Daya Dukung Lingkungan, Baku Mutu Limbah dan Pengendalian Pencemaran Perairan

output. Hasil penelitian menunjukkan efisiensi produksi dapat ditingkatkan dengan 28 persen. Ada variasi substansial dalam harga bayangan output lingkungan antara unit produksi dari berbagai jenis produk kertas. Selanjutnya, harga bayangan rata-rata tiga output lingkungan semua bernilai positif. Ini menunjukkan potensi untuk perbaikan kualitas lingkungan dengan memasukan metode pencegahan polusi untuk proses produksi daur ulang kertas di Vietnam misalnya, resirkulasi air limbah, dan menunjukkan bahwa mungkin tidak tepat untuk membatasi harga bayangan dari output lingkungan untuk menjadi non- positif untuk analisis beberapa proses produksi. Marklund 2004 menyatakan dalam essaynya bahwa perbaikan efisiensi, dengan menghasilkan semua output secara proporsional mencapai frontir teknologi, benar-benar akan membawa keuntungan bagi produsen, tetapi ini terjadi bersamaan dengan terciptanya tambahan kerusakan lingkungan karena memproduksi output buruk yang lebih besar. Sesuai dengan Hipotesis Porter yaitu peraturan lingkungan mendorong produsen ke arah lebih efisien, karena akan mendorong terciptanya teknologi baru yang lebih hemat dalam penggunaan faktor produksi dan lebih ramah lingkungan.

2.2.5 Fungsi Hutan Mangrove Sebagai Penyerap Limbah.

Kegiatan perikanan budidaya didominasi oleh budidaya tambak dengan komoditas utamanya udang windu Penaeus monodon menyusul kemudian ikan bandeng Channos channos Forskal. Sebagian besar tambak merupakan tambak berpola tradisional yang telah beroperasi sejak puluhan dan bahkan ratusan tahun yang lalu. Kendala yang umumnya dihadapi dalam budidaya tambak adalah buruknya kualitas air yang disebabkan sungai-sungai yang mengalir ke kawasan pantai telah mengalami pencemaran yang berasal dari limbah perkotaanperkampungan, limbah pertanian, limbah industri dan limbah tambak- tambak itu sendiri. Kawasan hutan mangrove yang di andalkan sebagai penyangga kualitas air juga telah mengalami kerusakan yang berat. Bahkan di banyak kawasan hutan mangrovenya telah habis sama sekali. Sangat sedikit sekali kawasan pesisir pantai utara pantura yang luasan jalur hijaunya Green Belt masih baik dan memenuhi kententuan lingkungan hidup SIPLA, 2005. Keberadaan hutan mangrove dapat berfungsi sebagai penyaring biofilter limbah buangan tambak, sehingga masukan input limbah dari hasil kegiatan pertambakan tidak semuanya menjadi beban limbah air laut, tetapi dapat dieliminir oleh hutan mangrove tersebut. Menurut Robertson dan Phillips 1995 dalam Rustam 2005, bahwa setiap hektar tambak udang intensif dan semi intensif dibutuhkan masing-masing 7.2 ha dan 2.4 ha hutan mangrove untuk menyerap nitrogen N. Dibutuhkan juga hutan mangrove 21.7 ha dan 2.8 ha untuk menyerap pospor P dari hasil buangan limbah tambak. Paez-Osuma et al, 1997 melaporkan bahwa hutan mangrove dapat menyerap nutrien 71 kg Nhatahun dan 20 kg Phatahun. Selanjutnya menurut Kautsky, et al. 1997 dalam Rustam 2005 untuk mendukung usaha budidaya secara intensif agar tetap lestari. Maka dalam 1 m 2 luas tambak diperlukan luas mangrove minimal 9.6 m 2 untuk menyerap limbah organik yang dihasilkan dari kegiatan budidaya. Maryadi 1998 dalam penelitiannya di kawasan mangrove Nusa Tenggara Barat, menggunakan alat analisis Nilai Total Ekonomi Total Economic Valuation untuk mengukur nilai ekonomi hutan mangrove yang akan dikonversi. Kelayakan usaha konversi hutan mangrove menggunakan metode perhitungan NPV dan IRR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hutan mangrove mempunyai peranan ekonomi yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat sekitar. Pola pemanfaatan SDA yang diusahakan adalah penangkapan ikanudang, tambak, pengambilan nipah dengan pola pemanfaatan strategi, usaha perkebunan kelapa dan jeruk dengan pola pemanfaatan statis, dan usaha tambak udang dan penebangan kayu bakau dengan pola siasat. Aktivitas pertambakan yang dilakukan memberi dampak positif yang besar dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan laju pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut. Terlihat dari tingkat penyerapan tenaga kerja, peningkatan arus transportasi, dan peningkatan volume perdagangan di wilayah tersebut. Dari luasan mangrove 13 bagian berfungsi sebagai sabuk hijau kawasan penyangga, 13 bagian konversi ke tambak udang, kebun kelapa, kebun jeruk, sisanya belum dieksploitasi. Berdasarkan linier progamming, pemanfaatan mangrove maksimum dicapai oleh kegiatan tambak udang yang merupakan komoditas ekspor, menghasilkan devisa dan mampu bertahan sampai dengan suku bunga 50 persen karena krisis ekonomi. Hasil NPV ketiga usaha udang, kelapa dan jeruk menunjukkan kegiatan konversi dapat dibenarkan karena manfaat konversi lebih besar daripada biaya konversi ditambah manfaat preservasi. Hal ini terlihat dari NPV konversi mangrove with project dikurangi dengan NPV manfaat langsung mangrove alami without project masih bernilai positif walaupun faktor dinaikkan sampai 100 persen.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Teori Produksi Frontier

Penelitian ini mengadopsi teori produksi dengan beberapa istilah yang sering digunakan seperti produksi,efisiensi dan produktivitas. Ketiga istilah tersebut memiliki pengertian yang hampir sama, sehingga perlu diperjelas perbedaan penggunaan istilah tersebut. Sinungan 2008 menjelaskan, bahwa produksi berbeda dengan produktivitas. Pengertian produksi selalu berorientasi ke “output” saja yang mempunyai unit satuan berdimensi satu seperti: kg atau ton sementara pengertian produktivitas bukan hanya tertuju pada output saja tetapi juga pada “input” sehingga unit satuan dalam produktivitas berdimensi dua seperti: ton perhektar, nilai tambah per tenaga kerja. Pengertian efisiensi selalu berorientasi pada “input”, sehingga tindakan yang efisien berarti menghemat penggunaan input sesuai dengan standar tertentu. Adapun perbedaan produktivitas dengan profitabilitas terletak pada pengaruh variabel harga. Profitabilitas menunjukkan konsep finansial yang diperoleh dengan mengurangi nilai penjualan dari nilai biaya yang sangat dipengaruhi oleh harga input dan harga output. Pada umumnya faktor-faktor yang menentukan tingkat harga berada diluar kontrol perusahaan. Sedangkan konsep produktivitas tidak banyak dipengaruhi oleh fluktuasi harga karena memfokuskan pada hubungan output dan input yang dipakai. Hubungan antara output dan input biasanya dinyatakan dalam rasio atau indeks perbandingan rasio dengan rasio. Ekonomi produksi berkenaan dengan pemilihan proses produksi alternatif, sehingga suatu proses produksi menggunakan banyak faktor-faktor produksi input untuk menghasilkan produk output dengan berbagai macam kemungkinan-kemungkinan teknis produksi yang dihadapi oleh suatu usahatani, yang dipengaruhi oleh kondisi ekonomi. Hubungan antara input dan output dapat dideskripsikan secara matematis membentuk fungsi produksi. Dalam fungsi produksi terdapat variabel peubah tak bebas dependent variabel disimbolkan sebagai Y yang dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi bebas variabel X, dalam bentuk umum fungsi produksi adalah Y = fX. Fungsi produksi usaha tambak monokultur bandeng dan polikultur bandeng udang windu mengikuti asumsi-asumsi yang dikembangkan oleh Beattie dan Taylor 1985 sebagai berikut : 1. Kegiatan produksi usahatani diatur sedemikian rupa sehingga produksi dalam satu periode waktu benar-benar independen monoperiodic 2. Semua input dan output homogen 3. Fungsi produksi dapat diturunkan duakali secara kontinyu twice continuously differentiable 4. Fungsi produksi, harga output dan harga input diketahui dengan pasti 5. Tidak ada keterbatasan input 6. Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya untuk tingkat output tertentu. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini mencakup produk marjinal, elastisitas produksi, dan skala hasil return to scale. Doll dan Orazen 1984, Debertin 1986, Coelli et.al 1998 dan Soekartawi 2003 menjelaskan proses produksi dalam tiga tahap yaitu : tahap pertama, kondisi dimana produk rata-rata atau avarage product AP meningkat, daerah ini dikatakan sebagai daerah yang irasional atau daerah tidak atau belum efisien. Tahap kedua, kondisi yang ditandai memuncaknya kurva produk rata-rata AP, kemudian menurun dan dibarengi dengan menurunnya produk marjinal MP, marginal product tetapi masih positif, daerah ini disebut daerah yang rasional atau efisien. Tahap ketiga, kondisi yang ditandai menurunnya produk marjinal MP bertanda negatif, daerah ini disebut sebagai daerah yang tidak rasional atau sudah tidak efisien. Petani yang bertujuan memaksimumkan keuntungan akan bekerja pada tahap kedua. Produk marjinal PM merupakan turunan pertama fungsi produksi dari output terhadap input yang menunjukkan perubahan output yang disebabkan oleh perubahan penggunaan input. Secara matematis produk marjinal dirumuskan sebagai PM = ∂Y∂X. Sementara persentase perubahan output yang disebabkan oleh persentase perubahan input yang digunakan dikenal sebagai elastisitas produksi Ep. Secara matematis elastisitas produksi dirumuskan sebagai ∆ ⁄ ∆ ⁄ . Penjumlahan elastisitas produksi dari masing-masing faktor produksi sekaligus menunjukkan tingkat besaran skala hasil return to scale. Skala hasil merupakan respon dari perubahan output yang dihasilkan karena perubahan proposional dari seluruh inputnya. Fungsi produksi seperti Cobb- Douglas dapat digunakan untuk menguji fase pergerakan skala hasil return to scale atas perubahan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam suatu proses produksi yaitu dengan menjumlahkan elastisitas produksi dari masing-masing faktor produksi. Menurut Soekartawi 2003, berdasarkan elastisitas produksi dari faktor-faktor produksi ke-i ∑E pi maka ada tiga kemungkinan keadaan fase pergerakan skala hasil return to scale yaitu: 1. Kenaikan hasil yang meningkat increasing return to scale IRS, berarti bahwa penambahan seluruh input sebesar 1 persen akan menghasilkan output yang proporsinya lebih besar dari 1 persen. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa penjumlahan elastisitas produksi dari seluruh input lebih besar dari satu ∑E p 1. 2. Kenaikan hasil yang tetap constant return to scaleCRS, berarti penambahan seluruh input 1 persen akan proporsional dengan penambahan output yang diperoleh. Kondisi tersebut menunjukkan penjumlahan elastisitas produksi dari seluruh input sama dengan satu ∑E p = 1. 3. Kenaikan hasil yang menurun decreasing return to scale DRS,yang berarti penambahan seluruh input 1 persen melebihi proporsi penambahan output yang diperoleh. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa penjumlahan elastisitas produksi dari seluruh input lebih kecil dari satu ∑E p 1. Fungsi produksi yang menunjukkan jumlah maksimum output yang bisa dicapai dengan mengkombinasikan berbagai jumlah input dikenal sebagai fungsi produksi frontier frontier production function. Frontier digunakan untuk lebih menekankan kepada kondisi output maksimum yang dapat dihasilkan dalam suatu proses produksi, dan banyak digunakan saat menjelaskan konsep pengukuran efisiensi Coelli et al, 1998. Fungsi produksi, jika diketahui, dapat memberikan gambaran teknologi produksi. Perhitungan efisiensi secara relatif dapat dilakukan terhadap fungsi ini. Usahatani yang beroperasi pada garis frontier secara teknis dikatakan telah efisien, sedangkan usahatani yang berada di bawah garis frontier