Keseimbangan Massa Polutan dalam Perairan tambak

limbah N. Sampai saat ini masih diupayakan meningkatkan efisiensi penggunaan protein oleh ikan atau udang budidaya. Salah satu teknologi yang dipercaya mampu meningkatkan efisiensi retensi protein adalah teknologi bioflok bioremediasi yakni mikroba yang mampu memanfaatkan kelebihan protein sisa pakan ikan dan udang, sehingga efisiensi penggunaan protein dalam perairan tambak meningkat dan mengurangi limbah nitrogen. Secara rinci sebaran polutan nitrogen, fosfor dan bahan organik BOD terhadap efisiensi teknis usaha tambak monokultur ikan bandeng tercantum pada Tabel 49,50,51. Tabel 49. Sebaran Polutan Nitrogen Berdasarkan Sebaran Efisiensi Teknis Usaha Tambak Monokultur di Kabupaten Karawang Sebaran TE TE Rata‐ Rata Polutan Nitrogen mgl Jumlah UT Persen Rendah Sedang Tinggi Tercemar 0,1 0,25 1 1 40 - 49 48.6 1 1 1.82 50 - 59 56.6 1 1 1.82 60 - 69 66.4 8 8 14.55 70 - 79 76.4 3 3 5.45 80 - 89 86.4 19 1 2 22 40.00 90 - 100 92.9 15 4 1 20 36.36 Jumlah UT 47 5 3 55 100.00 Persen 85.45 9.09 5.45 100 Tabel 50. Sebaran Polutan Fosfor Berdasarkan Sebaran Efisiensi Teknis Usaha Tambak Monokultur di Kabupaten Karawang Sebaran TE TE Rata- Rata Polutan Fosfor mgl Jumlah Ut Persen Rendah Cukup Baik Sangat Baik Eutrofikasi 0 - 0.02 0.021- 0.05 0.05 - 0.1 0.11 - 0.2 0.2 40 - 49 48.6 1 1 1.82 50 - 59 56.6 1 1 1.82 60 - 69 66.4 6 2 8 14.55 70 - 79 76.4 2 1 3 5.45 80 - 89 86.4 18 2 2 22 40.00 0.90 - 1.00 0.929 13 1 3 2 1 20 36.36 Jumlah UT 41 6 3 4 1 55 100 Persen 74.55 10.91 5.45 7.27 1.82 100 Tabel 51. Sebaran Polutan Bahan Organik BOD Berdasarkan Sebaran Efisiensi Teknis Usaha Tambak Monokultur di Kabupaten Karawang Sebaran TE TE Rata- Rata Polutan BOD mgl Jumlah UT Persen Tidak Tercemar Tercemar Ringan Tercemar Sedang Tercemar Berat 2.9 3.0 - 4.9 5.0 - 14.9 15 40 - 49 48.6 1 1 1.82 50 - 59 56.6 1 1 1.82 60 - 69 66.4 3 5 8 14.55 70 - 79 76.4 3 3 5.45 80 - 89 86.4 10 11 1 22 40.00 90 - 100 92.9 12 4 4 20 36.36 Jumlah UT 26 24 5 55 100.00 Persen 47.27 0.00 43.64 9.09 100 Secara rinci sebaran polutan nitrogen, fosfor dan bahan organik BOD terhadap efisiensi teknis usaha tambak polikultur ikan bandeng-udang windu tercantum pada Tabel 52,53,54. Tabel 52. Sebaran Polutan Nitrogen Berdasarkan Sebaran Efisiensi Teknis Usaha Tambak Polikultur di Kabupaten Karawang Sebaran TE TE Rata‐ Rata Polutan Nitrogen mgl Jumlah Ut Persen Rendah Sedang Tinggi Tercemar 0.1 0.25 1 1 30 - 39 38.0 1 1 2.33 40 - 49 0.00 50 - 59 0.00 60 - 69 0.00 70 - 79 76.3 3 1 4 9.30 80 - 89 87.1 5 3 4 12 27.91 90 - 100 93.7 13 3 9 1 26 60.47 Jumlah UT 21 7 14 1 43 100 Persen 48.84 16.28 32.56 2.33 100 Tabel 53. Sebaran Polutan Fosfor Berdasarkan Sebaran Efisiensi Teknis Usaha Tambak Polikultur di Kabupaten Karawang Sebaran TE TE Rata- Rata Polutan Fosfor mgl Jumlah UT Persen Rendah Cukup Baik Sangat Baik Eutrofikasi 0 - 0.02 0.021- 0.05 0.05 - 0.1 0.11 - 0.2 0.2 30 - 39 38.0 1 1 2.33 40 - 49 0.00 50 - 59 0.00 60 - 69 0.00 70 - 79 76.3 1 1 1 1 4 9.30 80 - 89 87.1 3 2 2 2 3 12 27.91 90 - 100 93.7 5 4 6 3 8 26 60.47 Jumlah UT 9 7 10 6 11 43 100 Persen 20.93 16.28 23.26 13.95 25.58 100 Tabel 54. Sebaran Polutan Fosfor Berdasarkan Sebaran Efisiensi Teknis Usaha Tambak Polikultur di Kabupaten Karawang Sebaran TE TE Rata- Rata Polutan BOD mgl Jumlah UT Persen Tidak Tercemar Tercemar Ringan Tercemar Sedang Tercemar Berat 2.9 3.0 - 4.9 5.0 - 14.9 15 30 - 39 38.0 1 1 2.33 40 - 49 0.00 50 - 59 0.00 60 - 69 0.00 70 - 79 76.3 1 3 4 9.30 80 - 89 87.1 5 7 12 27.91 90 - 100 93.7 13 8 5 26 60.47 Jumlah UT 19 19 5 43 100 Persen 44.19 44.19 11.63 100 Teknik lain ini yang merupakan tambahan biaya yang harus dikeluarkan bila mengharapkan produksi tetap. karena tanpa biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan teknik pengurang polutan. produksi yang dihasilkan menjadi lebih rendah dari yang diharapkan. Sebenarnya dengan produksi yang lebih rendah ini. terdapat biaya yang tersembunyi yang telah dibayarkan akibat adanya polutan. Wossink dan Denaux 2002 menyatakan bahwa proses produksi yang tidak efisien merupakan penyebab mendasar terjadinya polusi.

7.3 Kehilangan Produksi dan Biaya Kerugian Akibat Limbah Tambak

Kehilangan produksi production loss yang disebabkan oleh inefisiensi teknik, dapat diketahui melalui pengurangan produksi frontier dan produksi bandeng aktual. Produksi frontier diperoleh dari memasukkan nilai variabel faktor faktor produksi aktual hasil analisis MLE, ke dalam persamaan fungsi produksi stochastik frontier usaha tambak bandeng berdasarkan pendugaan parameter MLE. Fungsi produksi usaha tambak dengan pola budidaya monokultur dan polikultur bandeng tercantum pada Tabel 55 dan 56 Tabel 55. Produksi Frontier dan Tingkat Kehilangan Produksi Usaha Tambak Monokultur Berdasarkan Tingkat Efisiensi di Kabupaten Karawang, 2011 Sebaran TE TE Rata-rata Jumlah UT Y Bandeng kgha Y Frontir kgha Kehilangan Produksi Persen 40 - 49 48.6 1 800 1645.13 845.13 105.64 50 - 59 56.6 1 2400 4241.99 1841.99 76.75 60 - 69 66.4 8 1010 1522.80 512.80 50.77 70 - 79 76.4 3 500 652.01 152.01 30.92 80 - 89 86.4 22 5300 6117.19 817.00 15.89 90 - 100 92.9 20 12503 13389.94 886.56 7.76 Jumlah 55 Hasil perhitungan produksi frontier rata-rata dicantumkan pada Tabel 55. Dari Tabel ini terlihat bahwa terdapat hubungan antara produksi bandeng aktual dengan efisiensi teknis rata-rata, dimana semakin tinggi efisiensi yang dicapai akan menghasilkan produksi yang semakin besar. Dan sebaliknya bahwa semakin kecil efisiensi teknis yang dicapai petambak maka semakin besar kehilangan produksinya. Petambak yang mencapai efisiensi teknis 44.1 persen dapat meningkatkan produksinya sebesar 703 persen agar dapat mencapai produksi frontiernya. Sebaliknya pada petambak bandeng yang telah mencapai efisiensi yang tinggi 91.1 persen untuk mencapai efisiensi penuh melalui peningkatan produksi sebesar 102 persen, pada pola budidaya monokultur bandeng. Persentase kehilangan produksi yang sangat besar menunjukkan daya dukung lingkungan yang rendah terhadap produksi bandeng. sehingga peningkatan produksi yang besar untuk mencapai produksi frontier tidak dapat dilakukan hanya dengan peningkatan efisiensi penggunaan input. Diperlukan teknologi yang tepat yang mampu meningkatkan daya dukung lingkungan, karena budidaya tambak sangat tergantung kepada daya dukung lingkungannya, sebagaimana di paparkan di atas. Pada pola budidaya bandeng dengan sistem polikultur dengan udang windu, tingkat kehilangan produksi tercantum pada Tabel 56. Dengan kondisi yang hampir sama dengan monokultur bandeng bahwa terdapat hubungan antara produksi bandeng aktual dengan efisiensi teknis rata-rata, dimana semakin tinggi efisiensi yang dicapai akan menghasilkan produksi yang semakin besar. Tabel 56. Produksi Frontier dan Tingkat Kehilangan Produksi Usaha Tambak Polikultur Berdasarkan Tingkat Efisiensi di Kabupaten Karawang, 2011 Sebaran TE TE Rataan Jumlah UT Y Bandeng kgha Y Frontir kgha Kehilangan produksi Persen 30 - 39 38.0 1 2790 7336,70 4546,70 162,96 40 - 49 50 - 59 60 - 69 70 - 79 76.3 4 2709 3555.62 846.17 31.14 80 - 89 87.1 12 2961 3426.15 465.19 14.97 90 - 100 93.7 26 3961 4241.47 280.51 6.80 Jumlah 43 Dan sebaliknya bahwa semakin kecil efisiensi teknis yang dicapai petambak maka semakin besar kehilangan produksinya. Petambak yang mencapai efisiensi teknis 39.8 persen dapat meningkatkan produksinya sebesar 852 persen agar dapat mencapai produksi frontiernya. Sebaliknya pada petambak bandeng yang telah mencapai efisiensi yang tinggi 91.5 persen untuk mencapai efisiensi penuh melalui peningkatan produksi sebesar 95 persen. Untuk mengetahui besaran biaya kerugian yang ditimbulkan oleh adanya pencemaran bahan organik dapat dilakukan dengan mengurangkan biaya aktual dengan biaya frontier sehingga diperoleh besarn biaya kerugianmasing-masing usaha tambak monokultur bandeng, yang tercantum pada Tabel 57. Terlihat bahwa ada hbungan antara efisiensi teknis dengan biaya aktualnya bahwa semakin efisiens usaha tambak maka semakin besar biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan produksi bandeng. sebagaimana besaran ini searah dengan biaya kerugian akibat adanya pencemaran yaitu semakin efisiensi usaha tambak maka biaya kerugian yang diderita juga semakin besar. Tabel 57 . Distribusi Biaya Kerugian Akibat Pencemaran Bahan Organik Pada Usaha Tambak Monokultur Sebaran EE Jumlah UT Biaya Aktual Juta Rp Biaya Frontir Juta Rp Biaya Kerugian Juta Rp Persen 20 - 29 11 143.447 620.330 476.883 312 30 - 39 13 30.241 84.975 54.733 185 40 - 49 8 18.857 41.193 22.336 123 50 - 59 7 23.196 42.574 19.377 86 60 - 69 7 20.678 31.326 10.647 54 70 - 79 4 9.283 12.228 2.945 31 80 - 89 3 21.568 25.211 3.642 17 90 - 100 1 12.113 12.661 548 5 101 - 110 1 6.202 5.677 -525 -8 55 Kondisi di atas berbeda dengan usaha tambak polikultur dimana biaya aktual yang paling rendah terjadi pada tingkat efisiensi 70 persen begitu juga dengan biaya kerugian yang diakubatkan oleh pencemaran ada kecenderungan semakin efisinsi usaha tambak akan semakin kecil kerugian yang diderita. Sebagaimana terlihat pada Tabel 2. Bila dibandnikan dengan monokultur terlihat bahwa biaya kerugian yang diderita monokultur lebih tinggi daripada polikultur. Tabel 58. Distribusi Biaya Kerugian Akibat Pencemaran Bahan Organik Pada Usaha Tambak Polikultur Sebaran EE Jumlah UT Biaya Aktual Juta Rp Biaya Frontir Juta Rp Biaya Kerugian Juta Rp Persen 20 ‐ 29 1 13.488 47.158 33.669 249.61 30 ‐ 39 6 28.199 82.261 54.062 184.77 40 ‐ 49 9 21.787 48.526 26.738 119.51 50 ‐ 59 14 15.949 29.261 13.312 82.56 60 ‐ 69 9 17.786 28.031 10.244 56.59 70 ‐ 79 3 16.387 21.655 5.267 32.95 80 ‐ 89 1 15.175 18.105 2.929 19.31 43 Dari biaya kerugian akibat pencemaran dapat dihitung harga bayangan dan biaya polutan