Limbah organik umumnya berasal dari sisa pakan yang tidak termakan dan sisa metabolisme udang yang dibudidayakan. Limbah organik yang terkumpul
dalam tambak akan terbuang ke perairan pesisir melalui mekanisme pergantian air. Akumulasi limbah organik dalam tambak akan terurai dan mempengaruhi
kondisi fisik, kimia dan biologi lingkungan tambak, yang memberi pengaruh negatif terhadap udang yang dibudidayakan seperti kesehatan udang terganggu.
Buangan air limbah ke perairan umumini menyebabkan terjadinya perubahan kondisi fisik, kimia, dan biologi lingkungan perairan pesisir dan mempengaruhi
daya dukung perairan tersebut. Kandungan N dan P dalam limbah tambak diduga melalui keseimbangan
aliran nutrien yang merupakan hasil penelitian usaha tambak udang semi intensif. Informasi beberapa variabel dalam keseimbangan massa mengandung data yang
tersedia seperti total pakan, total postlarva dan total panen udang. Jumlah ini secara langsung dimasukkan dalam keseimbangan massa sebagai berikut Paez-
Osunna et al 1997 :
1.
Keseimbangan nitrogen
Inlet water + fertilization + shrimp stock + food = amonia volatization + shrimp harvest + macrofauna associated + N discharge
2.
Keseimbangan phosphor
Inlet water + fertilization + shrimp stock + food = Sedimen akumulasi + shrimp harvest + macrofauna associated + P discharge
Total jumlah buangan nutrien yang dilepas ke lingkungan N dan P discharge dalam keseimbangan massa dipengaruhi oleh jenis udang yang
dibudidayakan, kualitas air, cuaca dan karakteristik budidaya diberi simbol sebagai N discharge atau P discharge. Pengelolaan tambak merupakan gambaran
dari variabel kepadatan benih, daya tahan hidup, laju pertumbuhan, dosis pakan dan pertukaran air tambak.
3.7 Kerangka Pemikiran Operasional
Pada kasus usaha tambak di Pesisir Utara Kabupaten Karawang, upaya terbaik untuk meningkatkan produktivitas adalah melalui peningkatan efisiensi,
dan sekaligus mengurangi pengaruh polutan tambak. Peningkatan efisiensi produksi dilakukan dengan cara mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor
produksi. Dalam hal ini para pembudidaya tambak haruslah bertindak secara efisien dengan melakukan penghematanpenekanan biaya yang dibutuhkan selama
proses produksi dengan jalan merekayasa faktor-faktor produksi melalui penguasaan teknologi tertentu sehingga dapat tercapai efisiensi teknis dan
ekonomis. Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi proses produksi dapat dikategorikan menjadi dua faktor yaitu faktor produksi yang dapat dikuasai yaitu
luas lahan, benih, pakan, pupuk dan tenaga kerja. Sementara ada faktor yang mempengaruhi produksi dan tidak dapat dikuasai seperti faktor modal manusia
dalam hal ini termasuk karakteristik pembudidaya tambak dan usahatambaknya serta faktor lingkungan seperti polutan dan hutan mangrove. Data Polutan dapat
diperoleh melalui penghitungan keseimbangan nitrogen dan phosphor sementara BOD merupakan data sekunder dari Balai Perikanan. Keberadaan mangrove
ditangkap dengan menggunakan variabel Dummy. Dalam penelitian ini, digunakan beberapa tahap analisis yaitu: Pertama,
mengukur dan menganalisis penampilan produksi tambak udangikan dengan menggunakan model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Cobb Douglas Produksi.
Variabel yang dikembangkan dalam model Cobb Douglas adalah faktor-faktor produksi yang dapat dikuasai yaitu benih nener, pakan, urea, tenaga kerja, luas
tambak dan enerji bahan bakar minyak untuk menghasilkan output tunggal yaitu bandeng, sedangkan udang windu disetarakan ke bandeng sesuai dengan harga
jual masing-masing. Keterlibatan variabel harga dalam model Cobb Douglas, digunakan untuk menghitung besaran efisiensi alokatif dan ekonomi. Berdasarkan
inefisiensi teknik usaha tambak dapat diketahui besaran kehilangan produksi, sedangkan dari inefisiensi ekonomi dapat diketahui besar biaya
kerusakankerugian akibat adanya polutan. Melalui kombinasi parameter polutan dalam fungsi inefisiensi teknik dan biaya kerugian akibat adanya polutan dapat
diketahui besaran harga bayangan masing-masing polutan dan besar biaya yang dikeluarkan terkait dengan jumalh polutan tersebut.
Tahap selanjutnya, menghitung Indeks Produktivitas Faktor Total Tornqvist Theill sehingga diperoleh indeks input dan indeks output. Variabel
input dalam model yang dikembangkan adalah benih benur dan nener, pakan, urea, TSP, saponin, tenaga kerja, dan enerji bahan bakar minyak dengan masing-
masing harga yang dimilikinya. Variabel output yang diinginkan sebagai target produksi adalah bandeng hasil budidaya tambak . Indeks TFP diperoleh dari
pengurangan indeks output dan indeks input. Hasil indeks TFP diregresikan dengan variabel non input yang diduga mempengaruhi indeks TFP yaitu polutan
nitrat, polutan phospor dan Biology Dissolved Oxygen BOD dan mangrove di areal tambak sebagai faktor lingkungan. Keberadaan mangrove sebagai penyerap
limbah dimasukkan dalam model sebagai variabel dummy. Faktor lain adalah indeks skill yang merupakan gabungan beberapa unsur seperti umur, pengalaman,
sekolah dan penyuluhan yang diasumsikan merupakan unsur pembentuk skill yang dibutuhkan dalam mengelola tambak. Untuk melengkapai faktor-faktor yang
mempengaruhi TFP adalah indeks fasilitas yang merupakan gabungan dari keadaan irigasi, saluran air laut, listrik, pasar tambak, dan jalan produksi.
3.7 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran, maka dapat disusun hipotesis penelitian. Hipotesis ini digunakan sebagai pertimbangan bahwa semua faktor produksi yang
ada berpengaruh positif terhadap fungsi produksi usaha tambak bandeng. Penjelasan hipotesis ini, antara lain :
a.
Pakan, kebutuhan pakan menjadi penting setelah pakan alami mulai menipis
di perairan tambak, umumnya setelah pemeliharaan 1.5 – 2 bulan. Jika 1 0 artinya semakin banyak pakan yangdigunakan dalam proses produksi maka
hasil produksi bandeng akan meningkat. b.
Jumlah Nener.Benih bandeng nener merupakan faktor produksi yang
pentinguntuk diperhatikan. Jumlah nener yang ditebar dalam tambakmempengaruhi hasil produksi. Padat tebar nener pada tiap
tambakberbeda-beda tergantung pada dua hal, yaitu luasan yang dimiliki