Analisis Efisiensi Teknik Metode Analisis

lingkungan diduga sebagai sumber inefisiensi teknis. Hasil olahan program Frontier 4.1 yang dilakukan secara simultan akan diperoleh sekaligus pendugaan parameter fungsi produksi i dan parameter fungsi inefisiensi δ i . Parameter i dan δ i dalam fungsi produksi Cobb Douglas merupakan elastisitas input dan elastisitas variabel inefisiensi teknisnya. Efisiensi teknis yang diperoleh dapat didefinisikan sebagai rasio output pengamatan terhadap output stokastik frontier yang bersangkutan, yakni: ; exp .............................. 3.11 Dimana output stokastik adalah y i =fx i ; exp { v i - u i }, i = 1,2, . . .N, sehingga TE i = y i y i dan TE bernilai 0 ≤ TE ≤ 1. jika y i y i maka usaha tambak belum mencapai efisiensi secara teknis, berarti akan mengalami kehilangan produksi karena kinerja usaha tambak yang belum efisien. Besaran kehilangan produksi D z dapat diketahui dari selisih y i dan y i ,secara matematis dapat dituliskan sebagai, D z = TE i y i - y i 100 Hilangnya produksi ini merupakan suatu kerugian karena sejumlah input yang digunakan tidak menghasilkan output yang diharapkan, selanjutnya tidak memberikan penerimaan dan keuntungan yang diharapkan karena ada penerimaan yang hilang akibat output yang hilang. Besaran kerugian ini dapat diperkiran melalui efisiensi ekonomi yang telah diketahui EE= C C pada persamaan 4.5 dan 4.6. jika C C, maka usaha tambak belum mencapai efisiensi secara ekonomis, yang berarti akan kehilangan biaya input karena biaya produksi belum mencapai tingkat minimum. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut, EE frontier = 1EEC = CEE = ⁄ = Sehingga kerugian biaya sebesar C z = Kerugian biaya yang terjadi dapat disebabkan karena pengaruh polutan Z C , secara matematis dirumuskan sebagai, Z C = δ z C zi dimana δ z adalah parameter polutan yang diduga mempengaruhi inefisiensi usaha tambak. Dengan demikian besaran harga bayangan polutan SP Z dapat diketahui melalui pembagian biaya kerugian akibat polutan Z C dengan banyaknya polutan yang dihasilkan dalam proses produksi Q Z , secara matematis adalah, SP Z = δ z C zi Q Z Dengan menggunakan cara yang sama dapat diketahui besaran harga bayangan polutan nitrogen, fosfor dan bahan organik BOD. 4.3.4 Analisis Produktivitas Faktor Total Standar pendekatan mengukur Indek TFP Thornqvist Theil secara konsep sebagai rasio indeks total output terhadap indeks total input, yang dikembangkan membentuk perbandingan produktivitas individu usaha tambak dengan rata-rata usaha tambak yang diuji. Rasio produktivitas ditransformasi menjadi bentuk linier menggunakan logaritme, sehingga penghitungan indeks produktivitas faktor total sebagai berikut, ∑ log log ∑ ......................................................4.12 Dimana : Q mi = jumlah output bandeng m dalam usaha tambak i Q avg = jumlah output rata-rata bandeng m untuk total usaha tambak S mi = pangsa pendapatan ke m dari usaha tambak i S ki = pangsa biaya input ke k dari usaha tambak i X ki = jumlah input k dalam proses produksi usaha tambak i X kavg = jumlah input rata-rata k untuk total usaha tambak Hasil indeks TFP yang diperoleh dari persamaan di atas diregresikan dengan faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi indeks TFP usaha tambak. Secara spesifik diformulasikan sebagai, ..........................................................4.3 Dengan: i = nilai koefisien yang diharapkan, dimana 1 , 2 , 3 0, 4 , 5 , 6 , 7 Z 1 = polutan nitrogen kgunit Z 2 = polutan fosfor kgunit Z 3 = polutan BOD kgunit Z 4 = pola budidaya tambak D=1: polikultur dan D= 0 bila monokultur Z 5 = dummy mangrove D=1: ada mangrove di tambak, D=0 bila lainnya Z 6 = indeks skill dibangun dari skala umur, pengalaman, tahun sekolah, frekuensi penyuluhanpelatihan Z 7 = indeks fasilitas dibangun dari skala jarak tambak ke laut, dummy infrastruktur, Dkepemilikan, Dpasar, Dirigasi, Dlistrik Variabel indeks fasilitas merupakan penjumlahan skala dari beberapa unsur lingkungan usaha tambak seperti jarak saluran air tambak ke laut, dummy infrastruktur, Dkepemilikan, Dpasar, Dirigasi, Dlistrik. Keenam unsur ini saling bersinergi membentuk fasilitas pendukung yang dibutuhkan dalam kelancaran pengelolaan tambak. Pembagian skala masing-masing unsur berbeda, seperti tercantum pada Tabel xx. Tabel 7. Nilai Skala jarak tambak ke laut, dummy infrastruktur, Dkepemilikan, Dpasar, Dirigasi, Dlistrik Sebagai Unsur Pembentuk Indeks fasilitas Usaha Tambak 1. Jarak tambak - pantai m 5 = 10 - 1000 4 = 1001 - 2000 3 = 2001 - 5000 2 = 5001 - 10000 1 = 10001 2. Fasilitas tambak 1 = saluran air laut 2 = saluran air laut jalan produksi 3 = saluran air laut, jalan produksi pasar hasil tambak 3. Dummy kepemilikan tambak 0 = non milik 1 = tambak milik sendiri 4. Cara penjualan hasil tambak 1 = diijonkan 2 = borongan 3 = ditimbang 4 = jual sendiri 5. Dummy irigasi 0 = non irigasi air tawar 1 = irigasi air tawar 6. Dummy fasilitas listrik 0 = non listrik 1 = listrik

4.3.5 Definisi Operasional

1. Produk Y adalah jumlah produksi bandeng yang dihasilkan dalam proses produksi, diukur dengan kilogram kg. 2. Harga produk P y adalah harga bandeng di tingkat petani, diukur dalam rupiahkg. 3. Penerimaan adalah jumlah uang yang dihasilkan dari penjualan atau jumlah produk yang dihasilkan dikalikan harganya, diukur dalam rupiah. 4. Luas lahan adalah luas lahan total yang digunakan sebagai tambak diukur dalam hektar ha. 5. Sewa lahan adalah besarnya uang sewa yang berlaku di daerah penelitian yang besarnya dirata-ratakan untuk setiap kecamatan diukur dalam rupiah 6. Nener adalah jumlah benih bandeng yang digunakan petambak dalam proses produksi diukur dalam satuan ekor. Harga benih adalah harga benih yang berlaku umum di daerah penelitian ditambah biaya transport sampai lokasi lahan tambak dihitung dalam satuan rupiah. 7. Pupuk yang digunakan umumnya adalah pupuk urea dan TSP, diukur dalam kilogram. Harga pupuk adalah harga yang berlaku di daerah penelitian ditambah dengan biaya transportasi diukur dalam rupiah. 8. Polutan nitrogen, fosfor dan BOD merupakan bahan pencemar yang dihasilkan dari sisa pakan dan feses metabolisme bandeng, diperoleh dengan menggunakan keseimbangan massa Paez Osunna dan pengukuran laboratorium. 9. Kondisi mangrove dalam pertambakan merupakan variabel dummy terdiri mangrove di hamparan, mangrove di tanggul, mangrove di saluran air dan mangrove di pantai dianggap sebagai keberadaan mangrove di tambak. 10. Indeks skill merupakan penjumlahan dari skala umur, skala pengalaman, skala tahun sekolah, skala frekuensi penyuluhanpelatihan 11. Indeks fasilitas merupakan penjumlahan dari skala jarak saluran air tambak ke laut, dummy infrastruktur, Dkepemilikan, Dpasar, Dirigasi, Dlistrik. V. GAMBARAN UMUM USAHA TAMBAK KABUPATEN KARAWANG

5.1 Potensi Perikanan

Potensi perikanan Jawa Barat cukup tinggi khususnya perikanan budidaya tambak di sepanjang pesisir Utara Jawa Barat. Terdapat 6 enam kabupaten yang memiliki potensi perikanan budidaya tambak yaitu Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bekasi, seperti tercantum pada tabel 6. Potensi perikanan budidaya pantai terbesar adalah Kabupaten Indramayu, sedangkan Kabupaten Karawang merupakan sumber perikanan terbesar kedua, dengan potensi lahan tambak sebesar 18 348 hekatar dan produktivitas 1 845 kg perhektar. Tabel 8. Luas dan Produksi Tambak Pantura Tahun 2009 No. Lokasi Luas ha Produksi ton Jumlah Pembudidaya Produktivitas 1. Kota Cirebon 91 47.08 200 0.517 2. Kabupaten Cirebon 7 500 16.067.30 431 2.142 3. Indramayu 22 800 50 588.03 6 565 2.219 4. Subang 10 000 18 810.14 548 1.881 5. Karawang 18 348 33 848.60 3 887 1.845 6. Bekasi 12 000 21 820.89 1 167 1.818 Sumber : Balai Pengembangan Budidaya Air Payau dan Laut, 2010 Kabupaten Karawang memiliki enam kecamatan pantai yang menghadap ke Laut Jawa Pantai Utara Jawa Barat dengan panjang pantai 87 km. Karakteristik lingkungan yang memadai diantaranya topografinya yang landai sepanjang garis pantai, sehingga merupakan potensi yang besar bagi kabupaten ini untuk mengembangkan perikanan tambak. Ke enam kecamatan pantai tersebut adalah Pakisjaya, Batujaya, Cibuaya, Pedes, Tempuran dan Cilamaya. Perkembangan luasan lahan tambak di pesisir ini selama 21 tahun sejak tahun 1989 sampai dengan tahun 2010, bervariasi seperti ditampilkan pada Tabel 6. Adanya kebijakan pemekaran kecamatan tahun 20062007, jumlah kecamatan dipesisir utara Kabupaten Karawang bertambah dari 6 kecamatan dimekarkan