dengan trayek Sintang-Baning Panjang. Belum tersedia angkutan umum trayek Sintang-Ensaid Panjang.
Sebelum jalan sebagai jalur transportasi darat dibangun, masyarakat Desa Ensaid Panjang memanfaatkan sungai sebagai jalur transportasi. Perjalanan air
dari desa ke Kota Sintang adalah melalui Sungai Kebiau selama kurang lebih satu hari satu malam. Saat ini aksesibilitas menuju desa dapat ditempuh lewat tiga jalur
akses, yaitu jalur timur melalui Desa Baning Panjang, jalur barat melalui Desa Merpak, dan jalur utara melalui Desa Sungai Maram Gambar 11.
Gambar 11 Akses menuju tapak Jalur dari timur merupakan akses utama yang melewati gerbang masuk
desa dari arah Desa Baning Panjang. Kondisi jalan pada jalur ini sebagian berbatu-batu besar dan beberapa bagian yang beraspal. Jalur barat merupakan
jalur alternatif dari arah Desa Merpak dengan kondisi fisik jalan berbatu dan berlumpur. Pada musim hujan, jalur ini jarang digunakan karena sering tergenang
air sehingga tidak dapat dilewati oleh kendaraan. Adapun jalur utara merupakan jalur alternatif dari arah Desa Sungai Maram. Jalur ini jarang digunakan oleh
masyarakat yang menuju atau dari Sintang karena memiliki jarak paling jauh dibandingkan dua jalur lain. Ketiga akses masuk Desa Ensaid Panjang tersebut
belum memiliki penerangan jalan sehingga perjalanan pada malam hari harus dilakukan dengan lebih hati-hati.
Secara umum, aksesibilitas, sirkulasi dan transportasi menuju lokasi studi belum memadai. Moda transportasi umum berupa angkutan desa dari dan menuju
Desa Ensaid Panjang hanya beroperasi satu kali dalam satu hari, yaitu pagi hari sekitar pukul 08.00-09.00 WIB dengan trayek Desa Baning Panjang menuju
Sintang dan sekitar pukul 14.00-15.00 WIB dengan trayek Sintang menuju Desa
Baning Panjang melalui jalur timur. Untuk mencapai lokasi studi, perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki atau transportasi motor ojek dari Desa Baning
Panjang ke Desa Ensaid Panjang. Saat ini sebagian masyarakat sudah memiliki alat transportasi roda dua pribadi yang mempermudah mobilitas.
4.1.2 Tanah, Topografi dan Hidrologi
Desa Ensaid Panjang terletak pada ketinggian 50-658 meter di atas permukaan laut m dpl. Pada sebagian kawasan terdapat cekungan yang terendam
air membentuk rawa. Permukaan relatif datar dan memiliki jenis tanah aluvial dan podsolik merah kuning dengan bahan induk terdiri dari aluvial, batuan endapan
dan batuan beku. Jenis tanah podsolik merah kuning lebih mendominasi dibandingkan tanah aluvial Gambar 12.
Gambar 12 Kontur dan jenis tanah di lokasi studi Menurut klasifikasi tanah oleh Dudal dan Supraptoharjo 1957 dalam
Fiantis 2012, tanah aluvial merupakan tanah yang berasal dari endapan aluvial atau koluvial muda dengan perkembangan profil tanah lemah. Sifat tanah aluvial
dipengaruhi oleh bahan induk yang diendapkan dan penyebarannya tidak dipengaruhi oleh ketinggian maupun iklim. Jenis tanah ini merupakan jenis tanah
dataran rendah yang subur dan cocok untuk pertanian sawah dan palawija.
Adapun tanah podsolik merah kuning merupakan kombinasi kelompok besar tanah zonal, podsolik merah dan podsolik kuning yang terdiri atas tanah-
tanah yang terbentuk pada iklim-iklim sedang yang hangat hingga tropis, lembah, di bawah hutan bervegetasi meranggas atau berdaun jarum dan biasanya dengan
kondisi drainase yang baik, kecuali untuk kelompok podsolik kuning Kertonegoto dan Siradz, 2006. Menurut Dudal dan Supraptoharjo 1957 dalam
Fiantis 2012, tanah podsolik merah-kuning berwarna abu-abu muda sampai kekuningan pada horizon permukaan dan berwarna merah atau kuning pada
lapisan bawah. Kadar bahan organik dan kejenuhan basa tanah ini rendah. Reaksi tanah bersifat masam sampai sangat masam pH 4,2 – 4,8. Pada horison bawah
permukaan terjadi akumulasi liat dengan struktur tanah gumpal dengan permeabilitas rendah. Jenis tanah ini memiliki tingkat kesuburan sedang dan peka
terhadap erosi. Tanah podsolik merah-kuning dijumpai pada ketinggian antara 50 - 350 m dengan curah hujan antara 2.500 – 3.500 mmtahun.
Gambar 13 Ketersediaan dan pengelolaan sumber daya air di lokasi studi Lokasi studi termasuk ke dalam Daerah Aliran Sungai DAS Kapuas yang
berhulu di Bukit Rentap Sungai Kebiau, Desa Baning Panjang melewati Desa Ensaid Panjang, Merpak, Kebong, Ampar Bedang, Tanjung Puri dan bermuara di
Sungai Kapuas. Sungai Kebiau yang melewati Desa Ensaid Panjang memiliki lebar 4-6 meter dengan kedalaman 1-2 meter. Beberapa anak sungai yang
bermuara di Sungai Kebiau yang melewati Ensaid Panjang adalah Sungai Labu, Sungai Ensaid, Sungai Sepayan, Sungai Mersibung, Sungai Sebesai dan Sungai
Semilas. Secara umum persediaan air permukaan sungai dan mata air mengalir sepanjang tahun. Sungai Labu, Sungai Ensaid, dan Sungai Sepayan tidak
mengering di musim kemarau, sedangkan anak sungai lain mengering pada musim kemarau.
Berdasarkan data profil desa, kualitas air dari mata air di Bukit Rentap layak untuk dikonsumsi sedangkan air dari sungai mengalami pendangkalan dan
pencemaran. Pencemaran dan pendangkalan disebabkan oleh aktivitas perkebunan monokultur kelapa sawit yang menggunakan berbagai bahan kimia dalam jumlah
besar. Bahan kimia tercuci oleh air hujan dan mengalir ke sungai atau anak sungai. Hal ini menyebabkan air sungai menjadi keruh dan mengalami eutrofikasi,
mengurangi biota sungai dan menyebabkan pendangkalan.
Masyarakat yang bermukim di dekat sungai umumnya menggunakan air sungai secara langsung sedangkan masyarakat yang bermukim jauh dari sungai
menggunakan air dari sumber mata air yang disalurkan ke rumah-rumah penduduk. Saat ini terdapat bendungan di air terjun Telaga Surat Bukit Rentap
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih. Air dialirkan melalui pipa-pipa ke ketiga dusun Gambar 13. Air dari mata air digunakan masyarakat
untuk minum, masak, dan keperluan pengairan lahan pertanian di kaki bukit sedangkan air sungai digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti mandi dan
mencuci.
4.1.3 Iklim
Kawasan studi termasuk ke dalam kawasan dengan iklim tropis basah. Berdasarkan data BMKG Bandara Susilo Kabupaten Sintang selama 10 tahun
pada tahun 2002-2011, lokasi studi yang berada di Kabupaten Sintang memiliki curah hujan rata-rata 3.148,01 mm per tahun atau 262,33 mm per bulan dengan
rata-rata 216,1 hari hujan per tahun atau 18 hari hujan per bulan. Curah hujan tertinggi dan jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember sedangkan
curah hujan paling rendah dan jumlah hari hujan paling sedikit terjadi pada bulan Agustus Gambar 14. Hal ini menunjukkan bulan Desember merupakan puncak
musim penghujan dan bulan Agustus sebagai puncak musim kemarau.
Gambar 14 Grafik rata-rata curah hujan CH dan hari hujan HH di Kabupaten Sintang tahun 2002-2011 Sumber: BMKG Kabupaten Sintang,
2011
21,6 16,5 18,9
21,4 16,5
15,3 14,9
11,4 15,6
17,9 22,2
23,9 286,22
254,5 282
251,76 233,44
219,21 234,66
155,22 230,98
306,81 290,64
402,57 Rata-rata Hari Hujan hari
Rata-rata Curah Hujan mm