Pengukuran Produktivitas Faktor Total
olehpetambak dan teknologi apa yang digunakan. Dalam konsep penggunaanteknologi secara tradisional, jumlah nener yang optimal untuk
ditebaradalah 1000-5000 nenerha. Jika 2 0 artinya semakin banyak neneryang digunakan dalam proses produksi maka rata-rata hasil
produksibandengakan meningkat. c.
Pupuk Urea. Pupuk urea adalah input yang digunakan petambak untuk
menumbuhkanpakan alami. Jika 3 0 artinya semakin banyak pupuk urea yang digunakan dalam prosesproduksi maka hasil produksi bandengakan
semakinmeningkat. d.
Pupuk TSP, adalah input yang menyediakan unsur P yang dibutuhkan dalam
proses penumbuhan pakan alami. Jika 4 0 artinya semakin banyak pupuk TSP yangdigunakan dalam proses produksi maka hasil produksi bandeng
akan meningkat. e.
Saponin bermanfaat untuk membunuh hama-hama yang ada di dalamtambak,
agar tidak mengganggu perkembangan dari bandengyangsedang dibudidayakan. Jika 5 0 artinya semakin banyak saponin yangdigunakan
dalam proses produksi maka hasil produksi bandeng akan meningkat. f.
Bahan bakar minyak, merupakan penggerak pompa air dan kendaraan
motor. Kedua alat ini menjadi penting untuk menjamin ketersediaan air tambak dan memudahkan petambak mendapatkan akses ke luar. Jika 6 0
artinya semakin banyak bahan bakar minyak yang digunakan dalam proses produksi maka hasil produksi bandeng akan meningkat.
g.
Tenaga kerja.Tenaga kerja penting dibutuhkan dalam kegiatan ini, mulai
dari persiapanhingga panen. Tenaga kerja ini dibagi menjadi 2, yaitu tenaga kerja dalamkeluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Rata-rata dalam proses
persiapanmembutuhkan tenaga kerja luar keluarga terutama dalam pengupasan atau pengangkutan lumpur dasar tambak. Saat pemeliharaan
budidayaberlangsung, biasanya hanya dikerjakan oleh 1 orang saja karena lebihmudah dalam mengontrol keadaan bandeng yang sedang
dibudidaya.Sedangkan saat panen, jumlah tenaga kerja bertambah banyak hingga bisamencapai lebih dari 5 orang. Hal ini disebabkan karena panen
harusdikerjakan secara cepat agar bisa menghasilkan bandeng yang segar.
Jika parameter 7 0 artinya semakin banyak tenaga kerja yang digunakan
dalamproses produksi maka rata-rata hasil produksi bandengakanmeningkat. h.
Luas tambakbervariasi dari 1 hektar sampai dengan 25 hektar, walaupun
umumnya penguasaan lahan tambak antara 5 – 10 hektar. Jika 8 0 artinya semakin luas lahan tambak yang digunakan dalamproses produksi maka hasil
produksi bandeng akanmeningkat.
IV.
METODE PENELITIAN
Dalam metode penelitian ini akan diuraikan beberapa tahapan penelitian yaitu penentuan lokasi penelitian, metode pengambilan sampel, metode
pengambilan data dan perumusan model. 4.1 Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Barat. Secara spesifik penelitian dilakukan di beberapa kecamatan di Pesisir Utara Kabupaten Karawang
Lampiran 4. Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja purposive dengan pertimbahan bahwa kabupaten ini memiliki kondisi hutan mangrove dan
pengusahaan pertambakan yang bervariasi. Kondisi hutan mangrove di lokasi ini ditemukan dari kondisi yang tidak
rusak sampai dengan rusak berat. Pengusahaan pertambakan bervarisasi dari yang masih menggarap tambak untuk budidaya udang, bandeng, diversifikasi spesies
budidaya seperti polikultur, sampai pada petakan tambak yang telah terbengkalai. Berdasarkan perubahan fungsi hutan mangrove, lokasi ini juga merupakan daerah
yang banyak mengalami perubahan terkait dengan hilangnya fungsi hutan mangrove.
Populasi penelitian ini adalah usaha pertambakan yang berdomisili di Pesisir Utara Kabupaten Karawang, sebanyak 3909 Rumahtangga Petambak yang
tersebar di sembilan kecamatan, mulai dari Kecamatan Pakisjaya yang berbatasan dengan Kabupaten Bekasi sampai dengan Kecamatan Cilamaya Wetan yang
berbatasan dengan Kabupaten Subang. Dari populasi Rumahtangga Petambak tidak semuanya mengusahakan budidaya ikan bandeng dan udang windu.
Sementara sampel yang akan diuji dibatasi pada usaha tambak bandeng dan windu. Secara ringkas langkah yang dilakukan dalam penentuan sampel adalah:
1. Menetapkan Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Karawang secara purposif.
2. Memilih kecamatan dan desa berdasarkan kondisi hutan mangrove dan
pengusahaan pertambakan. 3.
Membuat kerangka sampling yang terdapat di kabupaten. Data berasal dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Karawang.
4. Menentukan jumlah sampel setiap kecamatan atau desa pesisir dan
menetapkan responden berdasarkan metode snowballing, dengan informasi awal berasal dari Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Karawang.