Keseimbangan Produksi Production Efficiency

22 TDL karena membengkaknya susbsidi listrik sangat membebani APBN. Hal inilah yang mendorong penelitian ini untuk melihat lebih jauh sektor sektor ekonomi yang rentan terhadap dampak kenaikan TDL dan respon kebijakan dalam meminimisasi dampak terhadap perekonomian Indonesia. Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberi wacana yang lebih mendalam tentang kebijakan kenaikan TDL tahun 2010 dan rencana kenaikan TDL selanjutnya sehingga bermanfaat untuk menentukan kebijakan selanjutnya.

2.3 Kerangka Pemikiran

Analisis kenaikan tarif dasar listrik TDL pada penelitian ini sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya dimulai dari kondisi adanya perubahan asumsi subsidi listrik pada APBN 2010. Kenaikan harga minyak mentah dunia dan meningkatnya laba perusahaan menyebabkan subsidi yang harus dikeluarkan pemerintah melonjak sehingga membebani APBN. Pemerintah dalam mengatasi defisit APBN mulai membatasi subsidi listrik dan mulai 1 Juli 2010 memberlakukan kebijakan kenaikan TDL yang berbeda pada tiap pelanggan. Kenaikan TDL menyebabkan meningkatnya biaya produksi pada sektor-sektor ekonomi terutama sektor yang mengkonsumsi listrik dalam. jumlah besar pada proses produksinya. Peningkatan biaya produksi ini akan disikapi oleh perusahaanprodusen dengan mengurangi konsumsi listrik sehingga produksi barangjasa akan berkurang yang berefek pada penurunan penawaransupply barang dan jasa yang ada di pasar. Penurunan supply barangjasa akan mendorong impor barangjasa masuk kepasar dan sebaliknya akan mengurangi jumlah ekspor barangjasa ke luar negeri. Sesuai dengan mekanisme pasar, kelangkaan barangjasa yang tersedia semakin mendorong naiknya harga barangjasa yang diperjual belikan di pasar. Turunnya produksi barangjasa pada sektor-sektor ekonomi akibat adanya kenaikan TDL menyebabkan turunnya kesempatan kerja dan pendapatan rumahtangga. Semakin rendahnya kesempatan kerja akan semakin menurunkan pendapatan riil rumahtangga. Dari sisi konsumen penurunan pendapatan ini berpotensi menurunkan konsumsi masyarakat yang akan memengaruhi jumlah 23 permintaan barangjasa yang ada di pasar termasuk barang impor sehingga terjadi penurunan impor. Turunnya permintaan barangjasa juga berdampak pada kenaikan harga barangjasa yang ada dipasar sehingga akan terjadi keseimbangan harga baru. Sehingga secara bersamaan penurunan penawaran supply dan permintaan demand akan menyebabkan perubahan harga barang baru yang ada dipasar. Gambar 6 Kerangka pemikiran penelitian. Kenaikan TDL yang berdampak terhadap penurunan permintaan dan penawaran barangjasa yang memengaruhi jumlah barangjasa yang diekspor dan impor sehingga akan berpengaruh pada ekonomi makro Indonesia. Dengan demikian, kebijakan kenaikan TDL yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi defisit dapat memengaruhi kestabilan perekonomian nasional jika dilakukan tidak tepat. Pemerintah sadar akan dampak negatif kebijakan Impor Harga Barangjasa Supply Produksi BarangJasa Biaya Produksi Kenaikan Tarif Dasar Listrik Permintaan Barangjasa Kesempatan Kerja Pendapatan Rumahtangga Respon Kebijakan Ekonomi Makro Ekspor Impor M odel CGE Model CGE 24 menaikkan TDL ini sehingga untuk meminimisasi dampak terhadap perekonomian Indonesia dilakukan kebijakan kenaikan TDL yang berbeda pada tiap pelanggan. Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat idealnya juga merespon dengan kebijakan lain yang dapat meminimisasi dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. Selain itu sektor-sektor yang rentan terhadap kenaikan TDL ini juga harus melakukan kebijakan untuk meminimisasi dampaknya negatif terhadap kelangsungan produksinya terutama pada sektor industri yang merupakan motor penggerak pembangunan. Alasan ini yang mendasari penelitian ini dalam menfokuskan analisisnya pada kenaikan tarif dasar listrik dan respon kebijakan untuk meminimisasi dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia Paparan di atas menjelaskan dasar dan alur dari kerangka pikir pada penelitian ini. Kebijakan kenaikan tarif dasar listrik sebagai salah satu strategi pemerintah dalam mengatasi defisit APBN, akan dianalisis menggunakan model CGE INDOTDL. Perbedaan penelitian ini terhadap penelitian sebelumnya adalah rumahtangga dalam penelitian ini telah didisagregasi menjadi 2 kelompok yaitu rumahtangga berdaya listrik 900 VA ke bawah dan 1300 VA ke atas. Sektor listrik juga didisagregasi menjadi listrik yang berdaya 900 VA ke bawah dan listrik berdaya 1300 VA ke atas sehingga dalam melakukan shock kenaikan TDL hanya dilakukan untuk pelanggan yang berdaya 1300 VA sesuai dengan kebijakan pemerintah. Penelitian ini akan merepresentasikan proses evaluasi atas efektivitas pelaksanaan kebijakan kenaikan TDL 1 Juli 2010 yang diberlakukan berbeda pada tiap golongan pelanggannnya dan adanya kebijakan PLN meningkatkan TDL industri tanpa persetujuan DPR pada awal tahun 2011. Penelitian ini juga akan menganalisis implikasi kebijakan dari hasil simulasi yang dihubungkan kembali pada tujuan pemerintah menerapkan kebijakan kenaikan TDL dan respon kebijakan untuk meminimisasi dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia.