Produksi Usaha Tambak KERANGKA PEMIKIRAN

sebesar 1–3 orang dan juga 4-6 orang dan 4 orang responden 4.10 persen dengan jumlah tanggungan keluarga sebesar 7-9 orang. Tabel 16. Sebaran Responden Petambak Bandeng dan Udang Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah Tanggungan Keluarga orang Jumlah Responden orang Persentasi 1-3 4-6 7-9 47 47 4 47.95 47.95 4.10 Jumlah 98 100.0 Sumber : Data Primer,diolah 4. Tingkat Pendidikan Berdasarkan tingkat pendidikan responden petambak bandeng dan udang dikelompokkan menjadi 6 kelompok yaitu responden yang tidak tamat SD, tamat SD, tamat SLTP, tamat SLTA, diploma dan sarjanapascasarjana. Jumlah dan persentasi masing-masing tingkat pendidikan tercantum pada Tabel 17. Waktu yang digunakan responden untuk bersekolah bervariasi dari yang terendah adalah petambak yang pernah sekolah sampai kelas 2 SD dan tertinggi sampai tingkat lulus sarjana. Rata-rata waktu bersekolah adalah 7.5 tahun yang menunjukkan tingkat sekolah yang telah menamatkan SD. Dengan tingkat sekolah seperti ini sebenarnya petambak di Kabupaten Karawang memiliki kemampuan menerima pengetahuan yang terkait dengan perubahan teknologi tambak. Tabel 17. Sebaran Responden Petambak Bandeng dan Udang Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Responden orang Persentase Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Diploma SarjanaPascasarjana 26 34 21 13 2 2 26.53 34.69 21.43 13.27 2.04 2.04 Jumlah 98 100.0 Sumber : Data Primer,diolah Dari Tabel 17 terlihat bahwa jumlah responden petambak bandeng dan udang terbesar berada pada tingkat pendidikan tamat SD, yaitu sebanyak 34 responden 34.69 persen. Kelompok tidak tamat SD antara kelas 2 sampai kelas 5 SD memiliki jumlah responden 26 orang 26.53 persen. Kelompok tamat SLTP memiliki jumlah responden 21 orang 21.43 persen. Kelompok tamat SLTA memiliki jumlah responden 13 orang 13.27 persen. Kelompok diploma memiliki jumlah responden 2 orang 2.04 persen dan terakhir kelompok sarjana yaitu sebanyak 2 responden 2.04 persen.

5. Pengalaman bertambak

Berdasarkan pengalaman bertambak, responden petambak bandeng dan udang dikelompokkan menjadi 6 kelompok yaitu responden dengan pengalaman usaha dalam budidaya tambak 1 – 10 tahun, sampai dengan pengalaman bertambakj 51 – 60 tahun. Jumlah dan persentasi dari masing-masing pengalaman usaha responden dapat dilihat pada Tabel 17. Sejalan dengan variasi umur petambak di Kabupaten Karawang, terlihat bahwa pengalaman bertambakpun bervariasi mulai dari 2 tahun sampai 60 tahun, dengan rata-rata pengalaman bertambak 18.7 tahun yang menunjukkan bahwa pengalaman tersebut membentuk keterampilan yang dibutuhkan dalam kegiatan bertambak. Dari Tabel 17 terlihat bahwa jumlah responden petambak bandeng dan udang terbesar berada pada kelompok pengalaman usaha 1 – 10 tahun, yaitu sebanyak 32 responden 32.7 persen, menurun sesuai dengan lamanya bertambak. Kelompok dengan pengalaman 11 – 20 tahun sebanyak 30.6 persen. Tabel 17.Sebaran Responden Petambak Bandeng dan Udang Berdasarkan Pengalaman Usaha Pengalaman Usaha tahun Jumlah Responden orang Persentas 1-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 32 30 22 12 1 1 32.7 30.6 22.5 12.2 1 1 Jumlah 98 100.0 Sumber : Data Primer,diolah Kelompok pengalaman usaha 21 – 30 tahun sebanyak 22 orang 22.5 persen. Kelompok pengalaman usaha 31 – 40 tahun memiliki jumlah responden 12 orang 12.2 persen. Kelompok pengalaman usaha 11 – 30 tahun berjumlah 53.1 persen merupakan kelompok yang telah mapan dalam aktivitas bertambak dan masih memiliki kemampuan dalam meningkatkan ketrampilan dalam mengelola usaha tambaknya.

6. Status Kepemilikan Lahan Tambak

Kepemilikan lahan tambak terdiri dari empat macam status kepemilikan lahan yaitu lahan tambak milik sendiri, sewa tambak, tambak gadai dan tambak garap. Jumlah responden yang berstatus pemilik lahan merupakan jumlah terbesar diikuti sewa dan garap dalam jumlah yang sama dan yang paling sedikit adalah status gadai. Pemilik tambak umumnya berperan sekaligus sebagai penggarap tambaknya sendiri, terutama bila luas tambak yang digarap tidak terlalu luas sekitar 1 – 5 hektar. Bila pemilik tambak memiliki lahan tambak yang luas, biasanya sebagian diserahkan kepada “bujang”yaitu orang upahan yang diberi tanggungjawab dalam mengelola tambak. Bujang diberi tempat tinggal beserta keluarganya dekat dengan lahan tambaknya, biasanya mendapat upah uang tahunan, beras bulanan ditambah bagian ikanudang rucah. Tabel 18. Status Kepemilikan Lahan Tambak Di Pesisir Utara Kabupaten Karawang Status Usaha Jumlah Responden orang Persentas Lahan Milik Lahan Sewa Lahan Gadai Lahan Garap 38 22 16 22 38.78 22.45 16.32 22.45 Jumlah 98 100.0 Data Primer,diolah Petambak dengan status penggarap cukup banyak, terutama setelah masa kejayaan udang windu berakhir, karena pemilik tambak yang umumnya dari kota besar, tidak berminat lagi melanjutkan usaha tambak udang windu sehingga pengelolaan tambak diserahkan sepenuhnya kepada bujang yang menggarap tambaknya. Penggarap mendapat penghasilan dari usaha tambaknya tanpa gaji atau upah dari pemilik tambak. Secara rinci status usaha tambak tercantum pada Tabel 18.

7. Infrastruktur dan Penyuluhan

Program SAFVER Sustainability Aquaculture Development For Food Security And Poverty Reduction merupakan proyek kerjasama KKP dan ADB untuk beberapa kabupaten pesisir di seluruh Indonesia. Kabupaten Karawang mendapat program SAFVER untuk periode 2009-2014, yang baru mulai dilaksanakan tahun 2010. Tujuan spesifik program ini adalah : 1 meningkatkan produksi ikan dan organisme akuatik lainnya, 2 meningkatkan pendapatan dan status gizi pembudidaya miskin dan 3 melindungi lingkungan perairan di daerah perairan tawar dan pesisir. Tujuan ini dijabarkan dalam 5 lima kegiatan utama yaitu mengembangkan potensi, meningkatkan produksi, penanganan panen dan pasca panen serta pemasaran hasil usaha. Bantuan SAFVER diterima masyarakat melalui kelompok pemanfaat Pokmaman yang telah mendapatkan pelatihan mengenai budidaya yang baik CBIB. Bantuan SAFVER yang diterima masyarakat umumnya berupa BIP bantuan input produksi seperti benih bandeng,udang, pupuk organik, pakan dan fasilitas atau sarana produksi seperti pompa air, jalan produksi, pengerukan saluran air normalisasi saluran, rehabilitasi mangrove melalui penanaman bibit mangrove di sepanjang pantai, saluran air tambak, tanggul, dan hamparan tambak. Beberapa saluran air tambak mendapat bantuan ‘breakwater’ untuk menanggulangi sedimentasi yang cepat. Tiga Kecamatan yang mendapatkan bantuan tahun 2010 yaitu Kecamatan Cilamaya Wetan, Cilamaya Kulon dan Tempuran. Sehingga responden dalam penelitian ini dari ketiga kecamatan tersebut seluruhnya merupakan anggota SAFVER dan telah mendapat bantuan. Jumlah anggota SAFVER yang menjadi responden ini ada 35 orang pembudidaya tambak dari tiga kecamatan tersebut dan ditambah dengan 7 orang pembudidaya dari Kecamatan Tirtajaya Tabel 10. Sumber pengetahuan pengembangan usaha tambak dapat diperoleh melalui penyuluhan dan pelatihan. Selama dua tahun belakangan kegiatan