Pola Konsumsi Listrik rumahtangga di Indonesia

90 MMBTU. Listrik yang dihasilkan dari pembangkit tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Pulau Sulawesi, bahkan kalau pasokan gasnya berlebih, sebagian akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Ambon dan sekitarnya. Pemerintah telah mengesahkan alokasi gas dari lapangan Donggi- Senoro dengan porsi gas domestik dari lapangan tersebut hanya 25 persen, sisanya untuk alokasi ekspor. Padahal jika kebutuhan pasokan gas domestik mendapat prioritas, maka kekurangan pasokan gas untuk PLN akan terpenuhi. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 BBM BATUBARA GAS ALAM Gambar 16 Share biaya bahan bakar pembangkitan listrik PLN. Pada tahun 2009, energi yang dibangkitkan PT. PLN paling besar dari PLTU 45,88 persen dan PLGU 30,10 persen yang bahan bakar utamanya gas bumi dan batubara. Selain itu PLN juga menggunakan PLTD yang berbahan bakar minyak BBM dengan energi yang diproduksi sebesar 5,29 persen dari total listrik yang dibangkitkan. Energi listrik yang dihasilkan PLTD kecil, namun biaya bahan bakarnya paling besar karena harga BBM sangat tinggi terutama terutama saat ada kebijakan kenaikan BBM pada tahun 2005 dan 2008. Batubara merupakan bahan bakar pembangkit listrik yang paling murah, dimana Indonesia kaya akan sumberdaya tersebut. Jika ketersediaan bahan bakar pembangkit yang murah dan dalam jumlah besar terjamin, maka pemerintah melalui PLN dapat segera memperbesar kapasitas produksi listrik, sehingga dapat mengatasi kekurangan pasokan serta menambah luasnya jangkauan pelayanan listrik kepada masyarakat bahkan mengurangi subsidi sehingga harga TDL tidak perlu mengalami kenaikan. 91 PT. PLN pada Maret 2006 mendapat tugas untuk membangun proyek PLTU 10.000 MW senilai Rp. 170 triliun sekitar 56 persen untuk investasi pembangkit. Proyek PLTU dipilih karena cadangan batubara di Indonesia melimpah dengan harapan dalam waktu 3 tahun mampu memenuhi kekurangan pasokan listrik di Indonesia. Proyek tersebut hingga sekarang belum selesai karena menggunakan pembangkit teknologi China yang harus menggunakan batubara dengan sulfur rendah padahal di Indonesia batubara tersebut sulit didapat. Menurut Kurtubi, renegosiasi gas Tangguh dengan China perlu dipertimbangkan dan diteruskan. Gas Tangguh yang tidak jadi dijual ke Sempra dan gas Donggi Senoro sebaiknya dialihkan ke PLN sehingga 2011 tidak perlu menaikkan TDL. Pemerintah tidak melakukan perbaikan kebijakan sehingga alokasi bahan bakar gas alam untuk PLN tetap kurang. Hal ini bisa terjadi jika ada kepentingan pihak yang tidak ingin kehilangan penghasilannya dari pasokan BBM ke PLN atau karena ada komisi dari penjualan ekspor gas keluar negeri. Kenyataanya kebijakan migas memberikan keleluasaan bagi swasta untuk mendapatkan keuntungan yang banyak-banyaknya. Dari segi ekonomi, seharusnya pemerintah tidak boleh menjadikan rakyat sebagai tumbal untuk menanggung beban operasional PLN. Padahal masalah sebenarnya sejak zaman orde baru hingga saat ini adalah sebagian daya listrik PLN dipasok oleh pembangkit-pembangkit swasta atau Independent Power Producer IPP, sehingga PLN membeli lebih mahal daripada harga yang semestinya. Mahalnya BBM untuk PLN akibat kebijakan pemerintah yang mengharuskan PLN membeli sumber energinya BBM, gas, batubara dengan harga internasional yang dikehendaki oleh perusahaan-perusahaan asing juga menambah beban biaya produksi listrik. Pasokan gas alam dan batubara yang sangat minim untuk PLN sehingga sangat menghambat PLN dalam memenuhi kebutuhan listrik disetiap wilayah Indonesia. 92 Halaman ini sengaja dikosongkan

6. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang kenaikan tarif dasar listrik TDL dan respon kebijakan untuk meminimisasi dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. Mengingat sejak bulan Juli 2010 terjadi kenaikan TDL yang berbeda pada tiap kelompok pelanggan listrik, dan awal 2011 khususnya sektor industri kembali mengalami kenaikan TDL walau tanpa persetujuan pemerintah, maka besar shock akan dilakukan sesuai dengan keadaan nyata dengan 4 skenario. Keempat skenario tersebut dianalisis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Tabel I-O memiliki keterbatasan untuk mengakomodasi shock yang dilakukan melalui skenario perubahan harga, hal tersebut menjadikan simulasi pada penelitian ini dilakukan secara tidak langsung, yaitu melalui guncangan shock penurunan subsidi listrik yang akan berdampak pada kenaikan harga listrik TDL, dimana dalam model ini subsidi dianggap sebagai pajak negatif. Closure simulasi yang dipakai untuk kenaikan TDL pada pelanggan industri adalah dengan memberikan shock pada peubah eksogen delptxrate c atau Ordinary change in rate of domestic tax, untuk komoditi berdaya 1300 VA ke atas. Simulasi kenaikan TDL pada pelanggan rumahtangga dengan memberikan shock pada peubah eksogen f3tax c,u atau shifter in power of taxes on Household usage, untuk komoditi listrik berdaya 1300 VA ke atas pada kelompok rumahtangga atas yang berdaya 1300 VA ke atas HouseHA. Selain shock pada kenaikan TDL akan dilakukan juga simulasi yang diharapkan bisa meminimisasi dampak negatifnya terhadap perekonomian Indonesia. Simulasi kebijakan meminimisasi dampak negatif kenaikan TDL dilakukan pada sektor listrik yaitu dengan kebijakan peningkatan efisiensi. Penelitian hanya mencakup efisiensi pada faktor primer yaitu efisiensi penggunaan tenaga kerja dan modal. Selain itu shock peningkatan efisiensi produksi juga akan dilakukan pada seluruh sektor ekonomi dengan menggunakan shock pada peubah eksogen a1prim i atau All primary-factor augmenting technical change. Simulasi kebijakan pemerintah untuk meminimisasi dampak negatif kenaikan TDL melalui penurunan PPN dengan memberikan shock pada peubah eksogen delptxrate c atau Ordinary change in rate of domestic tax, untuk seluruh sektor ekonomi.