4.2 Analisis Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Ensaid Panjang
4.2.1 Demografi
Berdasarkan monografi Kecamatan Kelam Permai dan data profil Desa Ensaid Panjang, pada tahun 2009 jumlah penduduk desa berjumlah 596 jiwa dari
155 kepala keluarga KK yang terdiri atas 312 orang laki-laki dan 284 orang perempuan. Jumlah ini menurun pada tahun 2010 yaitu sebanyak 460 jiwa dari
157 KK yang terdiri dari 301 orang laki-laki dan 159 orang perempuan. Pada tahun 2013, jumlah penduduk sebanyak 627 jiwa dari 162 KK, terdiri dari 374
orang laki-laki dan 253 orang perempuan. Fluktuasi jumlah penduduk ini dipengaruhi oleh natalitas kelahiran, mortalitas kematian, dan migrasi
perpindahan penduduk karena faktor pendidikan, pernikahan, atau pekerjaan.
Kehidupan masyarakat yang bermukim di Desa Ensaid Panjang terdiri atas penduduk asli dan pendatang berbagai etnis dengan masyarakat suku Dayak sub-
suku Dayak Desa sebagai mayoritas Tabel 7. Suku Dayak Desa mendominasi Dusun Rentap Selatan dan Dusun Ensaid Pendek, sedangkan Dusun Ensaid Baru
lebih heterogen. Berdasarkan data profil desa tahun 2013, penduduk suku Dayak merupakan suku mayoritas di Desa Ensaid Panjang yakni berjumlah 542 orang
86,4 . Suku lain yang cukup banyak adalah suku Jawa 11 yang merupakan suku pendatang dari Pulau Jawa yang mengikuti program transmigrasi oleh
pemerintah Orde Baru pada masa pemerintahan Presiden Soeharto tahun 1983. Adapun suku lain seperti Melayu, Batak, Madura, Flores dan Sumba berjumlah
sedikit.
Tabel 7 Etnis penduduk di lokasi studi
Suku Jumlah Laki-laki
Jumlah Perempuan Total
orang orang
orang Dayak
335 89,6
207 81,8
542 86,4
Melayu 2
0,5 3
1,2 5
0,8 Jawa
33 8,8
36 14,2
69 11,0
Madura 2
0,5 3
1,2 5
0,8 Batak
1 0,3
0,0 1
0,2 Flores
1 0,3
2 0,8
3 0,5
Sumba 0,0
2 0,8
2 0,3
Total 374
100,0 253
100,0 627
100,0
Sumber: Profil Desa Ensaid Panjang tahun 2013
Agama yang dianut oleh penduduk Desa Ensaid Panjang per tahun 2013 adalah agama Khatolik 86,44 , Islam 12,6 dan Kristen 0,96 . Dalam
kehidupan bermasyarakat, masyarakat Ensaid Panjang saling menghargai keberadaan kelompok masyarakat dari etnis, agama dan kelompok kepentingan
lain. Hal ini tercermin dalam kerukunan antar anggota masyarakat dan kegiatan gotong royong dalam berbagai kesempatan seperti pembangunan rumah,
pengolahan lahan, dan sebagainya.
4.2.2 Mata Pencaharian
Berdasarkan data profil desa tahun 2013, sebanyak 162 keluarga di Ensaid Panjang memiliki lahan pertanian yang cukup luas, yakni antara 1 ha hingga lebih
dari 10 ha Tabel 8. Hal ini menunjukkan bahwa semua keluarga di Ensaid Panjang merupakan keluarga petani yang mengolah lahan yang dimiliki menjadi
ladang dan sawah tadah hujan untuk pertanian. Lahan pertanian yang dimiliki tidak semua digunakan untuk pertanian tapi juga untuk perkebunan karet atau
lada.
Tabel 8 Luasan lahan pertanian milik masyarakat di lokasi studi
Luas lahan pertanian ha Jumlah keluarga
Persentase Tidak memiliki lahan
1 37
23 1,0 – 5,0
20 12
5,0 – 10,0 43
27 10
62 38
Jumlah 162
100
Sumber: Profil Desa Ensaid Panjang tahun 2013
Sebagian besar mata pencaharian masyarakat Desa Ensaid Panjang adalah petani ladang dan penyadap karet. Berdasarkan hasil survei potensi hasil hutan
bukan kayu HHBK dan ekowisata, rata-rata pendapatan warga Ensaid Panjang adalah Rp. 2.516.000 per bulan dengan pendapatan terendah sebesar Rp. 450.000
per bulan dan tertinggi sebesar Rp. 12.000.000 per bulan Armayadi dan Tinus 2011. Perhitungan pendapatan rata-rata tersebut bersumber dari pekerjaan
sebagai penyadap karet, tukang bangunan, pedagang, penyedia jasa penebangan kayu, pekebun ladasahang, penenun, penganyam, pegawai negeri dan staff
pemerintah desa, serta pekerja kebun sawit; sedang pekerjaan dari kegiatan bertani ladang, berburu dan memungut buah hutan tidak dimasukkan ke dalam survei
tersebut karena kegiatan tersebut cenderung bersifat subsisten.
Berdasarkan klasifikasi mata pencarian Fellmann et al 2003, masyarakat Ensaid Panjang dapat dikelompokkan berdasarkan kegiatan ekonomi produktif
yang bersifat primer, sekunder, tersier, kuartener dan kuiner Tabel 9. Aktivitas produksi primer merupakan aktivitas utama berdasarkan ketersediaan sumber
daya alam dominan, yaitu sumber daya pertanian. Aktivitas sekunder dilakukan dengan memanfaatkan produksi pertanian primer untuk diolah menjadi barang
olahan jadisetengah jadi atau dengan melakukan kegiatan penyediaan jasa untuk usaha pertanian. Adapun aktivitas tersier, kuartener, dan kuiner berfokus pada
penyediaan jasa. Aktivitas tersier menyediakan jasa pelayanan produksi primer dan sekunder; aktivitas kuartener menyediakan jasa pekerja profesional dan
pengelola lingkungan pendidikan, badan penelitian, dan perkantoran; sedang aktivitas kuiner menyediakan jasa pekerjaan profesional seperti peneliti, dosen,
pegawai perusahaan besar, anggota dewan dan pejabat negara.
Masyarakat tergantung pada sumber daya pertanian. Usaha produksi pertanian yang bersifat subsisten menjadi sumber penghidupan utama keluarga.
Pertanian subsisten ini tidak memberikan keuntungan secara finansial sehingga masyarakat perlu melakukan perkerjaan lain untuk pemenuhan kebutuhan.
Sebagian besar petani memiliki lahan yang cukup luas untuk dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan tanaman ekonomi cash crop seperti karet, sawit,
cengkih, dan ladasahang secara mandiri; sedangkan para ibu rumah tangga meningkatkan perekonomian keluarga dengan menenun kain tenun ikat untuk