71
1. Sebuah file solusi SL4 yang memuat dampak yang ditimbulkan
oleh perubahan peubah eksogen policy shock terhadap variabel- variabel endogen. Besaran efek tersebut dihitung dalam satuan persentase.
2. Sebuah file update data dasar, file ini memiliki format yang sama dengan
INDOTDL.har tetapi memuat data-data setelah dilakukan simulasi post-shock equilibrium.
3. Dua file summary summary files merupakan ringkasan nilai-nilai total
misalnya nilai PDB total dari sisi pengeluaran dan penerimaan sebelum dan setelah dilakukan simulasi kebijakan.
4.14 Membuat File Tablo
File Tablo memuat persamaan-persamaan beserta set, subset, peubah, koefisien dan parameter-parameter yang digunakan dalam model CGE
INDOTDL. Mengingat jumlah persamaan yang terdapat dalam file tablo sangat banyak maka pada penelitian ini, file Tablo disajikan pada Lampiran 1.
72
Halaman ini sengaja dikosongkan
5. GAMBARAN UMUM KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA
Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan
kerja, memeratakan distribusi pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor
primer ke sektor sekunder dan tersier. Pembangunan ekonomi merupakan prioritas utama bagi bangsa Indonesia dalam merealisasikan kesejahteraan masyarakat
karena dengan lancarnya pelaksanaan pembangunan di bidang ekonomi, diharapkan akan secara langsung berpengaruh terhadap tingkat pendapatan
masyarakat. Dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat dipungkiri bahwa energi merupakan salah satu syarat utama, terutama setelah menjadi energi listrik.
Listrik merupakan tulang punggung bagi awal dan kelanjutan pengembangan industri dan tingkat hidup masyarakat. Hal ini dikarenakan energi
listrik merupakan bahan bakar bagi industri sehingga tersedianya tenaga listrik akan memudahkan perkembangan industri yang akan mendorong pertumbuhan
ekonomi. Selain itu adanya penerangan listrik memungkinkan masyarakat melakukan aktivitas di malam hari yang akan dapat menambah penghasilan.
Konsumen listrik dibedakan menjadi dua kelompok yaitu kelompok pertama merupakan kelompok konsumtif, termasuk di sini adalah rumahtangga yang
menggunakan listrik untuk penerangan dengan pola permintaan cenderung pada malam hari. Kelompok yang kedua adalah kelompok produktif, termasuk disini
adalah industri yang komersial yang menggunakan listrik sebagai sumber tenaga proses produksi dengan pola permintaan cenderung siang hari. Hayati, 2008.
Listrik merupakan komoditi yang vital dan merupakan barang publik yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang bersifat natural monopoli dimana
distribusi dan transmisinya tidak dapat dilakukan oleh banyak perusahaan. Di Indonesia perusahaan pembangkit listrik lebih dari satu tetapi yang
mendistribusikan listrik kekonsumen listrik hanya PLN. Monopoli listrik oleh PLN ini bertujuan agar kesejahteraan masyarakat dapat diutamakan karena
pemerintah dapat memberikan harga yang sesuai daya beli masyarakat melalui kebijakan tarif dasar listrik TDL yang berbeda pada setiap kelompok pelanggan
listrik.
74
5.1 Sistem Ketenagalistrikan Indonesia.
Sistem ketenagalistrikan di Indonesia dikelola oleh PT. PLN yang melakukan transmisi dan distribusi listrik kepada seluruh masyarakat
Indonesia. Penyediaan energi listrik oleh PLN bersumber dari listrik yang diproduksi sendiri maupun yang dibeli dari perusahaan listrik swasta luar
PLN. Tahun 2009 jumlah energi listrik yang diproduksi sendiri sebesar 120.628 GWh 77 persen, dari jumlah tersebut 38 persen diproduksi oleh
PLN Holding dan 62 persen diproduksi anak perusahaan yaitu PT. Indonesia Power, PT. PJB, PT. PLN Batam dan PT. PLN Tarakan. Energi listrik yang
dibeli dari luar PLN sebesar 36.168 GWh 23 persen, dimana pembelian terbesar berasal dari PT. Jawa Power di Jawa Timur yaitu mencapai 25,2
persen dan PT. Paiton Energy Company sebesar 24,8 persen. Tabel 10 Komposisi energi yang di produksi menurut pembangkit
PLTA PLTU
PLTG PLTGU
PLTP PLTD
Total 2004
9,60 44,73
3,41 32,97
3,38 5,91
100,00 2005
10,01 43,05
6,15 31,85
3,06 5,87
100,00 2006
8,62 46,98
4,95 30,41
3,09 5,95
100,00 2007
9,84 48,35
4,38 29,05
2,95 5,42
100,00 2008
9,48 46,19
4,69 31,53
2,99 5,13
100,00 2009
8,93 45,88
6,77 30,10
3,04 5,29
100,00 Komposisi Energi yang diproduksi persen
Tahun
Sumber : Diolah dari Statistik PLN tahun 2009.
PLN dalam memproduksi listrik menggunakan bermacam jenis pembangkit listrik sesuai dengan kondisi wilayahnya. Tahun 2009, energi
listrik paling besar yaitu hampir 46 persen dihasilkan oleh PLTU yang berbahan bakar utama batubara. PLTGU merupakan pembangkit listrik yang
bahan bakar utamanya gas alam dan batubara, menduduki peringkat kedua dalam menghasilkan energi listrik dengan share sebesar 30 persen. PLTA
dengan biaya produksi paling murah hanya memiliki share sebesar 9 persen terhadap total produksi listrik. PLTG, PLTD dan PLTP masing-masing
memiliki share sebesar 7 persen, 5 persen dan 3 persen dari total produksi listrik PLN seperti pada tabel 10.
75
Tabel 11 Perbandingan biaya pembangkitan listrik rata-rata tahun 2004-2009
PLTA PLTU
PLTG PLTGU
PLTP PLTD
Total 2004
123,26 273,46
862,66 370,27
415,62 673,34
351,34 2005
114,71 316,72
953,79 560,78
514,70 925,18
469,78 2006
143,19 389,48
1.999,15 889,33
579,74 1.631,36
705,96 2007
118,80 405,91
2.155,67 873,80
615,10 2.438,47
706,62 2008
131,60 597,26
3.298,03 1.278,45
746,61 3.578,25
1.051,84 2009
139,48 598,31
1.422,71 739,79
639,87 2.696,52
767,79 Tahun
Biaya Pembangkitan rata-rata RpKwh
Sumber : diolah dari Statistik PLN tahun 2009.
PLN dalam membangkitkan listrik menggunakan pembangkit listrik yang berbeda tergantung dengan kondisi wilayahnya dan kepentingan.
Pembangkit listrik jenis PLTA memerlukan biaya pembangkitan listrik paling rendah yaitu hanya Rp. 139.48 per KWh pada tahun 2009. Hal ini disebabkan
PLTA dalam memproduksi listrik memanfaatkan tenaga air yang sudah tersedia. Keberadaan air yang selalu mengalir sangat diperlukan PLN untuk
membuat PLTA sehingga jumlah PLTA sangat terbatas. Begitu juga dengan pembangkit PLTP yang memiliki biaya pembangkitan rata-ratanya rendah
namun terbatas dengan sumber daya yang ada. PLTU dengan bahan bakar utama batubara, biaya pembangkitan rata-ratanya cukup murah yaitu Rp.
598,31 per KWh pada tahun 2009. Sejalan dengan kenaikan harga BBM, biaya pembangkitan listrik pada PLTD paling tinggi hingga mencapai Rp.
2.696,52 per KWh. Seperti pada Tabel 11.
5.2 Perkembangan Pelanggan Listrik yang diproduksi dan dijual di
Indonesia. Kebutuhan listrik masyarakat selama dipenuhi oleh PLN dimana pemerintah
ikut mengawasi pelaksanaan transimisi dan distribusi listrik keseluruh wilayah Indonesia melalui kebijakan tarif dasar listrik TDL. Tarif dasar listrik
ditentukan pemerintah atas persetujuan DPR dengan harga yang berbeda pada setiap pelanggan. Perbedaan harga listrik diberlakukan dengan harapan sesuai
dengan daya beli masyarakat sehingga roda pembangunan tetap berputar.
76
Perkembangan jumlah pelanggan, jumlah tenaga listrik yang dibangkitkan dan dijual di Indonesia seperti pada Tabel 12.
Tabel 12 Perkembangan jumlah pelanggan listrik, KWh yang dibangkitkan dan KWh yang dijual di Indonesia
Tahun Pelanggan
Pertum buhan
Kwh yang diproduksi
Gwh Pertum
buhan Kwh yang dijual
Gwh Pertum
buhan
2002 30.953.919
3,78 108.359,85
6,60 87.088,74
3,04 2003
32.151.416 3,87
113.019,68 4,30
90.440,95 3,85
2004 33.366.446
3,78 120.244,31
6,39 100.097,47
10,68 2005
34.559.353 3,58
127.369,82 5,93
107.032,23 6,93
2006 35.751.224
3,45 133.108,39
4,51 112.609,83
5,21 2007
37.333.729 4,43
142.440,79 7,01
121.246,81 7,67
2008 38.844.086
4,05 149.436,51
4,91 129.018,81
6,41 2009
40.117.685 3,28
156.797,27 4,93
134.581,98 4,31
Sumber : Diolah dari Statistik PLN tahun 2009.
Pada periode tahun 2002-2009 jumlah pelanggan listrik terus meningkat dari 30.953.919 pelanggan pada tahun 2002 menjadi 40.117.685 pelanggan pada tahun
2009 atau mengalami pertumbuhan rata-rata 3,77 persen pertahun. Meningkatnya jumlah pelanggan ini dikarenakan banyak didirikan perumahan-perumahan baru
baik oleh perorangan maupun oleh pengembang, juga semakin banyaknya jumlah rumahtangga yang semula tidak menggunakan listrik, sekarang mulai
menggunakan listrik. Selain itu sektor industri dan komersial semakin berkembang sebagai wujud pembangunan ekonomi di Indonesia.
Peningkatan jumlah pelanggan listrik yang diiringi dengan meningkatnya jumlah KWh yang dibangkitkan rata-rata sebesar 5,57 persen pertahun, dari
108.360 GWh pada tahun 2002 menjadi 156.797 GWh pada tahun 2009. Permintaan listrik masyarakat juga meningkat yang ditunjukan dari peningkatan
KWh yang terjual dengan pertumbuhan rata-rata mencapai 6,01 persen pertahun. Pertumbuhan permintaan listrik pada periode tahun 2004-2008 ternyata lebih
tinggi dari listrik yang disediakan. Peningkatan jumlah pelanggan pada tahun 2009 hanya mencapai 3,28 persen sehingga pertumbuhan permintaan listriknya
lebih rendah dari produksi listriknya.