Problematika Ketenagalistrikan di Indonesia

97 Sektor industri merupakan sektor yang paling rentan terkena dampak kenaikan TDL mengalami penurunan output dalam jangka pendek berkisar antara 0,10 persen industri kimia sampai dengan 0,66 persen industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan industri logam dasar besi, baja dan bukan besi. Dalam jangka panjang sektor industri mengalami penurunan output dengan kisaran yang lebih tinggi dibanding jangka pendek, yaitu 0,34 persen industri semen sampai dengan 9,69 persen industri logam dasar besi, baja, dan bukan besi. Penurunan yang cukup besar di sektor industri logam dasar besi, baja dan bukan besi dalam jangka panjang tersebut disebabkan karena pengaruh penurunan investasi secara agregat sebagai dampak dari kenaikan harga investasi padahal sektor ini termasuk sektor yang padat modal. Sektor listrik yang berdaya 1300 VA ke atas yang terkena kenaikan TDL, pada jangka pendek justru outputnya mengalami penurunan paling besar yaitu sebesar 2,13 persen. Penurunan tersebut disebabkan karena pangsa listrik terhadap sektor listrik itu sendiri cukup besar yaitu sebesar 16,85 persen. Besarnya pangsa listrik yang digunakan sendiri oleh sektor listrik, selain karena digunakan untuk proses produksi juga adanya listrik yang susuthilang dalam proses transmisi maupun distribusi pelanggan yang cukup besar. Kondisi ini menunjukan bahwa kebijakan pemerintah meningkatkan TDL ternyata tidak positif terhadap kenaikan output sektor listrik tersebut. Kenaikan TDL akan mengakibatkan kenaikan biaya produksi, yang pada akhirnya akan meningkatkan biaya output. Kenaikan biaya output pada jangka pendek terjadi hampir disemua sektor ekonomi kecuali beberapa sektor seperti pertambangan dan penggalian, industri kimia, listrik berdaya 900 VA ke bawah dan sektor keuangan dan jasa perusahaan yang mengalami penurunan harga output. Sektor industri mengalami kenaikan harga output berkisar antara 0,01 persen industri bambu, kayu dan rotan hingga 1,41 persen industri semen. Tingginya kenaikan harga output semen, karena kebutuhan listrik untuk produksinya semen sangat tinggi yaitu mencapai 10,01 persen dari total biaya produksinya. Kenaikan TDL menyebabkan melonjaknya biaya produksi semen karena hampir semua listrik yang digunakan berasal dari PLN. Selain itu tidak adanya impor listrik di Indonesia menyebabkan industri semen tidak bisa 98 menghindari peningkatan biaya produksi akibat kenaikan TDL tersebut. Pada jangka panjang hampir seluruh sektor ekonomi mengalami kenaikan harga kecuali sektor pertanian turun 0,01 persen. Kenaikan harga output akibat kenaikan TDL pada sektor industri berkisar antara 0,05 persen industri kimia sampai 1,71 persen industri semen pada jangka panjang. Tabel 19 Dampak kenaikan TDL terhadap output, tingkat harga dan permintaan tenaga kerja. Pertanian -0,31 -1,23 0,00 -0,01 -1,39 5,91 Tambangali -0,03 -1,55 -0,02 0,05 -0,23 -0,51 IndMakMin -0,35 -1,41 0,01 0,05 -1,18 1,19 IndTekstPak -0,66 -6,69 0,05 0,67 -2,00 -6,17 IndBambuKy -0,13 -1,02 0,01 0,32 -0,47 -0,73 IndKertas -0,28 -2,27 0,03 0,59 -0,92 -1,98 IndKimia -0,10 -1,73 -0,02 0,05 -0,42 -0,79 IndKrtPlstk -0,43 -2,11 0,05 0,28 -1,20 -1,60 IndSemen -0,18 -0,34 1,41 1,71 -0,60 -0,05 IndLgmDsr -0,66 -9,69 0,05 0,90 -3,75 -9,38 IndBrgLgm -0,28 -0,90 0,15 0,37 -0,78 -0,38 IndMesin -0,32 -2,55 0,02 0,30 -1,03 -1,99 Indlainnya -0,64 -3,19 0,14 0,75 -1,54 -2,96 Listrik900 -0,06 -1,14 -0,20 -0,01 -0,25 -0,84 Listrik1300 -2,13 -4,09 30,26 30,10 -7,88 -3,80 Gasair -0,40 -1,70 0,09 0,83 -1,58 -1,09 Bangunan -0,02 -0,12 0,06 0,13 -0,06 0,14 PerdagHR -0,34 -1,58 0,05 0,42 -1,08 -1,02 Angkom -0,48 -2,11 0,04 0,20 -1,51 -0,78 KeuJspersh -0,13 -1,49 -0,19 0,16 -0,57 -0,98 JasaLain -0,32 -0,68 0,18 0,04 -0,47 -0,28 SR LR SEKTOR OUTPUT HARGA OUTPUT PERMINTAAN TENAGA KERJA SR LR SR LR Keterangan : SR = jangka pendek short-run LR = jangka panjang long-run Pergeseran kurva penawaran ke kiri atas disamping menurunkan output, juga akan berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja. Semakin besar penurunan output, akan semakin besar juga penurunan tenaga kerja. Sejalan 99 dengan kenaikan outputnya, pada sektor industri, kenaikan TDL mengakibatkan penurunan permintaan tenaga kerja yang berkisar antara 0,47 persen industri bambu, kayu dan rotan sampai 3,75 persen industri logam dasar besi, baja dan bukan besi pada jangka pendek. Penurunan permintaan tenaga kerja yang terjadi pada sektor industri rata-rata semakin besar pada jangka panjang, bahkan sektor industri logam dasar besi, baja dan bukan besi merupakan sektor yang mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja terbesar yaitu 9,38 persen. Sebaliknya pada jangka panjang industri makanan, minuman dan tembakau terjadi kenaikan penyerapan tenaga kerja akibat kenaikan TDL. Hal ini bisa terjadi karena pada jangka panjang stok kapital dan upah riil mengalami penyesuaian akibat kenaikan TDL sehingga turunnya upah riil dan meningkatnya harga investasi mendorong permintaan tenaga kerja. Kenaikan TDL pada sektor listrik yang berdaya 1300 VA ke atas, pada jangka pendek menyebabkan penurunan permintaan tenaga kerja yang sangat tajam pada sektor listrik itu sendiri hingga turun sebesar 7,88 persen, namun pada jangka panjang hanya turun sebesar 3,8 persen. Kebijakan kenaikan TDL berdampak pada penurunan permintaan tenaga kerja pada sektor bangunan sebesar 0,06 persen pada jangka pendek. Namun sebaliknya, pada jangka panjang sektor bangunan yang merupakan satu-satunya sektor yang mengalami kenaikan permintaan tenaga yaitu meningkat sebesar 0,14 persen. Hal ini bisa terjadi karena penurunan output sektor bangunan akibat kenaikan TDL adalah yang terkecil, baik pada jangka pendek maupun jangka panjang yaitu hanya turun 0,02 persen dan 0,12 persen.

6.1.2.2 Dampak Kenaikan TDL terhadap Konsumsi Rumahtangga persektor.

Kenaikan TDL akan direspon rumahtangga dalam jangka pendek, melalui penurunan konsumsi. Penurunan konsumsi pada keluarga atas yang berdaya listrik 1300 VA ke atas terjadi pada semua sektor, sedangkan pada rumahtangga bawah yang berdaya listrik 900 VA ke bawah masih ada peningkatan konsumsi dibeberapa sektor ekonomi seperti listrik 900 VA ke bawah dan jasa keuangan. Pada jangka pendek maupun panjang penurunan konsumsi rumahtangga atas akibat kenaikan tarif dasar listrik 1300 VA ke atas akan lebih besar dijangka 100 panjang. Sebaliknya rumahtangga bawah mengalami peningkatan konsumsi listriknya sebesar 0,06 persen pada jangka pendek. Pada jangka pendek maupun panjang, kenaikan TDL berdampak cukup besar pada penurunan konsumsi semen yang cukup besar di rumahtangga atas maupun rumahtangga bawah. Penurunan konsumsi semen rumahtangga akibat melonjaknya harga semen yang sangat besar karena terkena dampak kenaikan TDL. Tabel 20 Dampak kenaikan TDL terhadap konsumsi rumahtangga persektor HouseHB HouseHA HouseHB HouseHA Pertanian -0,13 -1,62 -0,83 -2,31 Tambangali -0,11 -1,60 -0,88 -2,37 IndMakMin -0,14 -1,63 -0,89 -2,37 IndTekstPak -0,18 -1,67 -1,39 -2,87 IndBambuKy -0,14 -1,63 -1,15 -2,63 IndKertas -0,16 -1,65 -1,25 -2,74 IndKimia -0,12 -1,62 -0,86 -2,35 IndKrtPlstk -0,18 -1,67 -1,08 -2,56 IndSemen -1,52 -2,99 -2,51 -3,97 IndLgmDsr -0,19 -1,68 -1,73 -3,19 IndBrgLgm -0,25 -1,75 -1,13 -2,61 IndMesin -0,15 -1,65 -1,09 -2,57 Indlainnya -0,23 -1,72 -1,33 -2,81 Listrik900 0,06 0,00 -0,83 0,00 Listrik1300 0,00 -24,48 0,00 -24,92 Gasair -0,23 -1,72 -1,66 -3,13 Bangunan -0,20 -1,69 -0,97 -2,45 PerdagHR -0,19 -1,68 -1,24 -2,72 Angkom -0,17 -1,67 -1,02 -2,50 KeuJspersh 0,05 -1,45 -0,99 -2,47 JasaLain -0,31 -1,80 -0,87 -2,35 SEKTOR KONSUMSI RUMAH TANGGA SR LR Keterangan : SR = jangka pendek short-run LR = jangka panjang long-run Kenaikan TDL secara agregat akan berdampak negatif pada total pendapatan dan total konsumsi pada tiap kelompok rumahtangga baik pada jangka pendek maupun panjang seperti pada tabel 21. Penurunan konsumsi rumahtangga tersebut selain akibat langsung kenaikan TDL juga karena dampak tak langsung 101 kenaikan TDL yang menyebabkan kenaikan harga output terutama industri. Kebijakan kenaikan TDL hanya berlaku untuk rumahtangga atas menyebabkan penurunan total pendapatan maupun total konsumsi rumahtangga atas cenderung lebih tinggi daripada rumahtangga bawah. Sejalan dengan penurunan total pendapatan perkelompok rumahtangga, pada jangka pendek total konsumsi rumahtangga bawah dan rumahtangga atas juga mengalami penurunan masing- masing sebesar 0,16 persen dan sebesar 2,09 persen. Tabel 21 Dampak kenaikan TDL terhadap total pendapatan dan konsumsi rumahtangga SR LR SR LR Rumahtangga Bawah -0,14 -0,84 -0,16 -1,01 Rumahtangga Atas -1,63 -2,32 -2,09 -2,93 KELOMPOK TOTAL PENDAPATAN KONSUMSI RIIL Keterangan : SR = jangka pendek short-run LR = jangka panjang long-run

6.2 Kebijakan untuk Meminimisasi Dampak Negatif Kenaikan TDL

terhadap Perekonomian Indonesia. Kebijakan kenaikan TDL hanya berlaku pada pelanggan listrik 1300 VA ke atas dan ada perbedaan kenaikan TDL pada tiap pelanggannya. Hal itu dibuat pemerintah untuk meminimisasi dampak ekonominya. Walaupun kebijakan kenaikan TDL telah dilakukan berbeda pada tiap kelompok pelanggan, ternyata hasil simulasi di atas menunjukan masih adanya dampak negatif dari kenaikan TDL baik ditingkat makro maupun sektoral dan rumahtangga. Penelitian ini juga akan melihat kebijakan lain yang diharapkan mampu meminimisasi dampak negatif kenaikan TDL terhadap perekonomian Indonesia. Analisis kebijakan untuk meminimisasi dampak negatif kenaikan TDL terhadap pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini akan dibedakan menjadi 3 kelompok analisis. Kelompok analisis pertama adalah kebijakan melakukan efisiensi produksi pada sektor listrik untuk menghindari kenaikan TDL skenario 2. Analisis kedua yaitu kebijakan kenaikan TDL yang diikuti