Konsep Efisiensi Teknis dan Efisiensi Lingkungan

Kondisi yang berpengaruh terhadap kegiatan perikanan diantaranya adalah menurunnya kandungan oksigen dalam perairan yang menyebabkan pembatasan habitat ikan, khususnya ikan dasar bentik, eutrofikasi perairan yang menyebabkan pertumbuhan alga yang tidak terkendali blooming dan munculnya zat-zat yang beracun yang akan menimbulkan kematian ikan Rustam, 2005. Sistem terbuka tambak yang menerima air dari sumber lain pertanian, perkotaan, industri berdampak pada merosotnya kualitas air di tambak. Sedimen yang rusak juga menyebabkan kematian udang. Widiyanto 2006 melaporkan bahwa kerusakan sedimen menyebabkan jumlah polutan beracun tinggi amoniak, nitrit, H 2 S, karbon yang terakumulasi di tambak udang. Jumlah besar sedimentasi dalam tambak udang intensif menempatkan masalah pembuangan yang serius, 100-500 ton sedimen hektar tahun terakumulasi Barraciough Finger-Stich. 1996. Total beban limbah organik dalam bentuk Total Solid Suspendid TSS yang dibuang ke daerah pesisir dari hasil kegiatan budidaya udang secara intensif dengan luas areal 4000 m2 selama 120 hari, satu siklus pemeliharaan, adalah sebesar 924.86 kg TSS 0.4 ha, atau 2 312.15 kg TSSha dan 526.56 kg TSS 0.5 ha semi intensif atau 1 053 kg TSSha Rustam, 2005. Polite 2005 menjelaskan turunnya kualitas air tambak karena polusi air dari luar tambak, akumulasi pakan yang tidak dicerna, kotoran udang, pupuk di dasar tambak mengakibatkan turunnya daya dukung tambak dan membuat udang menjadi stres, kehilangan daya tahan tubuh terhadap virus dan mudah terinfeksi penyakit, bila bersifat akut menyebabkan kematian masal. Stres juga menyebabkan pertumbuhan udang melambat, yang menyebabkan kerugian. Sehingga menurut Devi dan Prasad 2006 yang tidak dapat diabaikan dalam budidaya udang dan merupakan salah satu kendala terbesar adalah serangan penyakit. Johnsen, et al 1993 menyatakan bahwa usaha budidaya udang terutama pola tambak intensif merupakan kegiatan ekonomi yang sangat produktif dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan devisa negara, namun legitimasi keberlanjutannya ditentukan oleh dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkannya. Budidaya intensif menghasilkan panen udangikan ukuran konsumsi dan juga menghasilkan limbah organik terutama berasal dari sisa pakan, feses, dan bahan-bahan terlarut, yang terbuang ke perairan dan secara signifikan mempengaruhi kualitas lingkungan pesisir. Selanjutnya Reddy, et al 2004 menambahkan bahwa pembuangan dalam bentuk kotoran dan endapan dari pakan yang tidak dikonsumsi, kotoran udangikan, bahan kimia dan antibiotik akan mengkontaminasi badan air dan sekitarnya. Secara alami masalah ekologi yang dicapai budidaya udang menyebabkan biaya ekonomik dan sosial masyarakat pada masalah kesehatan, pengeluaran waktu dan uang untuk memperoleh air bersih, kesehatan ternak, dsb. Martinez-Cordero 2003 menggunakan pendekatan fungsi jarak input dengan Indeks Produktivitas Malmquist untuk mengukur produktivitas faktor total industri udang dan menentukan harga bayangan polutan Nitrogen dan Phospor yang merupakan output sampingan. Pengeluaran teknologi pengurang polutan memiliki dua keuntungan yaitu mengurangi dampak lingkungan akibat buangan nitrogen dan phospor, dan penggunaan input lebih efisien dalam menghasilkan output target udang. Model multicriteria decision making MCDM yang dikembangkan telah menegaskan bahwa teknologi budidaya udang semi intensif mendukung industri udang dengan pertumbuhan yang berkelanjutan. Dua tahun berikutnya Martinez-Cordero dan Leung 2005 mengembangkan produktivitas faktor total dan efisiensi teknis konvensional dengan menggabungkan evaluasi dampak lingkungan aktivitas budidaya udang menjadi environmentally-adjusted TFP dan environmentally-adjusted TE. Dengan menambahkan faktor lingkungan, hasil perhitungan yang diperoleh lebih rendah dibandingkan dengan perhitungan TFP secara tradisional. Keberhasilan yang diperoleh karena menerapkan teknologi ramah lingkungan yaitu : good management practices GMP, mengurangi pergantian air, dan mengontrol strategi pakan. Abubakar 2008 menyatakan bahwa peningkatan efisiensi penggunaan sarana produksi akan berdampak pada beban limbah perairan. Suatu kenyataan memperlihatkan bahwa penggunaan tambak secara terus menerus untuk budidaya akan menyebabkan menurunnya produktivitas udang karena daya dukung lingkungan tidak mampu lagi menopang pertumbuhan. Dengan menggunakan pendekatan fungsi produktivitas frontier stokastik diperoleh bahwa dummy