Karakterisasi Lanskap Budaya Dayak Desa Ensaid Panjang

karena itu intervensi pemerintah menjadi salah satu faktor penting yang menentukan keberlanjutan lanskap budaya Dayak Desa di lokasi studi. Kawasan permukiman tradisional Dayak Desa Ensaid Panjang berkembang secara organik seiring waktu organically evolved landscape. Sebagaimana suku Dayak pada umumnya, masyarakat Dayak Desa selalu membangun rumah di dekat sungai dan hidup berkelompok untuk mempertahankan hidup. Aktivitas dan artefak budaya menyiratkan nilai dan filosofi masyarakat. Aktivitas budaya dan berbagai upacara adat yang mayoritas dilakukan di rumah betang mencerminkan posisi penting rumah betang bagi kehidupan masyarakat Dayak Desa. Rumah betang mencerminkan kekeluargaan, kebersamaan, persatuan, dan kebanggaan Santoso, 2008. Hal ini karena semua penghuni rumah betang memiliki hubungan darah sehingga rasa kekeluargaan antar penghuni erat. Persamaan hak dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan tenggang rasa yang tinggi mendorong kegiatan gotong royong untuk kepentingan bersama yang menciptakan persatuan dan rasa bangga. Persatuan dan kebanggaan membuat masyarakat bertahan dalam memelihara dan mempertahankan budaya kehidupan rumah betang. Gambar 36 Peta karakteristik lanskap budaya Dayak Desa di lokasi studi Berdasarkan karakterisasi yang telah dilakukan, karakteristik lanskap budaya Dayak Desa menunjukkan pola unit lanskap perdesaan dataran rendah yang berkembang secara organik seiring waktu. Peta karakter lanskap Gambar 36 diperoleh dari overlay peta zonasi biofisik dan zonasi budaya, menunjukkan bahwa hutan, sungai dan betang termasuk dalam zona karakter tinggi dari lanskap budaya Dayak Desa, didukung oleh pertanian dataran rendah dan perkebunan karet pada zona karakter sedang. Dengan melihat hasil kajian karakteristik elemen-elemen pembentuk lanskap budaya Dayak Desa, dapat ditentukan bahwa hutan merupakan elemen utama yang mempengaruhi keberlanjutan lanskap budaya Dayak Desa, yang menyediakan sumber daya bagi lanskap permukiman, sungai, dan kesuburan lahan budidaya. Aspek fisik berasosiasi positif dengan air yang dipengaruhi oleh keberadaan hutan. Begitu pula dengan aspek sosial-budaya seperti pemenuhan kebutuhan rumah betang dan gaya hidup yang memiliki keterkaitan erat dengan keberadaan hutan. Adapun aspek eksternal berupa intervensi yang mempengaruhi pembentukan lanskap budaya Dayak Desa sebagian besar berfokus pada pemecahan masalah kehutanan dan pemanfaatan lahan. Hubungan antar elemen kunci lanskap budaya Gambar 37 memperlihatkan ketergantungan rumah betang terhadap lanskap di sekitarnya. Hutan adat memberikan pasokan sumber daya alam bagi kehidupan masyarakat yang tinggal di rumah betang dan untuk perbaikan rumah betang. Hutan juga berperan dalam konservasi air bagi kehidupan. Sungai berfungsi sebagai sumber air, penampung air permukaan, dan berperan dalam transportasi. Adapun lahan pertanian ladang maupun sawah berperan penting dalam menjamin kehidupan subsisten masyarakat Dayak Desa. Gambar 37 Hubungan antar elemen kunci lanskap budayaDayak Desa

4.6 Kajian Peran Hutan Adat

Hutan adat memiliki peran penting bagi lingkungan, perekonomian dan budaya yang dialami langsung oleh masyarakat desa. Pada survei pengambilan data kuesioner, responden merupakan masyarakat dari 3 dusun di Desa Ensaid Panjang. Responden pada penelitian ini didominasi oleh kategori dewasa 25-50 tahun 82, jenis kelamin laki-laki 69, tingkat pendidikan sekolah lanjutan 47, pekerjaan di bidang pertanian dan perkebunan 81 dengan luas lahan yang diolah seluas 1-5 ha 94, dan penghasilan per bulan di atas 2 juta rupiah 66.

4.6.1 Peran Hutan terhadap Ekologi

Secara ekologis, hutan memiliki peran penting bagi kehidupan, antara lain sebagai penyimpan kekayaan plasma nutfah baik flora, fauna maupun mikroorganisme; sebagai pengendali kualitas air dan udara; pengendali iklim mikro; memiliki keindahan alam yang memberi kenyamanan, menghasilkan berbagai hasil hutan baik berupa kayu maupun non kayu yang bermanfaat bagi kehidupan; sebagai penyerap karbon dan penghasil oksigen; peredam banjir, erosi dan sedimentasi, serta mengendalikan siklus air. Pada penelitian ini, fokus peran hutan terhadap ekologi yang diukur adalah dari segi keanekaragaman jenis tanaman, keberadaan jenis spesies yang dilindungi, dan peran hutan bagi penyediaan air bersih. Berdasarkan analisis keanekaragaman tanaman dengan indeks Shannon- Wiener pada analisa vegetasi di kawasan hutan di lokasi studi Tabel 16, semua tawang dan hutan bukit di Desa Ensaid Panjang termasuk ke dalam kategori sedang dengan indeks tertinggi pada Tawang Serimbak dan terendah pada Hutan Bukit Rentap. Tabel 16 Indeks Shannon-Wiener Hutan di lokasi studi Hutan Struktur Tanaman H H Rata-rata Bukit Rentap Semai 1,594 1,2075 Pancang 2,543 Tiang Pohon 0,693 Tawang Serimbak Semai 2,184 2,451 Pancang 2,431 Tiang 2,681 Pohon 2,508 Tawang Sepayan Semai 1,732 1,8425 Pancang 1,427 Tiang 1,767 Pohon 2,444 Tawang Mersibung Semai 1,325 2,03275 Pancang 2,217 Tiang 2,127 Pohon 2,462 Tawang Sebesai Semai 1,767 2,2765 Pancang 1,899 Tiang 2,267 Pohon 3,173 Tawang Semilas Semai 1,44 1,65875 Pancang 1,32 Tiang 2,108 Pohon 1,767 Sumber: Pengamatan Lapang 2013 Indeks Shannon-Wiener menggambarkan ukuran keanekaragaman jenis, produktivitas, kestabilan dan tekanan pada ekosistem. Keanekaragaman vegetasi memungkinkan ragam kehidupan liar yang lebih kompleks dan heterogen dengan menciptakan ruang, kondisi, dan habitat yang lebih bervariasi bagi berbagai makroorganisme maupun mikroorganisme. Heterogenitas yang terbentuk mendorong produktivitas ekosistem akibat siklus materi dan energi yang lebih kompleks dan meningkatkan kestabilan ekosistem. Selain itu keanekaragaman spesies penting dalam memprediksi batas kerusakan yang dilakukan oleh campur tangan manusia terhadap sistem alam Michael, 1995. Pada hasil analisis vegetasi, hutan Bukit Rentap memiliki indeks Shannon- Wiener yang rendah dibandingkan semua hutan lain. Hal ini menggambarkan bahwa tekanan ekosistem di hutan tersebut lebih tinggi dibandingkan hutan lain karena pengaruh pemanfaatan pada masa lalu dan pengaruh akses lokasi. Hutan Bukit Rentap pernah digunakan sebagai tempat berladang oleh masyarakat sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang lebih rendah dari hutan lain yang tidak terganggu. Selain itu akses yang relatif mudah dan lokasi yang terletak di perbatasan 3 desa Desa Ensaid Panjang, Desa Baning Panjang, dan Desa Sungai Maram menyebabkan hutan Bukit Rentap lebih mudah dan lebih sering dimasuki oleh manusia. Indeks Shannon-Wiener yang relatif rendah lainnya adalah pada Tawang Sepayan dan Tawang Semilas. Hal ini mengindikasikan perubahan lahan di sekitar tawang menekan ekosistem hutan. Adapun indeks keanekaragaman spesies di Tawang Serimbak yang lebih tinggi dibandingkan hutan adat lainnya mengindikasikan bahwa tekanan pada hutan ini relatif lebih rendah dibandingkan hutan adat lainnya. Gambar 38 Peta peran hutan adat bagi ekologi Pada kriteria keanekaragaman vegetasi, semua hutan adat memiliki poin 2 karena indeks Shannon-Wiener berada pada kategori sedang. Pada kriteria perlindungan kekayaan flora dan fauna, semua hutan bernilai 2 poin karena memiliki spesies dilindungi seperti kantong semar Nepenthes spp, belian