Polutan Sebagai Sumber Inefisiensi Teknis Tambak

Tabel 58. Distribusi Biaya Kerugian Akibat Pencemaran Bahan Organik Pada Usaha Tambak Polikultur Sebaran EE Jumlah UT Biaya Aktual Juta Rp Biaya Frontir Juta Rp Biaya Kerugian Juta Rp Persen 20 ‐ 29 1 13.488 47.158 33.669 249.61 30 ‐ 39 6 28.199 82.261 54.062 184.77 40 ‐ 49 9 21.787 48.526 26.738 119.51 50 ‐ 59 14 15.949 29.261 13.312 82.56 60 ‐ 69 9 17.786 28.031 10.244 56.59 70 ‐ 79 3 16.387 21.655 5.267 32.95 80 ‐ 89 1 15.175 18.105 2.929 19.31 43 Dari biaya kerugian akibat pencemaran dapat dihitung harga bayangan dan biaya polutan Tabel 59. Distribusi Jumlah Polutan, Harga Bayangan Dan Biaya Polutan Pada Usaha Tambak Monokultur Sebaran TE TE Rata‐ Rata Jumlah UT Rata ‐Rata Polutan KgUT Pol N Pol P Pol BOD 40 ‐ 49 48.6 1 252,05 107,12 6,00 50 ‐ 59 56.6 1 322,32 105,67 60000,00 60 ‐ 69 66.4 8 68,57 35,76 13126,00 70 ‐ 79 76.4 3 59,78 38,82 16666,67 80 ‐ 89 86.4 22 200,61 90,66 28549,02 90 ‐ 100 92.9 20 485,96 260,65 58806,43 55 Sebaran TE TE Rata‐ Rata Jumlah UT Rata ‐Rata Shadow Price RpKg Pol N Pol P Pol BOD 40 ‐ 49 48.6 1 421,87 2617,28 11592,70 50 ‐ 59 56.6 1 1832,47 14738,02 6,44 60 ‐ 69 66.4 8 4215,71 23212,40 7731,21 70 ‐ 79 76.4 3 2401,98 15875,04 4,27 80 ‐ 89 86.4 22 1325,30 7788,53 1012,72 90 ‐ 100 92.9 20 1761,96 10532,13 1200,40 55 Sebaran TE TE Rata‐ Rata Jumlah UT Biaya Polutan RpUT Pol N Pol P Pol BOD 40 ‐ 49 48.6 1 106.330 280.355 69.556 50 ‐ 59 56.6 1 590.642 1.557.315 386.371 60 ‐ 69 66.4 8 289.066 830.081 101.479.870 70 ‐ 79 76.4 3 143.595 616.329 71.118 80 ‐ 89 86.4 22 265.863 706.130 28.912.123 90 ‐ 100 92.9 20 856.243 2.745.222 70.591.180 55 Tabel 60. Distribusi Jumlah Polutan, Harga Bayangan Dan Biaya Polutan Pada Usaha Tambak Polikultur Sebaran TE TE Rata‐ Rata Jumlah Ut Rata ‐Rata Polutan KgUT Pol N Pol P Pol BOD 30 ‐ 39 38.0 1 4629,89 1428,51 90000,00 70 ‐79 76.3 4 549,77 200,45 41250,50 80 ‐ 89 87.1 12 672,90 257,10 23501,13 90 ‐ 100 93.7 26 754,72 382,61 24848,10 43 Sebaran TE TE Rata‐ Rata Jumlah Ut Rata ‐Rata Shadow Price RpKg Pol N Pol P Pol BOD 30 ‐ 39 38.0 1 10,60 90,60 0,36 70 ‐79 76.3 4 42,66 1246,04 1171,90 80 ‐ 89 87.1 12 203,74 680,78 1851,37 90 ‐ 100 93.7 26 158,03 1404,81 2618,89 43 Sebaran TE TE Rata‐ Rata Jumlah Ut Rata ‐Rata Biaya Polutan Rp Ribu UT Pol N Pol P Pol BOD 30 ‐ 39 38.0 1 49.087 129.426 32.111 70 ‐79 76.3 4 23.454 249.773 48.341.596 80 ‐ 89 87.1 12 137.095 175.031 43.509.331 90 ‐ 100 93.7 26 119.269 537.501 65.074.327 43

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

8.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemaparan dapat disimpulkan bahwa : 1. Usaha tambak bandeng telah efisien secara teknis dengan rata-rata 83.3 persen, namun secara alokatif dan ekonomi belum efisien dengan rata-rata masing-masing sebesar 59.5 persen dan 47.9 persen. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi tersebut adalah : a. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi usaha tambak bandeng adalah pakan, nener, tenaga kerja, bahan bakar minyak dan luas tambak berpengaruh nyata pada taraf α = 0.01, hanya pupuk urea yang berpengaruh nyata pada taraf α =0 .1.hal ini menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan 6 variabel input akan meningkatkan produksi bandeng. Faktor dominan dari variabel input adalah nener dengan elastisitas 7.15 persen, yang menunjukkan bahwa produksi bandeng sangat responsif terhadap nener, selanjutnya diikuti variabel tenaga kerja dan luas tambak. Jumlah parameter fungsi produksi adalah 1.35 yang menunjukkan besarnya nilai skala usaha tambak bandeng dalam posisi meningkat, sehingga bila input secara bersama- sama ditingkatkan sebesar 1 persen maka produksi bandeng akan meningkat sebesar 1.35 persen. b. Usaha tambak yang telah efisiensebanyak 81.83 persen, dan masih terdapat peluang untuk meningkatkan produksinya sebesar 14.83 persen, melalui perbaikan faktor-faktor inefisiensi yang berpengaruh nyata yaitu polutan nitrogen, fosfor, BOD, dummy mangrove di tanggul dan di pantai, sekolah, dummy teknologi, dummy kelompok, dummy infrastruktur dan tanggungan. 2. Produktifitas faktor total usaha tambak berkisar antara 0.59 – 1.38, dengan rata-rata TFP pada usaha tambak monokultur bandeng sebesar 0.9235 dan polikultur bandeng –udang windu sebesar 0.8459. Efisiensi teknis berpengaruh nyata terhadap TFP sehingga peningkatan efisiensi teknis akan meningkatkan produktivitas faktor total usaha tambak. Faktor-faktor yang mempengaruhi TFP usaha tambak bandeng selain efisiensi teknis adalah umur, pengalaman, dummy mangrove di saluran, dummy kepemilikan dan akses keuangan. Sedangkan TFP bandeng – udang windu dipengaruhi oleh polutan nitrogen. 3. Rata-rata polutan nitrogen pola monokultur adalah 511.17 kg perunit usaha tambak dan pada pola polikultur rata-rata polutan nitrogen adalah 312.79 kg perunit usaha tambak. Rata-rata polutan fosfor usaha tambak monokultur adalah 253.96 kg perunit dan pada polikultur sebesar 143.62 kg perunit.

8.2 Saran dan Implikasi Kebijakan

1. Produksi usaha tambak berlangsung dalam kondisi perairan yang telah tercemar bahan organik dan biofilter alami berupa mangrove dalam kondisi yang tersebar di hamparan tambak, tanggul, saluran air dan pantai serta tumbuh jarang-jarang tidak rapat. Sehingga perlu dilakukan tindakan perbaikan lingkungan yang serempak di semua lini dan dilakukan terus menerus. Bantuan infrastruktur dan produksi perlu diberikan secara merata di semua kecamatan pesisir pantai utara sehingga memberi pengaruh nyata terhadap produktivtas tambak. 2. Koordinasi antara lembaga dinas teknis dan penyuluh, harus segera dicairkan dan diaktifkan, mengingat peran penyuluh menjadi sangat penting dalam perubahan teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas melalui pengembangan teknologi yang memiliki dua tujuan yaitu mengurangi polutan dan meningkatkan produksi. Melalui penyuluh yang mumpuni sekolah lapang yang dibutuhkan petambak dapat diwujudkan, kelompok tambak menjadi hidup dan dapat berkiprah dalam meningkatkan produksi. 3. Penelitian empiris polutan di bidang perikanan masih sangat sedikit, sementara hasil-hasil penelitian di bidang perikanan cukup banyak, sehingga perlu perhatian serius terkait dengan polutan limbah dan cara-cara mengatasinya. Perlu implementasi hasil-hasil penelitian agar dapat diterapkan di masyarakat petambak khususnya dan masyarakat pertanian secara umum.