Karakterisasi Lanskap Budaya Dayak Desa

Gambar 7 Skema transek keragaman vegetasi Keragamanan spesies tumbuhan diukur dengan menggunakan Indeks Shannon-Wiener. Berikut analisa data: = ln = ln dimana: H ’: Indeks diversitas Shannon-Wiener ni: Jumlah individu spesies i N: Total spesies yang ditemukan Pi: Proporsi sampel total yang diwakilkan oleh spesies i Kriteria nilai indeks diversitas Shannon-Wiener adalah H’ kurang dari 1 dikategorikan rendah, H’ antara 1 sampai 3 dikategorikan sedang, dan H’ lebih dari 3 dikategorikan tinggi. Identifikasi tumbuhan dilakukan dengan bantuan pakar, buku flora buku taksonomi tumbuhan yang memuat jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan dalam wilayah tertentu dan prosea. Tabel 3 Kriteria penilaian kepentingan hutan terhadap lingkungan Indikator Skor 1 rendah 2 sedang 3 tinggi Keanekaragaman vegetasi H’ kurang dari 1 H’ antara 1 sampai 3 H’ lebih dari 3 Perlindungan kekayaan spesies Tidak memiliki spesies langkadilindungi Memiliki satu atau beberapa spesies langkadilindungi Memiliki spesies endemik Penyedia air bersih dan daerah serapan air Tidak memiliki mata air atau air sungai kering pada musim kemarau Tidak memiliki mata air namun air sungai tidak mengering di musim kemarau Memiliki mata air bersih H’ adalah indeks shannon-wiener Penilaian peran hutan terhadap lingkungan dilakukan dengan pemberian skor pada tiap hutan adat berdasarkan kriteria Tabel 3. Skor total kurang dari 5 dikategorikan bernilai ekologi rendah, skor antara 5 sampai 7 dikategorikan bernilai ekologi sedang, dan skor lebih dari 7 dikategorikan bernilai ekologi tinggi. Hasil penilaian dipetakan ke dalam peta peran ekologi hutan.

3.6.2 Peran Hutan terhadap Ekonomi Masyarakat

Menurut Hardjanto et.al. 2010, nilai ekonomi hutan secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu nilai guna use value dan nilai bukan guna non use value. Nilai guna terdiri dari nilai guna langsung seperti kayu, nilai guna tak langsung seperti pengendalian banjir, dan nilai guna pilihan seperti keanekaragaman hayati; sedangkan nilai bukan guna terdiri dari nilai keberadaan dan nilai bukan guna lainnya. Sebagian besar nilai ekonomi hutan berasal dari nilai guna tak langsung dan nilai bukan guna yang bersifat tidak komersiil, abstrak, dan baru dirasakan dalam rentang waktu jangka panjang sehingga dalam menilai peran hutan secara ekonomi perlu dilakukan penelitian yang komprehensif. Pada penelitian ini, keuntungan ekonomi hutan adat dibahas secara umum. Dua syarat suatu kawasan bernilai penting untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat lokal adalah: 1 kawasan hutan atau ekosistem alam lain memberikan sumberdaya penting bagi masyarakat lokal yang tidak dapat tergantikan dan 2 sumberdaya dimanfaatkan oleh masyarakat dengan cara berkelanjutan atau mereka secara aktif berusaha melindungi sumberdaya tersebut, dengan tidak mengancam kawasan lainnya HCVN, 2008. Berdasarkan toolkit hasil konsorsiun HCVN 2008, identifikasi dan penilaian peran dan fungsi kawasan hutan untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat lokal dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap penilaian awal pendahuluan dan penilaian menyeluruh. Penilaian awal banyak menggantungkan ketersediaan data sekunder karena dapat membantu menentukan rencana pengambilan data di lapang pada tahap penilaian menyeluruh. Analisis yang tepat dari data sekunder bermanfaat dalam mengidentifikasi kawasan hutan yang berpotensi dalam memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Setelah menentukan keberadaan nilai penting hutan untuk kebutuhan masyarakat lokal, dilakukan penilaian menyeluruh yang akan menentukan apakah suatu kawasan mempunyai nilai konservasi tinggi untuk pemenuhan kebutuhan komunitas lokal keluarga, masyarakat atau tidak. Penilaian menyeluruh akan selalu membutuhkan konsultasi wawancara, baik pada komunitas yang terkait dengan hutan tersebut maupun tokoh informal masyarakat setempat, instansi pemerintahan dan ilmuwan yang pernah melakukan penelitian di lokasi tersebut. Langkah yang dilakukan pada analisa peran dan fungsi penting hutan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat lokal berdasarkan HCVN 2008 adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi sub-kelompok masyarakat berdasar faktor yang dianggap penting, seperti suku, agama, atau jenis pemanfaatan hutan yang dapat digunakan untuk menggambarkan profil desa, 2. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan subkelompok terhadap hasil hutan, 3. Mengidentifikasi ketersediaan sumber alternatif dalam pemenuhan kebutuhan keluarga, 4. Menilai apakah pemanfaatan hutan dilakukan secara lestari dan tidak bertentangan dengan kawasan lain. Penilaian peran hutan terhadap perekonomian masyarakat setempat dilakukan dengan pemberian skor pada tiap hutan berdasarkan kriteria Tabel 4 Skor total kurang dari 5 dikategorikan bernilai ekonomi rendah, skor antara 5