Jenis, Sumber dan Pengumpulan Data

Variabel indeks skill merupakan penjumlahan skala dari beberapa unsur internal pembudidaya tambak seperti umur, pengalaman, lama mengikuti sekolah formil dan frekuensi mengikuti penyuluhan pelatihan. Keempat unsur ini saling bersinergi membentuk ketrampilan yang dibutuhkan dalam mengelola tambak. Pembagian skala masing-masing unsur berbeda, seperti tercantum pada Tabel xx. Tabel 6. Nilai Skala Umur, Pengalaman, Tahun Sekolah Dan Frekuensi Penyuluhan Sebagai Unsur Pembentuk Indeks Skill Usaha Tambak Skala Umur Skala Pengalaman Skala Tahun Sekolah Skala Frekuensi Penyuluhan 20 – 24 = 1 1 – 5 = 1 1 – 3 = 1 1 – 3 = 1 25 – 29 = 2 6 – 10 = 2 4 – 6 = 2 4 – 6 = 2 30 – 34 = 3 11 – 15 = 3 7 – 9 = 3 7 – 9 = 3 35 – 39 = 4 16 – 20 = 4 10 – 12 = 4 10 – 12 = 4 40 – 44 = 5 21 – 25 = 5 13 – 15 = 5 45 – 49 = 4 26 – 30 = 4 16 – 20 = 6 50 – 54 = 3 31 – 35 = 3 55 – 59 = 2 36 – 40 = 2 60 – 70 = 1 40 – 60 = 1 Kisaran umur petambak responden adalah umur 24 sampai 70 tahun, skala umur didasarkan pada kekuatan fisik dalam menjalankan aktivitas bertambak. Diasumsikan kemampuan fisik meningkat sampai dengan umur 49 tahun setelah umur 50 tahun mengalami penurunan kemampuan bertambak. Nilai skala umur adalah 1 sampai 5 dalam kisaran umur lima tahun. Begitu pula dengan pengalaman, didasarkan pada kemampuan memahami dan menguasai teknik bertambak yang semakin meningkat dengan bertambahnya pengalaman. Diasumsikan kemampuan penguasaan teknik mencapai puncak pada pengalaman 30 tahun, setelah itu terjadi penurunan sejalan dengan menurunnya kekuatan fisik. Nilai skala pengalaman adalah 1 sampai 5 dalam kisaran pengalaman lima tahun. Waktu responden untuk bersekolah bervariasi dari yang terendah sekolah SD kelas 2 2tahun sekolah sampai dengan tamat sarjana 16 tahun sekolah. Diasumsikan waktu tempuh 3 tahun sekolah meningkatkan kemampuan akademik satu tingkat, sehingga nilai skala sekolah dalam kisaran 3 tahun. Begitu pula dengan aktivitas penyuluhan diasumsikan dalam 3 kali mengikuti penyuluhan meningkatkan kemampuan responden menyerap pengetahuan baru, sehingga nilai skala dalam kisaran 3 kali penyuluhan. Setelah masing-masing data dikonversi ke skala, nilai skala dijumlahkan membentuk indeks skill usaha tambak. Kisaran nilai indeks skill adalah terendah bernilai 4 dan tertinggi bernilai 20. Pendugaan parameter fungsi produksi dan fungsi inefisiensi dilakukan secara simultan menggunakan program Frontier 4.1 Coelli, 1996. Pengujian parameter stochastic frontier dan efek inefisiensi dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama merupakan pendugaan parameter α i dengan menggunakan metode OLS menggunakan software SAS 9.2 untuk memeriksa adanya pelanggaran asumsi multikoliniaritas, dimana vif 10, uji determinansi R 2 dan pelanggaran asumsi fungsi Cobb Douglas. Sedangkan tahap kedua dilakukan pengujian menggunakan Maximum Likelihood Estimator MLE untuk mengestimasi pendugaan seluruh parameter i kecuali dan δ i serta varians i dan i pada tingkat kepercayaan maksimum α = 15 persen. Parameter dari nilai-nilai varians dapat mengestimasi nilai σ 2 dan sehingga nilai 0 ≤ ≤ 1. Nilai merupakan kontribusi efisiensi teknis di dalam efek residual total. Uji hipotesis yang digunakan untuk mendeteksi pengaruh inefisiensi adalah menggunakan uji generalized likelihood-ratio LR satu arah one sided generalized likelihood-ratio test . Hipotesis pertama : H o : = δ = δ 1 = ...= δ 6 = 0 H 1 : = δ = δ 1 = ...= δ 6 Hipotesis H o menyatakan bahwa efek inefisiensi teknis tidak ada dalam model fungsi produksi. Jika hipotesis nol diterima, maka model fungsi produksi rata-rata OLS sudah cukup mewakili data empiris. Sebaliknya jika hipotesis alternatif H 1 diterima berarti terdapat efek inefisiensi dalam model fungsi produksi yang dapat dideteksi dengan menggunakan uji Chi Square berikut, LR = -2 ln LR = -2 {ln[LH o ] - ln[LH 1 ]} Dimana LH o dan LH 1 adalah nilai dari fungsi likelihood dibawah hipotesis H o dan H 1 . Kriteria uji bila LR galat satu sisi X 2 restriksi maka H o di tolak, sebaliknya bila LR galat satu sisi X 2 restriksi maka H 1 diterima. Hipotesisi kedua : H o : δ = 0 dan H 1 : δ ≠ 0 Hipotesis nol artinya koefisien dari masing-masing variabel dalam model efek inefisiensi sama dengan nol. Jika hipotesis ini diterima maka masing-masing variabel penjelas di dalam model efek inefisiensi tidak memiliki pengaruh sama sekali terhadap tingkat inefisiensi di dalam proses produksi. Bila sebaliknya hipotesis nol ditolak maka masing-masing variabel penjelas di dalam model efek inefisiensi memiliki pengaruh terhadap tingkat inefisiensi di dalam proses produksi. Uji statistik yang digunakan adalah, t-hitung = dan t-tabel = , dengan kriteria uji bila t-hitung t-tabel maka H o ditolak, tetapi sebaliknya bila t-hitung t-tabel maka H o diterima. Notasi k merupakan jumlah variabel bebas, notasi n menunjukkan jumlah pengamatan responden dan S δ i menunjukkan simpangan baku koefisien efek inefisiensi.

4.3.2 Analisis Efisiensi Alokatif dan Efisiensi Ekonomis

Berdasarkan persamaan 4.1 menggunakan 6 variabel independen yang merupakan persamaan primal fungsi Cobb Douglas. Menurut Debertin 1986, untuk mengukur efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomis dapat diturunkan fungsi biaya dual dari fungsi produksi Cobb Douglas yang homogenous. Bentuk persamaan umum fungsi biaya dual frontier adalah, C = Cy i , p i , + u i Dengan tujuan memaksimumkan keuntungan dan kendala biaya minimum dapat diturunkan fungsi Lagrange yang dikembangkan oleh Tinaprilla 2012 dan Nahraeni 2012 sehingga jumlah input X optimum pada kondisi biaya minimum dapat diperoleh melalui persamaan, Π ..........................................4.4 Selanjutnya nilai X i dimasukkan ke dalam fungsi biaya sehingga diperoleh fungsi biaya dual frontier, ∑ ∑ ∑ ∏ ∑ ∏ ...........................................................4.5 Sementara fungsi biaya aktual yaitu C = ∑ . .................................4.6 Dimana C = biaya produksi minimum , C = biaya produksi aktual Y i = jumlah output ; x i = jumlah input ke-i yang digunakan p i = harga rata-rata input ke i yang berlaku dilokasi = Koefisien parameter dan u i = error term efek inefisiensi biaya Efisiensi ekonomi EE dihitung dengan membandingkan biaya produksi minimum dengan biaya produksi aktual dengan rumus EE = CC. Dimana EE bernilai 0 ≤ EE ≤ 1. Selanjutnya efisiensi alokatif dihitung dengan menggunakan rumus AE = EETE. Dimana AE bernilai 0 ≤ AE ≤ 1. Sehingga Inefisiensi alokatif dan ekonomis dapat diketahui melalui pengurangan 1 dengan nilai rasio EE dan AE. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi ekonomi dan alokatif dapat diselesaikan dengan menggunakan program SAS 9.2. 4.3.3 Penghitungan Beban Polutan, Kehilangan Produksi, Biaya Kerugian Produksi Dan Harga Bayangan Polutan Model fungsi produksi stokastik frontier melalui fungsi Cobb Douglas dan indeks produktivitas Tornqvist Theil dikembangkan untuk menganalisis efisiensi dan produktivitas tambak bandeng dengan pola budidaya monokultur bandeng dan polikultur ikan bandeng – udang windu, terkait dengan buangan polutan nitrogen dari tambak ke badan air dan lingkungan perairan terdekat. Kandungan nitrogen dan fosfor dalam pembuangan air tambak diduga melalui keseimbangan aliran nutrien yang dihasilkan dari penelitian tambak udang semi intensif di Meksiko oleh Paez-Osunna tahun 1997. Informasi beberapa variabel dalam keseimbangan massa mengandung data yang tersedia seperti volume air tambak, total pakan, total postlarva udangtotal nener bandeng dan total panen udangbandeng. Pengoperasian dan pengelolaan tambak merupakan refleksi dari variabel kepadatan benih, daya tahan hidup, laju pertumbuhan, dosis pakan dan pertukaran air tambak. Jumlah dari data-data tersebut dapat dihitung melalui keseimbangan massa yang dimodifikasi dari Paez-Osunna et al 1997 : 1. Keseimbangan nitrogen Besaran nitrogen yang terbuang yang berpotensi menjadi polutan, secara matematik dituliskan sebagai berikut, N z = N i - N o Dimana N z = nitrogen terbuang , N i = nitrogen masuk , N o = nitrogen keluar Jumlah nitrogen masuk N i dipengaruhi oleh kadar nitrogen yang terbawa waktu pengisian air tambak N a , kadar nitrogen dalam pupuk N u , kadar nitrogen dalam nener dan benur N b , dan kadar nitrogen dalam pakan N p . Besar nitrogen masuk dirumuskan secara matematik sebagai berikut, N i = N a + N u + N b + N p Sedangkan jumlah nitrogen yang terpakai N o dipengaruhi oleh penguraian amoniak dalam berbagai bentuk seperti penguapan dan pengendapan N am , kadar nitrogen yang menjadi daging dalam udang dan ikan yang dipanen N pu , dan nitogen yang diserap oleh tanaman air seperti phytoplankton, klekap, lumut N ta . Secara matenatis dapatdirumuskan sebagai beikut, N o = N am + N pu + N ta Masing-masing variabel sudah diteliti nilai konstantanya sehingga dapat diketahui jumlah kadar nitrogen yang terbuang dalam satuan kg perunit usaha tambak adalah N Terbuang = [{ 0.11 kg Nhahari volume air tambak + 46 Nha jumlah pupuk urea + 0.12 kg N jumlah nener200ekorkg + 26.5 N jumlah pakan16 mol N} – { 27.4 persen N input + 3.41 N panen udang + 0.4 persen N input}] 2. Keseimbangan phosphor Dengan menggunakan rumus keseimbangan masa yang sama dapat diketahui jumlah kadar fosfor yang terbuang dalam satuan kg perunit usaha tambak adalah P Terbuang = [{0.04 kg Phahari volume air tambak + 36 Pha jumlah pupuk TSP + 20 P jumlah benur + 0.0424 P jumlah pakan} {0.274 P input + 0.37 P panen udang + 0.4 persenP input}] 3. Data polutan BOD berdasarkan analisis laboratorium, menggunakan data sekunder dari BPBAPL untuk menggambarkan kualitas air tambak dan pesisir Kabupaten Karawang. Data kualitas air Pesisir Utara Kabupaten Karawang tercantum pada Lampiran 6. Data polutan nitrogen dan fosfor yang dihasilkan dari keseimbangan massa ini dimasukkan dalam persamaan 4.3 yang merupakan variabel faktor