Tingkat Produktivitas Usaha Tambak

Analisis produktivitas faktor total juga memberikan informasi tentang kontribusi masing-masing input dalam menghasilkan output tertentu. Secara rinci kontribusi masing-masing input, dapat dilihat pada Tabel 39. Input yang memiliki kontribusi besar pada usaha tambak monokultur bandeng adalah nener, pakan dan tenaga kerja, masing-masing sebesar 23.7 persen, 31.6 persen dan 30 persen. Sementara kedua jenis pupuk yakni urea dan TSP semakin kecil kontribusinya dalam proses produksi. Kendala ini menunjukkan bahwa usaha tambak monokultur bandeng sudah menggunakan teknologi yang lebih tinggi yakni teknologi semi-intensif. Ciri teknologi semi-intensif adalah padat penebaran nener lebih tinggi, pemberian pakan yang lebih intensif Tabel 1 dan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak. Tabel 39. Kontribusi Faktor-Faktor Produksi Terhadap Produktivitas Faktor Total Pada Monokultur Bandeng Monokultur Bandeng, TFP Rata‐rata 92.4 persen Komponen Input Jumlah Rata‐rata unit Harga Rata‐rata Rp Pangsa 2 Nener ekorperha 33182 158 23.7 3 Pakan kg perha 5910 2774 31.6 4 Ureakg perha 1353 1813 7.8 5 Tspkg perha 628 1994 3.6 6 Saponinkg perha 56 4982 2.8 7 Tenaga kerja HOK 82 64188 30.0 8 Bbmliter perha 27 4500 0.5 Jumlah pangsa 100 Adapun kontribusi input terhadap pembentukan produktivitas faktor total pada usaha tambak polikultur bandeng windu tercantum pada Tabel 40. Usaha tambak polikultur ikan bandeng – udang windu, umumnya dikelola dengan menggunakan teknologi tradisional plus, sebagaimana terlihat pada Tabel 1. Teknologi tradisional plus merupakan teknologi transisi yang menjembatani teknologi yang lebih tinggi. Input yang memiliki kontribusi besar adalah benih nener dan benur, pakan dan tenaga kerja. Penggunaan BBM pada polikultur bandeng windu lebih tinggi, ini dikarenakan letak tambak yang jauh dari pantai dan lebih condong dekat dengan perbatasan sawah yang tersedia saluran irigasi air tawar. Udang cenderung membutuhkan air tawar sebagai media pengenceran salinitas air laut, sehingga kebutuhan pompa menjadi tinggi sebagai sarana penyedia kebutuhan air. Tabel 40. Kontribusi Faktor-Faktor Produksi Terhadap Produktivitas Faktor Total Pada Polikultur ikan Bandeng-Udang Windu Polikultur Bandeng Windu, TFP Rata‐rata 84.6 persen Komponen Input Jumlah Rata‐rata unit Harga Rata‐rata Rp Pangsa 1 Benur ekorperha 54678 28 10.8 2 Nener ekorperha 23276 203 23.7 3 Pakan kg perha 1211 3150 18.4 4 Ureakg perha 1034 1762 9.5 5 Tspkg perha 438 2037 4.7 6 Saponinkg perha 66 5000 2.7 7 Tenaga kerja hok 58 50000 22.8 8 Bbmliter perha 182 4500 7.3 Jumlah pangsa 100 Dari kedua teknologi produksi dapat diketahui keuntungan yang diperoleh melalui analisis pendapatan seperti tercantum pada Tabel 41. Secara umum usaha tambak monokultur bandeng lebih menguntungkan daripada polikultur bandeng windu. Kedua pola budidaya layak untuk dilanjutkan pada pola tanam berikutnya, terlihat dari rasio pendapatan perbiaya lebih tinggi dari satu. Tabel 41. Komponen Biaya Rata-rata pada Usaha Tambak Monokultur dan Polikultur Perhektar Permusim-tanam di Kabupaten Karawang 2011 Komponen Biaya Monokultur Ikan Bandeng Polikultur Ikan Bandeng – Udang Windu Penerimaan 11 059 017 7 444 904 Biaya Variabel Total 4 585 925 3 665 064 Pendapatan Tunai 6 473 093 3 779 839 RC 2.41 2.03 Biaya Tetap Total 2 710 000 2 710 000 Total Biaya 7 295 925 6 375 064 Pendapatan 3 763 093 1 069 839 RC

1.52 1.17

Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi produktivitas faktor total dapat diketahui melalui regresi berganda. Efisisensi sebagai aspek manajerial input dalam produksi berperan dalam meningkatkan produkstivitas usaha tambak. Variabel efisiensi teknik merupakan variabel independen terhadap produktifitas faktor total. Variabel lain yang diduga dapat mempengaruhi produktivitas faktor total adalah polutan nitrogen, fosfor, bahan organik BOD, keberadaan mangrove, indeks skill dan indeks fasilitas. Hasil parameter dugaan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas faktor total usaha tambak monokultur dan polikultur tercantum pada Tabel 42. Tabel 42. Parameter Dugaan Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Faktor Total Usaha Tambak Monokultur dan Polikultur Bandeng Monokultur Polikultur Variabel Coefficients P ‐value Coefficients P ‐value Intercept 0.1965 0.5788 ‐0.1590 0.7335 Efisiensi Teknis 0.9125 0.0107 1.0117 0.0501 Polutan Nitrogen kg perunit ‐0.0001 0.7131 0.0002 0.1124 Polutan Fosfor kg perunit 0.0002 0.6511 ‐0.0006 0.0826 Polutan BOD kg perunit 0.0001 0.0282 0.0001 0.4290 Dummy Mangrove ‐0.0961 0.1591 ‐0.0994 0.1253 Indeks Skill 0.0114 0.2012 0.0061 0.5324 Indeks Fasilitas ‐0.0092 0.5667 0.0145 0.4412 R Square 0.320 0.180 Sumber : data primer diolah Variabel efisiensi teknis sangat berpengaruh nyata terhadap produktivitas faktor total usaha tambak monokultur dan polikultur pada taraf α 5 persen dan bertanda positif yang berarti peningkatan efisiensi teknik berdampak pada peningkatan produktivitas. Ini menunjukkan bahwa perbaikan efisiensi teknis dapat dilakukan melalui menambah jumlah penggunaan input untuk meningkatkan outputnya karena elastisitas produksi pada tahap increasing return to scale dengan nilai 1.29. Jadi penambahan input bersama-sama satu unit akan meningkatkan output sebessar 1.29 unit. Perlakuan penambahan input, bila disertai dengan memperhatikan harga input sehingga memperoleh harga murah atau subsidi maka akan dapat meningkatkan efisiensi aloktifnya. Dengan demikian petambak dapat menghemat biaya dan selanjutnya dapat meningkatkan keuntungannya. Peningkatan efisiensi teknik disertai perbaikan efisiensi alokatifnya berarti memperbaiki efisiensi ekonomisnya. Namun di lapangan, informasi harga input dan output yang bersifat tidak sempurna menyebabkan terjadinya keragaman harga input dan output yang tidak cukup digambarkan hanya dari harga rata-rata. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas faktor total monokultur ikan bandeng selain efisiensi teknis adalah polutan bahan organik BOD dengan tanda positif dan signifikans pada taraf α = 5 persen dan dummy mangrove bertanda negatif yang signifikan pada taraf α = 20 persen. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas faktor total polikultur ikan bandeng – udang windu selain efisiensi teknis adalah polutan nitrogen bertanda positif dan signifikans pada taraf α = 15 persen, polutan fosfor bertanda negatif dan signifikans pada taraf α = 10 persen, dan dummy mangrove bertanda negatif yang signifikan pada taraf α = 15 persen. Sementara indeks skill dan indeks fasilitas tidak berpengaruh terhadap kedua pola budidaya. Ini menunjukkan bahwa polutan nitrogen, fosfor, BOD dan dummy mangrove merupakan faktor yang mempengaruhi produktivitas selain efisiensi teknik.

VII. PENGARUH POLUTAN TERHADAP EFISIENSI USAHA TAMBAK DI KABUPATEN KARAWANG

7.1 Keseimbangan Massa Polutan dalam Perairan tambak

Sebagaimana telah diungkapkan di bab pendahuluan bahwa kemajuan teknologi budidaya tambak mampu melipat-gandakan produksi ikan udang untuk memenuhi kuota ekspor dan permintaan pasar dalam negeri, namun disisi lain hasil sampingan yang tidak diinginkan juga ikut terproduksi. Masalah utama dalam pengembangan budidaya tambak adalah penggunaan akuainput dalam sistem budidaya intensif melalui pengkayaan nutrien dalam pakan yang berdampak potensial dalam kualitas air, akibat beban loading organik yang terutama berasal dari sisa pakan yang tidak termakan dan feses hasil metabolisme udang ikan yang dibudidayakan. Sisa pakan yang membusuk dan terurai akan menurunkan kualitas air tambak sebagai media hidup ikan udang. Rendahnya kualitas air tambak ini yang menyebabkan tingkat mortalitas udang yang tinggi dan kecenderungan terjadi penurunan produktivitas. Produksi budidaya udang atau ikan menghasilkan dua output yang selalu dihasilkan bersamaan yaitu udangikan sebagai produk target produk yang diinginkan sebagai good output dan limbah sisa pakan yang tidak dikonsumsi sehingga unsur hara N dan P terlepas ke lingkungan. Dengan demikian polutan nitrogen dan phosphor merupakan output yang tidak diinginkan sebagai bad output. Semua output ini dihasilkan secara bersamaan dan adanya saling ketergantungan, dimana kapasitas produksi yang meningkat sejalan dengan peningkatan polutan yang dihasilkan sebagaimana terlihat pada Tabel 2. Jadi bila ingin menghilangkan limbah hanya dapat dilakukan dengan tidak melakukan produksi. Tetapi itu tidak mungkin dilakukan, sehingga diperlukan upaya lain yang dapat meminimumkan polutan yang dihasilkan. Upaya inilah yang merupakan biaya tambahan yang harus dikeluarkan untuk mencapai tujuan meminimumkan polutan dengan mempertahankan output target yang dihasilkan sesuai dengan kapasitas produksinya. Berdasarkan persamaan Keseimbangan Massa Paez Osunna 1997 diperoleh Jumlah nitrogen masuk ke perairan tambak budidaya dipengaruhi oleh kadar nitrogen yang terbawa waktu pengisian air tambak N a , kadar nitrogen dalam pupuk N u , kadar nitrogen dalam nener dan benur N b , dan kadar nitrogen dalam pakan N p . Besar nitrogen masuk dalam perairan tambak monokultur ikan bandeng dan polikultur ikan bandeng-udang windu tercantum pada Tabel 43. Tabel 43. Total Nitrogen Yang Masuk Dalam Perairan Usaha Tambak Monokultur Dan Polikultur . kg perunit Komponen N Air Masuk N Pupuk Urea N Benih N Pakan N Input Total Rata-rata 3.62 619.82 19.91 250.78 894.12 Maksimum 28.66 3680.00 72.00 2544.00 5639.74 Minimum 0.33 23.00 1.20 0.00 37.40 Standar Deviasi 4.51 846.21 15.86 486.07 1254.62 Pangsa 0.40 69.32 2.23 28.05 100 Polikultur Rata-rata 1.82 472.62 19.15 67.17 560.76 Maksimum 18.69 2760.00 65.44 763.20 3586.63 Minimum 0.31 27.60 2.14 0.00 45.74 Standar Deviasi 2.87 641.87 18.62 136.00 739.25 Pangsa 0.32 84.28 3.41 11.98 100.00 Pupuk urea merupakan sumber nitrogen terbesar yang masuk dalam perairan tambak monokultur ikan bandeng, diikuti pakan, sementara benih dan air dapat diabaikan kadar N yang masuk. Kadar nitrogen dalam urea cukup tinggi yaitu 46 persen sementara pakan yang diberikan rata-rata mengandung kadar N 26.5 persen. Sehingga sumber utama pemasok kadar nitrogen adalah pupuk urea sebesar 69.32 persen sedangkan pakan 28.05 persen. Pemasok nitrogen pada usaha tambak polikultur memiliki pola yang sama dimana pupuk urea mendominasi dengan pangsa 84.28 persen, ini menunjukkan bahwa usaha tambak polikultur mengandalkan pakan alami yang tumbuh karena pengkayaan nutrisi nitrogen dari pupuk urea, sementara pakan hanya 11.98 persen yang berfungsi sebagai pakan tambahan. Hampir semua variabel memiliki standar deviasi yang sangat besar, yang kemungkinan berasal dari penggunaan input yang sangat bervariasi dari satu petambak dengan petambak lainnya. Jumlah nitrogen masuk selanjutnya ditransformasi secara biologi dalam proses pembesaran ikan udang yang dibudidayakan. Jumlah nitrogen yang terpakai N o dipengaruhi oleh penguraian amoniak dalam berbagai bentuk seperti penguapan dan pengendapan N am , kadar nitrogen yang menjadi daging dalam udang dan ikan yang dipanen N pu , dan nitogen yang diserap oleh tanaman air seperti phytoplankton, alga, klekap, lumut N ta . Jumlah nitrogen yang terpakai dalam perairan usaha tambak monokultur dan polikultur tercantum pada Tabel 44. Tabel 44. Total Nitrogen Yang Digunakan Dalam Perairan Usaha Tambak Monokultur Dan Polikultur kg perunit Komponen Penguraian N-amonia N Panen Udang dan ikan N tanaman air N Output Total Rata-rata 244.99 134.37 3.59 382.95 Maksimum 1545.29 861.16 22.56 2251.85 Minimum 10.25 3.42 0.15 17.99 Standar Deviasi 343.77 178.40 4.77 512.36 Pangsa 63.97 35.09 0.94 100 Polikultur Rata-rata 153.65 92.07 2.25 247.96 Maksimum 982.74 458.00 14.35 1398.61 Minimum 12.53 7.26 0.18 19.98 Standar Deviasi 202.55 101.19 2.95 297.12 Pangsa 61.96 37.13 0.91 100.00 Kedua pola budidaya memiliki fenomena yang sama yaitu transformasi kadar nitrogen yang bersumber dari pupuk urea dan pakan diubah sebagian besar dalam bentuk amonia yang terurai yaitu 61.96 persen pada polikultur dan 63.97 persen pada monokultur, sementara yang diubah menjadi daging ikan udang sebesar 37.13 persen pada polikultur dan 35.09 persen pada monokultur. Hal ini sesuai dengan Boyd 1999 yang menyebutkan bahwa besar retensi nitrogen antara 25 – 35 persen dan phosphor antara 15-25 persen yang tertinggal di dalam jaringan udang. Namun, bila melihat pangsa nitrogen yang dari pakan 28 persen dan 12 persen lebih kecil daripada pangsa nitrogen dari ikan bandeng yang dipanen 35 persen dan 37 persen, kemungkinan jumlah pakan yang diberikan hanya berfungsi sebagai pelengkap kebutuhan pakan, sementara sumber pakan utama adalah pakan alami yang ditumbuhkan dengan pengayaan nitrogen dari pupuk urea. Dengan demikian sumber polutan nitrogen bukan berasal dari pakan tetapi dari penggunaan pupuk urea. Hal ini dimungkinkan karena tingkat teknologi yang diterapkan adalah teknologi tradisional dan tradisional plus, yang masih mengandalkan lingkungan lebih besar dari pada input modern. Besaran nitrogen yang terbuang yang berpotensi menjadi polutan, dalam keseimbangan massa merupakan selisih, sehingga kadar nitrogen masuk dikurangi kadar nitrogen keluar. Jumlah polutan nitrogen yang dihasilkan dari proses produksi budidaya bandeng tercantum dalam Tabel 45. Polutan nitrogen dari keseimbangan massa ini selanjutnya diperlakukan sebagai data polutan nitrogen usaha tambak monokultur dan polikultur. Rata-rata polutan nitrogen pola monokultur adalah 511.17 kg perunit usaha tambak dan pada pola polikultur rata- rata polutan nitrogen adalah 312.79 kg perunit usaha tambak. Tabel 45. Total polutan nitrogen dalam perairan usaha tambak monokultur dan polikultur kg perunit Komponen N Input Total N Output Total Nitrogen Terbuang Rata-rata 894.12 382.95 511.17 Maksimum 5639.74 2251.85 3387.89 Minimum 37.40 17.99 19.31 Standar Deviasi 1254.62 512.36 754.27 Pangsa 100 100 Polikultur Rata-rata 560.76 247.96 312.79 Maksimum 3586.63 1398.61 2188.02 Minimum 45.74 19.98 15.91 Standar Deviasi 739.25 297.12 449.59 Pangsa 100 100 Berdasarkan standar budidaya air payau BPBAPL Kabupaten Karawang, bahwa indikasi pencemaran polutan nitrogen dalam perairan tambak terjadi bila kadar amonia NH 3 0.1 mgl, nitrit NO 3 0.1 mgl, nitrat NO 3 0.25 mgl dan kadar amonium NH 4 0.25 mgl. Batasan ini dianggap sebagai batas minimal kadar nitrogen dalam menentukan baku mutu kadar nitrogen total perairan yang tercemar polutan nitrogen. Setelah satuan polutan nitrogen dikonversi dari kg perunit usaha tambak ke mgl, maka dapat diketahui usaha tambak yang polutan nitrogen 0.1 mgl dikategorikan polutan rendah, polutan nitrogen sedang 0.25 mgl, polutan nitrogen tinggi 1 mgl, dan dianggap terjadi pencemaran polutan nitrogen bila melebihi 1 mgl. Dengan cara yang sama melalui keseimbangan massa, kadar fosfor yang masuk dalam perairan usaha tambak monokultur dan polikultur, tercantum pada Tabel 46. Kedua pola budidaya memiliki pola yang sama yaitu sumber fosfor terbesar berasal dari pupuk TSP diikuti pakan dan benih. Kadar P pada pupuk TSP sebesar 36 persen, dalam pakan cukup kecil sebesar 2.12 persen dan kadar fosfor dalam benih berkisar 10 -20 persen. Dengan demikian sumber terbesar fosfor bukan berasal dari pakan tetapi dari pupuk TSP. Tabel 46. Total fosfor yang masuk dalam perairan usaha tambak monokultur dan polikultur kg perunit Komponen P Air Masuk P Pupuk TSP P Benih P Pakan P Input Total Monokultur Rata-rata 1,31 227,95 32,45 125,39 387,10 Maksimum 10,42 1440,00 120,00 1272,00 2115,36 Minimum 0,12 0,00 0,00 0,00 11,31 Standar Deviasi 1,64 316,73 26,79 243,03 542,61 Pangsa 0,34 58,88 8,38 32,39 100,00 Polikultur Rata-rata 0.66 155.76 23.82 33.58 213.83 Maksimum 6.80 900.00 81.80 381.60 1177.99 Minimum 0.11 0.00 2.68 0.00 5.45 Standar Deviasi 1.05 214.04 23.28 68.00 265.28 Pangsa 0.31 72.84 11.14 15.71 100.00 Penggunaan kadar fosfor yang masuk perairan tambak bersama-sama dengan kadar nitrogen ditransformasikan secara bilogis menjadi daging ikan udang yang dibudidayakan. Sebagian kadar fosfor mengendap dalam sedimen dasar tambak, sementara yang ditransformasi dalam bentuk panen ikan bandeng relatif kecil yakni 15. 33 persen dan 19.17 persen sesuai dengan pendapat Boyd 1999 bahwa 15 – 25 persen fosfor tertinggal dalam jaringan udang. Bila melihat jumlah kadar fosfor dari pakan sudah mencukupi kebutuhan kadar fosfor ikanudang yang dibudidaya, sehingga sisa pakan yang mengandung fosfor menambah kadar fosfor yang tidak seluruhnya termanfaatkan.