Dampak Kenaikan TDL terhadap Konsumsi Rumahtangga persektor.
                                                                                107
PDB  riil  sebesar  1,55  persen  pada  jangka  pendek.  Pada  jangka  panjang efisiensi  berdampak  lebih  baik  yaitu  meningkatkan  PDB  riilnya  hingga
mencapai  5,12  persen. Peningkatan  PDB  riil  tersebut  disebabkan  oleh peningkatan  output  hampir  disemua  sektor  ekonomi  akibat  adanya  kenaikan
efisiensi  produksi  di  seluruh  sektor  ekonomi.  Kenaikan  PDB  riil  pada  jangka pendek  didorong  oleh  lonjakan  ekspor  riil  dan  peningkatan  total  konsumsi
rumahtangga  masing-masing  sebesar  1,47  persen  dan  1,99  persen.  Pada  jangka panjang  peningkatan  PDB  riil  juga  karena  lonjakan  pada  volume  ekspor  yang
mencapai 5,62  persen  dan  kenaikan  total  konsumsi  rumahtangga  yang melonjak hingga 6,31 persen.
Tabel 25 Dampak kenaikan TDL diikuti peningkatan efisiensi di seluruh sektor terhadap peubah-peubah ekonomi makro di Indonesia
DESKRIPSI Peubah Ekonomi Makro
SR LR
Neraca perdaganganPDB delB 0,00
0,01 Tenaga kerja employ
1,72 0,00
Indeks deflator PDB sisi pengeluaran p0gdpexp
-0,36 -0,20
Upah nominal p1lab 0,01
1,82 Indeks harga investasi p2tot
-1,05 -0,15
Indeks harga konsumen p3tot 0,01
-0,14 Indeks harga ekspor p4tot
-0,06 -0,25
Upah riil realwage 0,00
1,96 Indeks volume impor x0cif_c
0,40 1,34
PDB riil penggunaan x0gdpexp 1,55
5,12 Konsumsi RT x3tot
1,99 6,31
Indeks volume ekspor x4tot 1,47
5,62 DAMPAK
Keterangan : SR = jangka pendek short-run
LR = jangka panjang long-run
108
Kenaikan  volume  ekspor  pada  jangka  pendek maupun  panjang disebabkan penurunan  harga  ekspor  sehingga  meningkatkan  daya  saing  produk  ekspor
dipasar  internasional.  Sama  halnya  dengan  volume  ekspor,  pada  jangka  pendek maupun  jangka  panjang  volume  impor  mengalami  peningkatan  sebesar  0,4
persen  dan  1,34  persen.  Peningkatan  volume  impor  tersebut  cenderung  karena adanya  peningkatan  output  sektor industri  yang  memproduksi  barang  yang
bahan bakunya sebagian besar masih tergantung pada barang impor. Pada jangka panjang,  tingginya  kenaikan  total  konsumsi  rumahtangga  disebabkan  adanya
peningkatan  upah  riil  tenaga  kerja  sebesar  1,96  persen  akibat  adanya  efisiensi tenaga kerja sehingga hanya tenaga kerja yang produktif  yang tetap bekerja.
Kenaikan  TDL  yang  diikuti  efisiensi  produksi,  dalam  jangka  pendek menunjukan  peningkatan  permintaan  tenaga  kerja  sebesar  1,72    persen.  Hal  ini
menunjukan  bahwa  kebijakan  efisiensi  produksi  mampu  memperbaiki  kondisi pasar  tenaga  kerja  di  Indonesia  yang  tidak  semakin  menurun  akibat  kenaikan
TDL.  Oleh  karena  itu  pemerintah  selaku  pembuat  kebijakan  kenaikan  TDL selayaknya membuat  kebijakan lain untuk mendukung efisiensi di seluruh sektor
ekonomi  sehingga  dampak  negatif  kenaikan  TDL  terhadap  perekonomian Indonesia  bisa  segera  diminimisasi.  Selain  dampak  positif  di  atas,  kebijakan
efisiensi produksi yang dilakukan semua sektor ekonomi sebesar 1 persen  mampu merendam inflasi akibat kenaikan TDL pada jangka pendek. Pada jangka panjang
terjadi  penurunan  indeks  harga  konsumen  sebesar  0,14  persen  akibat  penurunan harga outputnya di seluruh sektor.
6.2.2.2 Dampak  Kenaikan  TDL  diikuti  Peningkatan  Efisiensi  di Seluruh Sektor terhadap Kinerja Ekonomi Sektoral di Indonesia.
Kebijakan  pemerintah  dalam  meningkatkan  TDL  berdampak  pada penurunan  output  seluruh  sektor,    sehingga  dilakukan  simulasi  kenaikan  TDL
yang diikuti dengan efisiensi produksi di seluruh sektor ekonomi dengan harapan kebijakan ini mampu  meningkatkan kembali outputnya skenario 3. Pada jangka
pendek,    hasil  simulasi  menunjukan  kenaikan  output  di  seluruh  sektor  kecuali sektor  listrik  1300  yang  sedikit  turun  sebesar  0,66  persen.  Sektor  pertanian
mengalami kenaikan output tertinggi yaitu sebesar 3,46 persen dan diikuti industri makanan,  minuman  dan  tembakau  yang  meningkat  sebesar  2,67  persen  pada
jangka  pendek.  Peningkatan  output  yang  cukup  tinggi  ini  terjadi  karena  kedua
109
sektor  tersebut  merupakan  sektor  yang  padat  karya  labour  intensive  sehingga peluang  tenaga  kerja  tidak  produktif  semakin  besar.  Kebijakan  efisiensi  tenaga
kerja  dan  kapital  pada  industri  semen  hanya  mampu  meningkatkan  outputnya sebesar  0,15  persen,  karena  industri  ini  penggunaan  listriknya  sangat  besar
sehingga  biaya  produksinya  melonjak  dan  kebijakan  efisiensi  hanya  mampu meningkatkan  sedikit  outputnya.    Hal  yang  sama  juga  terjadi  pada  sektor
bangunan yang hanya mengalami peningkatan output sebesar 0,11 persen setelah ada  kebijakan  kenaikan  TDL  yang  diikuti  efisiensi  produksi  di  seluruh  sektor
ekonomi. Tabel 26  Dampak kenaikan TDL diikuti peningkatan efisiensi di seluruh sektor
terhadap output, tingkat harga dan permintaan tenaga kerja
Pertanian 3,46
10,96 -0,23
-0,64 10,82
-7,32 Tambangali
1,23 5,18
-0,19 -0,75
1,42 1,57
IndMakMin 2,67
9,49 -0,11
-0,47 5,57
1,83 IndTekstPak
0,83 0,29
0,02 0,31
-0,55 -2,00
IndBambuKy 1,01
2,09 -0,22
-0,15 0,01
0,37 IndKertas
0,94 2,30
0,00 0,20
-0,22 0,59
IndKimia 1,41
7,60 -0,04
-0,50 1,76
4,13 IndKrtPlstk
1,07 2,93
-0,05 -0,09
0,17 0,64
IndSemen 0,15
0,28 -0,20
1,13 -2,80
-1,40 IndLgmDsr
0,44 -2,99
-0,02 0,31
-3,22 -4,73
IndBrgLgm 0,83
1,04 -0,32
0,06 -0,50
-1,21 IndMesin
1,13 2,87
-0,02 0,01
0,38 0,48
Indlainnya 0,71
1,45 0,09
0,46 -0,71
-0,14 Listrik900
1,38 6,13
0,81 -0,59
1,47 4,31
Listrik1300 -0,66
1,40 31,45
29,36 -6,22
-0,34 Gasair
1,28 5,15
0,72 0,23
1,08 2,58
Bangunan 0,11
0,36 -1,37
-0,20 -2,27
-1,23 PerdagHR
1,23 4,24
0,12 -0,01
0,70 1,81
Angkom 1,65
4,84 -0,06
-0,14 2,00
0,52 KeuJspersh
1,26 4,81
0,15 -0,40
1,11 2,52
JasaLain 1,20
2,51 -0,37
0,21 0,28
0,50 SR
LR SEKTOR
OUTPUT HARGA OUTPUT
PERMINTAAN   TENAGA KERJA
SR LR
SR LR
Keterangan : SR = jangka pendek short-run
LR = jangka panjang long-run
                                            
                