdaya daerah namun koridor keberlanjutan tetap diterapkan. Hal ini mensyaratkan pemahaman tentang keseimbangan pembangunan ekonomi
dan ekologi. Landasan pembangunan di Kabupaten Raja Ampat harus berpijak pada
dua hal pokok yaitu kesejahteraan dan kelestarian lingkungan. Selain untuk memenuhi kepentingan ekonomi, dalam hal ini kesejahteraan masyarakat,
pembangunan harus diimbangi pula dengan upaya untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan. Dengan demikian, keuntungan ekonomi yang didapatkan akan terus
bertahan dan dirasakan sampai generasi yang akan datang.
166
VI. SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan
1. Pembentukan 14 Kabupaten di Provinsi Papua termasuk Kabupaten Raja
Ampat, alasan politik lebih dominan dibandingkan dengan alasan teknis, karena pengusulannya melalui hak inisiatif DPR sehingga tidak memiliki
dokumen indikator pemekaran wilayah.
2. Pemekaran wilayah Kabupaten Sorong menjadi Kabupaten Sorong dan Raja
Ampat belum secara nyata meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah, namun dari tahun ke tahun setelah pemekaran terdapat kecenderungan adanya
peningkatan perkembangan ekonomi wilayahnya.
3. Kapasitas fiskal daerah Kabupaten Sorong dan Raja Ampat setelah adanya
pemekaran tumbuh secara nyata, namun perkembangannya cenderung menurun. Proporsi relatif PAD terhadap total penerimaan belum menunjukkan
peningkatan yang berarti, hal ini karena ketergantungan pemerintah daerah terhadap peningkatan dana perimbangan yang jauh lebih besar dibanding
belum optimal menggali potensi sumber-sumber PAD.
4. Sektor pertanian subsektor perikanan dan sektor pertambangan subsektor
minyak dan gas bumi menjadi unggulan dan prioritas utama di Kabupaten Raja Ampat, sektor lainnya masuk dalam unggulan dan prioritas kedua dan
ketiga. 5.
Kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian wilayah Kabupaten Raja Ampat masih minim, hal ini berkaitan dengan sarana prasarana pendukung
yang masih minim dan belum adanya perda yang mengatur tentang pariwisata.
6. Berdasarkan alternatif strategi dalam analisis SWOT, maka prioritas
pengelolaan dan pengembangan pariwisata bahari di Kepuluan Raja Ampat adalah sebagai berikut: 1 pengelolaan dan pengawasan terhadap kelestarian
sumberdaya alam, 2 peningkatan kenyamanan terhadap wisatawan, 3 peningkatan promosi produk wisata bahari, 4 peningkatan mutu sumberdaya
manusia SDM penduduk Raja Ampat, 5 membangun infrastruktur dasar sarana prasarana yang memadai, 6 mengembangkan budaya-budaya
masyarakat yang berkaitan dengan dunia pariwisata, 7 pengadaan