Penetapan zonasi pengelolaan Rencana Pengelolaan Lanskap Budaya Dayak Desa Berkelanjutan

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil kajian terhadap berbagai kondisi lanskap budaya Dayak Desa, dapat diperoleh simpulan bahwa tipe karakter lanskap budaya Dayak Desa adalah lanskap perdesaan pertanian dataran rendah yang berkembang secara organik. Karakter kunci lanskap budaya Dayak Desa adalah pemukiman rumah betang, sungai, dan hutan adat. Hutan Bukit Rentap, Tawang Serimbak, dan Tawang Mersibung memiliki skor peran penting hutan tinggi dan sedang yang mengindikasikan pentingnya hutan-hutan adat tersebut bagi lingkungan, perekonomian, dan adat budaya setempat. Adapun tiga hutan adat lain Tawang Sepayan, Tawang Sebesai, Tawang Semilas yang bernilai rendah memiliki peran lingkungan yang tidak kalah penting kategori sedang namun kurang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan ekonomi maupun budaya. Keberlanjutan lanskap budaya Dayak Desa dipengaruhi oleh 7 faktor kekuatan, 10 faktor kelemahan, 6 faktor peluang, dan 4 faktor ancaman. Faktor pendorong keberlanjutan terbesar berasal dari aspek budaya internal dan eksternal sedangkan penghambat terbesar berasal dari aspek ekonomi internal dan legal eksternal. Konsep pengelolaan yang diusulkan adalah pengelolaan hutan desa secara berkelanjutan dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga kelestarian lanskap budaya Dayak Desa. Rencana pengelolaan yang diusulkan adalah peningkatan koordinasi dan kerja sama antar pihak terkait, diversifikasi pendapatan masyarakat dengan pemanfaatan sumber daya hutan dan potensi kawasan secara berkelanjutan, perlindungan hutan adat secara hukum, dan penetapan zonasi pengelolaan.

5.2 Saran

Hutan di Desa Ensaid Panjang merupakan kawasan yang penting bagi lanskap budaya Dayak Desa sehingga pengembangan daerah hendaknya disesuaikan dengan potensi serta budaya setempat. Penelitian lebih mendalam perlu dilakukan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, antara lain mengenai analisis jenis dan pola agroforestri yang sesuai, analisis ekonomi produk agroforestri, studi etnobotani tanaman hutan, analisis kualitas visual, perencanaan kawasan pariwisata dan desain yang memperkuat karakter lanskap budaya Dayak Desa. DAFTAR PUSTAKA Arifin HS, Arifin NHS, Suryadarma IG. 2003. Integrating the Value of Local Tradition and Culture in Ecological Landscape Planning in Indonesia in Hayashi Y, Manuwoto S, Hartono S eds., Sustainable Agriculture in Rural Indonesia. Yogyakarta ID: Gadjah Mada University Press. p 391- 401. Arifin HS, Wulandari C, Pramukanto Q, Kaswanto RL. 2009. Analisis Lanskap Agroforestri: Konsep, Metode dan Pengelolaan Agroforestri Skala Lanskap dengan Studi Kasus Indonesia, Filipina, Laos, Thailand, dan Vietnam. Bogor ID: IPB Pr. p 47-54, 99-112. Arisma F. 2009. Kajian Strategi Pemasaran Kerajinan Tenun Ikat Dayak di Desa Ensaid Panjang Kecamatan Kelam Permai Kabupaten Sintang [Skripsi]. Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura. Pontianak Armayadi D, Tinus A. 2011. Pengembangan Hutan Desa di Ensaid Panjang, Sintang, Kalimantan Barat. Pontianak ID: PRCF. Bamba J. 2000. Land, Rivers, and Forests: Dayak Solidarity and Ecological Resilience in Alcorn JB, Royo AG eds., Indigenous Social Movements and Ecological Resilience: Lesson from the Dayak of Indonesia. Washington: Biodiversity Support Program. p 35-60. Bell S, Apostol D. 2008. Designing Sustainable Forest Landscapes. New York US: Taylor Francis. [BPKH] Balai Pemantapan Kawasan Hutan ID. 2011. Potret Hutan Provinsi Kalimantan Barat. http:bpkh3.dephut.go.idpdfbuku_potret_hutan_kal bar.pdf]. [diacu 2012 12] [BPS] Badan Pusat Statistik. Tanpa tahun. Analisis SWOT. [http:daps.bps.go.id. file_artikel66Analisis20SWOT.pdf]. [Bumi Wahana]. 1993. Strategi Menuju Kehidupan yang Berkelanjutan. Alih bahasa: Alex Tri Kantjono W. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Byron N, Arnold M. 1999. What Futures for People of the Tropical Forests?. World Development Vol.27 No.5: p 789-805. [CIFOR] Center for International Forestry Research ID. 2002. Hutan Adat. Warta Kebijakan No.3 Februari 2002. [http:www.cifor.orgacmdown loadpubwkwarta03.pdf]. David FR. 2003. Strategic Management: Concepts and Cases, ninth edition. New Jersey USA: Pearson Education Inc. p 78-233. Fellmann JD, Getis A, Getis J. 2003. Human Geography: Landscapes of Human Activities. Fiantis D. 2012. Morfologi dan Klasifikasi Tanah, Klasifikasi Tanah Indonesia. Hlm 157-162. Jurusan Tanah Universitas Andalas. Padang. http:ilearn.unand.ac.idpluginfile.php17581mod_resourcecontent1Kla sifikasi20Tanah20Indonesia.pdf Hardjanto, Kusmana C, Suhendang E, Syafii W, Muntasib EH, Darusman D. 2010. Peran Pembangunan Kehutanan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Perdesaan in Chozin MA, Sumardjo, Poerwanto R, Purbayanto A, Khomsan A, Fauzi A, Toharmat T, Hardjanto, Seminar KB eds., Pembangunan Perdesaan Dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Bogor ID:IPB Pr. p 341-381. Haber W. 1995. Concept, Origin and Meaning of “Landscape” in von Droste B, Plachter H, Rossler M eds., Cultural Landscapes of Universal Value. New York USA: Gustav Fisher Verlag. p 38-40. [HV] Heritage Victoria ENG. 2009. Landscape Assessment Guidelines:For Cultural Heritage Significance with new Assessment Criteria. [http:www.heritage.vic.gov.auadminfilecontent2c7LANDSCAPEASS ESSMENTGUIDELINES.pdf]. [diacu 2012 10 27]. [HCVN] High Conservation Value Network ID. 2008. Konsorsium Revisi HCVF High Conservation Value Forest Toolkit Indonesia: Panduan Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di Indonesia [http:www.hcvnetwork.orgresourcesnational-hcv-interpretationsHCVF 0Toolkit20Final20revised20version20Bahasa20Indonesia.pd f]. [diacu 2012 10 29]. Huda I, Fifiyati, Tinus A. 2013. Full Report: Perencanaan Hutan Secara Pertisipatif untuk Mendukung Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat di Desa Ensaid Panjang, Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Pontianak ID: PRCF Indonesia. p 15 Huda I. 2006. Kain Tenun Ikat Dayak, Pemberdayaan Ekonomi dan Pelestarian Budaya Masyarakat Sintang di Kalimantan Barat. Pontianak ID: PRCF Indonesia. Huda I. 2008. Collaborative Management: Linking Cultural Weaving Arts with Conservation Through Sustainable Use of Non-Tiber Forest Products. Pontianak ID: PRCF Indonesia. Kinanti CP, Maarif S. 2013. Arahan Insentif Disinsentif untuk Mendukung Pengembangan Kampung Melayu sebagai Cagar Budaya Kota Semarang. Jurnal Teknik PWK Volume 2No.32013. P 687-696. [http:ejournal- s1.Undip.ac.idindex.phppwk]. [diacu 2015 04 02]. Kinnear TC, Taylor JR. 1991. Riset Pemasaran Ed ke-3. Jakarta ID: Erlangga. Koentjaraningrat. 2002. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta ID: Gramedia. p 1-5. Lafortezza R, Sanesi G. 2008. Synthesis: Cultural Controls of Forest Patterns and Processes in Lafortezza R, Chen J, Sanesi G, Crow TR eds., Patterns and Processes in Forest Landscapes: Multiple Use and Sustainable Management. USA: Springer. p 141-145. Mackinnon K, Hatta G, Halim H, Mangalik A. 2000. Ekologi Kalimantan. Jakarta ID: Prenhallindo. p 355-443. Manurung T. 2000. Mengapa Konversi Hutan Alam Harus Dihentikan?. Lokakarya Kebijakan oleh Kehutanan Departemen Kehutanan dan Perkebunan, disampaikan tanggal 8-9 Agustus 2000. [http:xa.yimg.com kqgroups23954251931378312nameStop+Konversi+Hutan+Alam+- +08-08-2000+-+TM.pdf]. [diacu 2013 01 8]. Mathewson K. 2009. About Carl Sauer: Carl Sauer and His Critics in Denevan WM dan Mathewson K eds, Carl Sauer on Culture and Landscape: Reading and Commentaries. USA: Louisiana University Press. p 15.