4. Menentukan jumlah sampel setiap kecamatan atau desa pesisir dan
menetapkan responden berdasarkan metode snowballing, dengan informasi awal berasal dari Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Karawang.
4.2 Jenis, Sumber dan Pengumpulan Data
Sampel yang baik dalam suatu penelitian survei adalah yang dapat mewakili populasi secara tepat Singarimbun dan Effendi, 1989. Jumlah sampel
yang dapat mewakili populasi tergantung kepada ukuran populasi dan tingkat homogenitas populasi. Mantra dan Kasto 1989 mengemukakan bahwa
pengambilan sampel bagi populasi yang tidak dapat dibuat kerangka sampelnya ialah pengembalian sampel wilayah area sampling. Dalam penelitian ini
digunakan teknik multistage sampling area, yaitu suatu teknik pengambilan sampel berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan berdasarkan kriteria
yang diinginkan dengan mempertimbangkan secara mendalam aspek stratifikasi. Dalam pelaksanaanya dipilih Kabupaten Karawang kemudian akan ditentukan
beberapa kecamatan contoh sesuai ketersediaan sampel dan kriteria-kriteria yang diinginkan dengan teknik convenience melalui snowbolling.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan petambak sampel adalah rumahtangga petambak sebagai unit analisis. Untuk mendapatkan informasi awal
kegiatan budidaya tambak di Kabupaten Karawang, dilakukan pertemuan dengan staf Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Karawang. Penentuan responden
petambak berdasarkan rekomendasi para Unit Pelaksana Tingkat Daerah UPTD yang memahami kondisi lapangan dengan kriteria usaha tambak memiliki kondisi
mangrove yang berada di hamparan, tanggul, saluran air dan pantai. Sampel penelitian adalah usaha tambak monokultur bandeng sebanyak 55 unit usaha
tambak dan 43 unit usaha tambak polikultur ikan bandeng-udang windu. Secara rinci distribusi responden usaha tambak tercantum pada Tabel 4. Responden
pendukung yang terkait dengan penelitian ini adalah staf Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Karawang dan para UPTD di sembilan kecamatan pesisir,
tokoh masyarakat pemerhati perkembangan tambak di pesisir, dan ketua kelompok petambak di setiap kecamatan.
Tabel 4. Distribusi Responden Usaha Tambak Kabupaten Karawang, 2011. No Kecamatan
Jumlah Responden
Monokultur Ikan Bandeng
Polikultur Ikan Bandeng-
UdangWindu 1 Cilamaya
wetan 20
17 3
2 Cilamaya Kulon
6 4
2 3 Tempuran
9 3
6 4 Cilebar
9 9
5 Pedes 1
1 6 Cibuaya
9 8
1 7 Tirtajaya
30 15
15 8 Batujaya
6 1
5 9 Pakisjaya
8 6
2
Jumlah 98 55
43
Keterangan : = daerah hutan mangrove Perum Perhutani, = daerah dapat bantuan SAFVER
Jenis data yang digunakan adalah data primer cross section dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dengan
metode survey dan wawancara terstruktur dilengkapi dengan kuisioner kepada responden dan indepth studi atau wawancara mendalam dengan tokoh masyarakat
yang mengetahui permasalahan di lapangan. Jenis data yang dikumpulkan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5. Kondisi lingkungan yang diperhatikan
adalah keberadaan mangrove dalam area pertambakan, seperti mangrove dalam hamparan tambak, mangrove di tanggul, mangrove di saluran air dan mangrove di
pantai. Tingkat pola budidaya responden yang diamati ada dua tingkat yaitu tambak monokultur bandeng, dan tambak polikultur ikan bandeng-udang windu.
Dalam penelitian ini, polikultur yang terdiri dari dua jenis komoditi yaitu ikan bandeng dan udang windu, selanjutnya dalam pengolahan data udang windu
disetarakan dengan bandeng melalui perbedaan harga keduanya. Harga udang windu rata-rata Rp 50 000 perkg dan harga bandeng umumnya Rp 10 000 perkg
sehingga berdasarkan perbedaan harga tersebut maka udang windu 1 kg dapat disetarakan dengan 5 kg ikan bandeng.
Pengumpulan data menggunakan metode snowballing, dimana responden berikutnya diperoleh berdasarkan informasi responden pertama. Ini dilakukan
karena hamparan tambak yang luas dengan keterbatasan informasi yang tersedia pada level petambak secara individu serta adanya pembatasan kriteria tambak
yang diuji yaitu tambak yang bermangrove. Dilengkapi dengan data-data tercatat
yang terdapat di instansi-instansi seperti UPTD Unit Pelaksana Teknis Daerah, Dinas Perikanan Kelautan dan Peternakan, BPBAPL Balai Pengembangan
Budidaya Air Payau dan Laut, Badan Layanan Umum Pengembangan Perikanan Budidaya BLU PPB, PT Jatiluhur II, BPLH Kab Karawang, Dinas Pengairan
Karawang, BPS Kabupaten Karawang. Tabel 5. Jenis Data yang Dikumpulkan Berdasarkan Variabel Usaha Tambak
Komponen Variabel Satuan
1. Output a.
Produksi bandeng per hektar Kilogram
b. Harga produk per kg
Rupiah c.
Penerimaan Rupiah 2. Lahan
a. Luas lahan total yang diusahakan
Hektar b.
Harga lahan per ha atau sewa lahan Rupiah
c. Luas lahan milik
Hektar d.
Luas lahan sewa, garap, gadai dll Hektar
e. Jarak tambak ke sumber air
Hektar f.
Jarak lahan ke pusat kecamatan Km
g. Jumlah persil
Unithektar 3. Benih
a. Jumlah tebar benih persiklus ekor
b. Harga benih Rupiah
4. Pupuk a.
Jumlah pupuk anorganik per ha Urea, TSP Kilogram
b. Harga pupuk
Rupiah 5. Saponin
a. jumlah pestisida yang digunakan
Gram, liter b.
Harga per liter atau per kg Rupiah
c. Biaya tenaga kerja per ha
Rupiah 6. Tenaga Kerja
a. Jumlah tenga kerja pria per ha mulai dari
pengolahan tanah sampai panen HOK
b. Upah tenaga kerja per HKP
Rupiah 7. Faktor yang
Berhubungan dengan Efisiensi dan TFP
Umur petambak, pendidikan,
pengalaman, jumlah tanggungan keluarga,
keanggotaan dalam kelompok, frekuensi penyuluhan,
akses terhadap kredit, Polutan Nitrogen, Fosfor,
Polutan BOD Kondisi mangrove
Tahun Tahun
Tahun Orang
Dummy Dummy
Dummy Kgunit
mgliter Dummy
8. Lingkungan
Kondisi mangrove : berada di hamparan, tanggul, saluran air dan pantai
Dummy
Pengambilan data merupakan tahapan yang sangat penting karena sumber- sumber kesalahan data dapat terjadi pada tahapan ini. Sumber-sumber kesalahan
data disebabkan oleh kesalahan dalam kerangka pengambila contoh, kesalahan pewawancara, fenomena “ironing” yaitu menyesuaikan data secara subyektif,
kesalahan dalam komunikasi atau pengukuran data dan pencatatan, kesalahan