16
MRTP
12
= …………………………..……………………………..2.2
Sumber: Nicholson, 2002
Gambar 3 Production possibility curve PPC. Daerah batas PPC memperlihatkan berbagai kombinasi penggunaan L dan K
yang efisien untuk menghasilkan X
1
dan X
2
. Kurva tersebut ditransfer dari lokus titik-titik efisien pada Gambar 2. Slope PPC menunjukkan bahwa
output X dapat ditukarkan terhadap output Y dengan tetap menggunakan sejumlah sumberdaya yang sama.
2.1.3.2 Keseimbangan Konsumen exchange efficiency
Kondisi pareto optimum pada konsumen didekati dengan konsep Tingkat Pertukaran Marginal atau Marginal Rate of Substitution MRS. MRS
menunjukkan kesediaan seorang konsumen untuk menukarkan satu unit terakhir dari suatu barang untuk mendapatkan beberapa unit barang lainnya. Setiap
konsumen akan selalu menyamakan MRS dengan harga relatif kedua barang yang akan dikonsumsinya untuk mencapai kepuasan yang optimal Oktaviani
2008. Untuk kasus dua barang X
1
dan X
2
dan dua individu U dan V, MRS individu U dalam mengkonsumsi barang X
1
dan X
2
harus sama dengan MRS individu V dalam mengkonsumsi barang X
1
dan X
2
. Keseimbangan di sektor konsumsi adalah kondisi pada saat konsumen mencapai kepuasan maksimum
E 1
OX
1
x2
4
x2
3
E 2 x2
2
E
3
x2
1
E
4
OX
2
X1
4
X1
1
X1
2
X1
3
17
dengan kendala pendapatan. Berdasarkan Gambar 4, Uv menggambarkan kurva indiferen individu V,
sedangkan Uu menggambarkan kurva indiferen individu U. Semakin jauh dari titik asal masing-masing individu tersebut, tingkat kepuasan yang diperoleh
semakin tinggi. Titik-titik di sepanjang kurva Ou dan Ov adalah efisien. Dengan kata lain, individu U tidak dapat menjadi lebih baik tanpa membuat
individu V menjadi lebih buruk dan sebaliknya. Di sepanjang kurva Ou–Ov, MRS individu U sama dengan MRS individu V, sehingga MRS
u x
1
,x
2
=
MRS
u x
1
,x
2
Sumber: Nicholson, 2002
Gambar 4 Diagram Edgeworth box untuk kasus dua komoditas dan dua individu.
Secara teoritis kepuasan maksimum konsumen U atau V tercapai pada saat MRS antara dua komoditas sama dengan harga relatifnya. Jika P
1
harga komoditas X
1
dan P
2
adalah harga komoditas X
2
,maka kepuasan konsumen MRS
12
=
P
1
P
2
untuk kasus dua komoditas dan dua individu.
2.1.3.3 Keseimbangan Simultan production-mix efficiency
Keseimbangan sektor produksi dan konsumsi keseimbangan simultan tercapai pada saat MRPT
12
= MRS
12
=
P
1
P
2
. MRPT menunjukkan tingkat transformasi suatu produk terhadap produk lain. MRS menunjukkan tingkat
kesediaan konsumen dalam mempertukarkan suatu komoditas dengan komoditas
Ov
U
V 4
E
1
E
2
E
3
E
4
X
1
Ou
U
V 3
U
V 1
U
V 2
U
U 1
U
U 2
U
U 3
U
U 4
X
2
18
lainnya. Keseimbangan terjadi jika transformasi produksi sesuai dengan tingkat substitusi konsumsi atau MRPT=MRS. Pengertian ekonomi dari
keseimbangan simultan ini adalah bahwa kombinasi output X
1
dan X
2
harus optimal baik dari sudut produsen maupun konsumen. Keseimbangan ini
diilustrasikan pada Gambar 5. Keseimbangan simultan harus terpenuhi dengan adanya keseimbangan alokasi pada sektor produksi dan konsumsi.
Keseimbangan ini tercipta melalui mekanisme harga, sehingga akan tercapai efisiensi dalam perekonomian.
Sumber: Nicholson, 2002
Gambar 5 Keseimbangan sektor produksi dan konsumsi
2.2 Tinjauan Studi Terdahulu
Kebutuhan listrik di Indonesia semakin hari semakin besar, seiring bertambahnya jumlah penduduk serta peningkatan aktifitas sosial ekonomi.
Konsumen terbesar dari energi listrik untuk semua periode adalah sektor industri, kemudian disusul sektor rumahtangga, komersial dan pemerintahan. Sedangkan
yang paling kecil mengkonsumsi listrik adalah sektor transportasi, karena pada sektor transportasi bahan bakar listrik hanya dimanfaatkan oleh kereta rel listrik
KRL. Meskipun pemanfaatan listrik cukup prospektif, tetapi terdapat kendala dalam proses pembangkitannya, mengingat sebagian besar dari bahan bakar yang
dimanfaatkan oleh pembangkit listrik di Indonesia adalah bahan bakar fosil Sugiyono, 2000.
19
Pemakaian bahan bakar primer sebagai pembentuk energi listrik seperti, bahan bakar minyak dan batubara harganya semakin lama semakin mahal.
Ilustrasi untuk menghasilkan energi memakan biaya cukup besar dapat dilihat pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap PLTU Labuan Unit 1 dan 2 yang belum
lama ini diresmikan pengoperasiannya oleh Presiden RI. Dengan kapasitas sebesar 300 Mw, PLTU Labuan mengkonsumsi batubara sebagai bahan bakar sebanyak
180.000 Kg per jam setara dengan pemakaian BBM 69.000 liter per jam, sehingga biaya operasi yang harus ditanggung PLN jika menggunakan batubara adalah
Rp.48.692.340 per jam sedangkan jika menggunakan BBM sebesar Rp.402.649.500 per jam. Biaya Pokok Penyediaan BPP tenaga listrik seharusnya
sama dengan tarif dasar listrik TDL yang dibayar oleh konsumen, namun saat ini TDL masih di bawah BPP sehingga untuk menutupi kekurangannya dipenuhi
melalui subsidi. Alokasi subsidi listrik berdasarkan UU No.2 tahun 2010 tentang APBN-P 2010 adalah sebesar Rp55,1 triliun. Dari tinjauan singkat tersebut di
atas, memberikan isyarat bahwa PLN perlu menaikkan harga jual secara bertahap hingga mencapai nilai ekonominya.
Kebijakan penghapusan subsidi listrik akan membebani masyarakat, baik rumahtangga maupun sektor produksi. Dampak negatif dari penurunan subsidi
listrik pada sisi makro adalah adanya inflasi, menurunnya pertumbuhan ekonomi, menurunnya tingkat kesempatan kerja, dan menurunnya daya saing perdagangan
di pasar internasional. Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk meminimalkan dampak ekonomi dengan cara penurunan secara bertahap subsidi listrik yang
berefek kenaikan TDL dimana diberlakukan kebijakan kenaikan yang berbeda menurut kelompok penggunanya.
Penelitian banyak dilakukan berkenaan dengan dampak kebijakan kenaikan TDL dalam mengatasi defisit APBN akibat beban subsidi yang semakin
membesar. Komaidi dan Rakhmanto 2010 mengukur dampak ekonomi kenaikan TDL 2010 dengan Financial Social Accounting Matrix FSAM, metode
Weighted Average Price WAP dan Model Ekonometrik. Hasil penelitian menunjukan kenaikan TDL sebesar 10 persen – 20 persen berpotensi menambah
biaya produksi sektor utama pengguna listrik rata‐rata sebesar 2,13 – 4,25 persen dan menambah besaran inflasi nasional sebesar 0,63–1,36 persen. Kenaikan TDL