Ringkasan Data Keunggulan dan Keterbatasan Model CGE

53 Dampak kenaikan TDL yang cukup kompleks direspon pemerintah dengan kebijakan kenaikan TDL yang berbeda-beda pada tiap pelanggan, namun masih banyak yang mengencam kebijakan tersebut terutama kalangan usaha. Penelitian ini juga akan melakukan simulasi kebijakan untuk meminimisasi dampak negatif kenaikan TDL terhadap perekonomian Indonesia. Kenaikan TDL akan meningkatkan biaya produksi terutama pada sektor industri sehingga akan mengurangi produksi barangjasa yang akan mengganggu perekonomian nasional. Dampak negatif kenaikan TDL ini akan diminimisasi dengan melakukan simulasi pada kebijakan yang mampu memperkecil biaya produksi listrik yaitu peningkatan efisiensi di sektor listrik sehingga harga listrik bisa diturunkan. Selain itu sektor industri yang paling rentan terkena dampak kenaikan TDL dapat meningkatkan efisiensi produksi, sehingga penelitian ini juga akan melakukan simulasi dengan shock pada peningkatan efisiensi di seluruh sektor ekonomi. Pemerintah selaku pemegang kebijakan dapat meminimisasi dampak kenaikan TDL dengan penurunan PPN sehingga peningkatan biaya produksi bisa dihindari. Berdasarkan uraian di atas maka diturunkan 4 skenario dalam melakukan shock sehingga akan diperoleh hasil yang berbeda dari suatu kebijakan kenaikan TDL dengan atau tanpa disertai kebijakan lain. Hasil simulasi dengan 4 skenario ini diharapkan memperoleh informasi yang paling efektif untuk meminimisasi dampak negatif kenaikan TDL terhadap perekonomian. Skenario 1, Kenaikan tarif dasar listrik berdaya 1300 VA ke atas pada Rumahtangga atas sebesar 18 persen Sektor industri sebesar 30 persen. Skenario 2, Peningkatan efisiensi di sektor listrik sebesar 10 persen. Skenario 3, Skenario 1 diikuti Peningkatan efisiensi pada seluruh sektor ekonomi sebesar 1 persen. Skenario 4, Skenario 1 diikuti Penurunan PPN pada seluruh sektor ekonomi sebesar 1 persen.

4. KONSTRUKSI DATA DASAR

Sumber data utama yang digunakan untuk membangun data dasar data base pada model CGE INDOTDL adalah Tabel I-O Indonesia tahun 2008. Model CGE INDOTDL merupakan model CGE yang analisisnya masih bersifat statis komparatif, sehingga faktor produksi hanya terdiri dari tenaga kerja dan modal. Disagregasi hanya dilakukan pada kelompok rumahtangga menurut daya terpasang listriknya. Penelitian ini tidak melakukan disagregasi tenaga kerja menurut tingkat pendidikan dan modal menurut kepemilikan tanah. Model CGE INDOTDL dengan rumahtangga yang didisagregasi memerlukan data Sistem Neraca Sosial Ekonomi SNSE tahun 2008 atau Social Accounting Matrix SAM untuk melengkapi data yang tidak tercakup pada Tabel I-O. Data Susenas tahun 2008 digunakan untuk memisahkan rumahtangga menjadi dua berdasarkan daya terpasang listriknya. Data Tabel I-O UKM tahun 2003 digunakan untuk mendisagregasi sektor listrik menjadi dua menurut daya terpasangnya berdasarkan share konsumsi listrik di tiap skala usahanya. Bab ini menjelaskan langkah-langkah dalam membangun data dasar model CGE INDOTDL dengan menggunakan data yang relevan.

4.1 Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008

Tabel I-O yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tabel I-O Indonesia tahun 2008 atas dasar harga produsen yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik. Tabel I-O Indonesia tahun 2008 terdiri dari dua sub-grup tabel, yaitu tabel dasar dan tabel analisis. Tabel dasar terdiri dari tabel transaksi total atas dasar harga konsumen, tabel transaksi total atas dasar harga produsen, tabel transaksi domestik atas dasar harga konsumen, tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen dan tabel transaksi impor atas dasar harga produsen. Tabel I-O Indonesia tahun 2008 terdiri dari 66 klasifikasi sektor. Tabel analisis dalam penelitian ini diperoleh dari tabel dasar setelah dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Tabel ini meliputi tabel koefisien input, matriks kebalikan total atas dasar harga produsen dan matriks kebalikan domestik atas dasar harga produsen. 56

4.2 Tabel Input-Output Usaha Kecil dan Menengah Indonesia Tabel I-O UKM Tahun 2003

Penelitian ini selain menggunakan Tabel I-O Indonesia tahun 2008, juga menggunakan Tabel I-O UKM Indonesia tahun 2003. Tabel I-O UKM terdiri dari 233 klasifikasi sektor ekonomi dan diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik. Tabel I- O UKM dapat untuk melihat keterkaitan antarsektor ekonomi khususnya UKM dalam perekonomian Indonesia, dapat digunakan untuk penghitungan produktivitas tenaga kerja UKM serta dapat digunakan untuk analisis Tabel I-O UKMK untuk berbagai kebutuhan. Pada penelitian ini Tabel I-O UKM digunakan untuk mendisagregasi sektor listrik menurut daya terpasangnya menggunakan pendekatan share konsumsi listrik pada tiap skala ekonominya. Klasifikasi Tabel I-O UKM dibuat berdasarkan omzet yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi. Dimana definisi Usaha Kecil adalah usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta dan penjualan tahunan paling banyak Rp. 1 miliar. Usaha Menengah adalah usaha yang memiliki penjualan tahunan di atas Rp. 1 miliar hingga Rp. 50 miliar. Usaha Besar adalah usaha yang memiliki penjualan tahunan di atas Rp. 50 miliar. 233 sektor pada klasifikasi Tabel I-O UKM sektor terdiri dari 72 sektor Usaha Kecil UK, 72 sektor Usaha Menengah UM dan 85 sektor Usaha Besar UB.

4.3 Struktur Input-Output

Struktur lengkap Tabel I-O dapat dilihat pada Gambar 8 Bab 3. Matriks yang terdapat pada Tabel I-O terdiri dari matriks penyerapan input absorption matrix di tiap industri, matriks produk bersama dan matriks pajak. Kolom dari matriks penyerapan menunjukkan lima pelaku ekonomi yaitu produsen domestik, investor, rumahtangga, ekspor dan pemerintah. Semua data yang tertera pada Tabel I-O dihitung dalam satuan rupiah. Baris pada Gambar 8 pada Bab 3 menunjukkan asal dari pembelian komoditas yang dilakukan oleh pelaku ekonomi pada setiap kolom yang meliputi aliran bahan baku, tenaga kerja, modal, tanah, pajak tak langsung dan biaya lainnya. Aliran bahan baku dasar pada kolom pertama dan kedua menunjukkan aliran komoditas impor dan domestik yang digunakan oleh industri sebagai input 57 atau pembentukan modal. Kolom pertama dan baris pertama adalah nilai dari bahan baku input antara dari komoditas c dan sumber s yang digunakan oleh setiap industri i pada proses produksinya. Selanjutnya aliran komoditas ke kolom ketiga menunjukkan komoditas yang dikonsumsi oleh rumahtangga. Aliran komoditas ke kolom keempat dan kelima menunjukkan nilai komoditas yang diekspor dan dikonsumsi pemerintah. Disini dapat dilihat bahwa hubungan antar komoditas pada Tabel I-O menunjukkan hubungan sektoral antar industri dan hubungan agregat dari pelaku-pelaku ekonomi dalam ekonomi makro. Alur tenaga kerja dari baris ketiga adalah upah dan gaji yang diterima oleh pekerja sebagai balas jasa faktor tenaga kerja yang digunakan oleh industri. Balas jasa faktor modal dimatrikskan pada baris keempat. Baris keempat ini menunjukkan besarnya biaya sewa modal yang digunakan oleh industri dalam proses produksi. Pajak produksi pajak tak langsung dimatrikskan pada baris kelima menunjukkan pajak yang dibayar oleh konsumen melalui produsen sebagai pajak tak langsung dikurangi dengan subsidi yang diterima. Matriks bea impor mencatat pembayaran bea impor atas tiap komoditas yang diimpor oleh setiap industri. Penelitian ini mengasumsikan bahwa sebuah industri hanya dapat memproduksi sebuah komoditas.

4.4 Agregasi dan Disagregasi Sektor

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka sektor yang tercakup dalam penelitian ini terdiri dari 21 sektor. Bila sektor-sektor tersebut dikategorikan ke dalam sembilan sektor seperti pada PDB menurut lapangan usaha, maka disagregasi ke-21 sektor dalam penelitian dapat dikelompokkan sebagai berikut: sektor pertanian 1 sektor, sektor pertambangan dan penggalian 1 sektor, sektor industri pengolahan didisagregasi menjadi 11 sektor, sektor listrik, gas dan air bersih didisagregasi menjadi 3 sektor, sektor bangunan didisagregasi 1 sektor, sektor perdagangan, hotel dan restoran 1 sektor, sektor pengangkutan dan komunikasi 1 sektor, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 1 sektor dan sektor jasa 1 sektor. Disagregasi sektor menurut PDB lapangan usaha ke dalam sektor penelitian ditunjukkan pada Tabel 6. 58 Tabel 6 Klasifikasi sektor dalam penelitian menurut lapangan usaha Sektor PDB menurut Lapangan Usaha Sektor Penelitian 21 sektor Notasi 1. Pertanian 1 Pertanian Pertanian 2. Pertambangan Penggalian 1 Pertambangan dan penggalian Tambangali 3. Industri 1 Makanan, minuman dan tembakau IndMakmin 2 Tekstil, pakaian, kulit dan pemintalan IndTekstPak 3 Bambu, kayu, rotan barang dr kayu IndBambuKy 4 kertas, barang dari kertas dan karton IndKertas 5 Kimia,Pupuk,dan hasil kilang IndKimia 6 Barang karet, plastik mineral bukan logam IndKrtPlstk 7 Semen IndSemen 8 Logam dasar besi dan baja bukan besi IndLgmDsr 9 Barang dari logam IndBrgLgm 10 Mesin, alat-alat, perlengkapan listrik dan alat pengangkutan dan perbaikannya IndMesin 11 Industri lainnya, Indlainnya 4. Listrik, Gas dan Air 1 Listrik berdaya 900 VA ke bawah Listrik900 Bersih 2 Listrik berdaya 1300 VA ke atas Listrik1300 2 Gas dan Air bersih Gasair 5. Bangunan 1 Bangunan Bangunan 6. Perdagangan, Hotel 1 Perdagangan dan Hotel dan restoran PerdagHR dan Restoran 7. Pengangkutan dan 1 Pengangkutan dan Komunikasi Angkom Komunikasi 8. Keuangan dan Jasa 1 Keuangan dan jasa perusahaan KeuJspersh Perusahaan 9. Jasa 1 Jasa JasaLain Sumber: BPS, 2010 diolah Untuk memadukan hasil agregasi dan disagregasi sektor ekonomi yang digunakan dalam penelitian dengan Tabel I-O 2008 dan SNSE 2008, maka dilakukan mapping pemetaan antara sektor ekonomi yang terdapat dalam penelitian 21 sektor dan sektor ekonomi yang terdapat pada Tabel I-O 2008 66 sektor dan tabel SNSE 2008. Proses mapping antara sektor pada Tabel I-O dan sektor PDB dalam penelitian ini seperti pada Tabel 7. 59 Kenaikan TDL per 1 juli 2010 hanya dibebankan pada pelanggan listrik yang berdaya 1300 VA ke atas, sehingga pelanggan listrik 450-900 VA merasa lega karena tidak mengalami kenaikan TDL. Untuk melihat dampak kebijakan kenaikan TDL yang sesuai dengan kejadian sebenarnya, maka dilakukan disagregasi sektor listrik menggunakan Tabel I-O UKM. Proses disagregasi dan agregasi sektor pada penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor sektor yang rentan terkena dampak kenaikan TDL terutama sektor industri yang mengkonsumsi listrik dalam jumlah besar. Tabel 7 Mapping sektor penelitian 21 sektor dengan Tabel I-O 66 sektor No. Klasifikasi sektor No. Klasifikasi sektor 1 Padi 1 Pertanian 2 Tanaman kacang-kacangan 1 Pertanian 3 Jagung 1 Pertanian 4 Tanaman umbi-umbian 1 Pertanian 5 Sayur-sayuran dan buah-buahan 1 Pertanian 6 Tanaman bahan makanan lainnya 1 Pertanian 7 Karet 1 Pertanian 8 Tebu 1 Pertanian 9 Kelapa 1 Pertanian 10 Kelapa sawit 1 Pertanian 11 Tembakau 1 Pertanian 12 Kopi 1 Pertanian 13 Teh 1 Pertanian 14 Cengkeh 1 Pertanian 15 Hasil tanaman serat 1 Pertanian 16 Tanaman perkebunan lainnya 1 Pertanian 17 Tanaman lainnya 1 Pertanian 18 Peternakan 1 Pertanian 19 Pemotongan hewan 3 Industri makanan minuman tembakau 20 Unggas dan hasil-hasilnya 1 Pertanian 21 Kayu 1 Pertanian 22 Hasil hutan lainnya 1 Pertanian 23 Perikanan 1 Pertanian 24 Penambangan batubara dan bijih logam 2 Pertambangan dan Penggalian 25 Penambangan minyak, gas panas bumi 2 Pertambangan dan Penggalian 26 Penambangan dan penggalian lainnya 2 Pertambangan dan Penggalian 27 Industri pengolahan pengawetan makanan 3 Industri makanan minuman tembakau 28 Industri minyak dan lemak 3 Industri makanan minuman tembakau 29 Industri penggilingan padi 3 Industri makanan minuman tembakau 30 Industri tepung, segala jenis 3 Industri makanan minuman tembakau 31 Industri gula 3 Industri makanan minuman tembakau 32 Industri makanan lainnya 3 Industri makanan minuman tembakau 33 Industri minuman 3 Industri makanan minuman tembakau 34 Industri rokok 3 Industri makanan minuman tembakau 35 Industri pemintalan 4 Industri tekstil, pakaian, kulit pemintalan 36 Industri tekstil, pakaian dan kulit 4 Industri tekstil, pakaian, kulit pemintalan Agregasi sektor dalam Tabel I-O tahun 2008 Agregasi sektor dalam Penelitian 60 Tabel 7 Lanjutan No. Klasifikasi sektor No. Klasifikasi sektor 37 Industri bambu, kayu dan rotan 5 Industri bambu, kayu dan rotan 38 Industri kertas, barang dari kertas karton 6 Industri kertas, barang dari kertas dan karton 39 Industri pupuk dan pestisida 7 Industri kimia pupuk pestisida dan Pengilangan minyak bumi 40 Industri kimia 7 Industri kimia pupuk pestisida dan Pengilangan minyak bumi 41 Pengilangan minyak bumi 7 Industri kimia pupuk pestisida dan Pengilangan minyak bumi 42 Industri barang karet dan plastik 8 Industri barang karet plastik dan mineral bukan logam 43 Industri barang-barang dari mineral bukan logam 8 Industri barang karet plastik dan mineral bukan logam 44 Industri semen 9 Industri semen 45 Industri logam dasar besi dan baja 10 Industri logam dasar 46 Industri logam dasar bukan besi 10 Industri logam dasar 47 Industri barang dari logam 11 Industri barang dari logam 48 Industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 12 Industri mesin, perlengkapan listrik dan alat angkut 49 Industri alat pengangkutan dan perbaikannya 12 Industri mesin, perlengkapan listrik dan alat angkut 50 Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun 13 Industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun 51 Listrik gaskota dan air bersih 14 -16 Listrik dan gasair 52 Bangunan 17 Bangunan 53 Perdagangan 18 Perdagangan hotel dan Restoran 54 Restoran dan hotel 18 Perdagangan hotel dan Restoran 55 Angkutan kereta api 19 Angkutan dan komunikasi 56 Angkutan darat 19 Angkutan dan komunikasi 57 Angkutan air 19 Angkutan dan komunikasi 58 Angkutan udara 19 Angkutan dan komunikasi 59 Jasa penunjang angkutan 19 Angkutan dan komunikasi 60 Komunikasi 19 Angkutan dan komunikasi 61 Lembaga keuangan 20 Lembaga keuangan, real estate jasa perusahaan 62 Real estat dan jasa perusahaan 20 Lembaga keuangan, real estate jasa perusahaan 63 Pemerintahan umum dan pertahanan 21 Jasa lainnya 64 Jasa sosial kemasyarakatan 21 Jasa lainnya 65 Jasa lainnya 21 Jasa lainnya 66 Kegiatan yang tak jelas batasannya 21 Jasa lainnya Agregasi sektor dalam Tabel I-O tahun 2008 Agregasi sektor dalam Penelitian Sumber: BPS, 2010 diolah

4.5 Sistem Neraca Sosial Ekonomi SNSE

SNSE menyediakan informasi mengenai keadaan sosial ekonomi makro Indonesia, tidak hanya meliputi informasi Tabel I-O tapi juga mengenai distribusi pendapatan untuk semua faktor produksi, pendapatan rumahtangga, dan pola dari pengeluaran rumahtangga. Dibanding dengan Tabel I-O, SNSE tidak hanya mengidentifikasi struktur produksi tetapi juga bermanfaat dalam menjelaskan distribusi pendapatan, tenaga kerja dan akumulasi modal. 61 Tabel 8 Pengelompokan sektoral dari Tabel Input-Output dan Sistem Neraca Sosial Ekonomi. No. Klasifikasi sektor No. Klasifikasi sektor 1 Pertanian 1-5 Pertanian 2 Pertambangan dan penggalian 6-7 Pertambangan dan penggalian 3 Industri makanan, minuman dan tembakau 8 Industri Makanan, Minuman Tembakau 4 Industri tekstil, pakaian dan kulit dan pemintalan 9 Industri TPT 5 Industri Bambu, Kayu, rotan Barang dr Kayu 10 Industri Kayu Barang dr Kayu 6 Industri kertas, barang dari kertas dan karton 11 Industri Kertas , Percetakan, Angkutan, Barang Logam Lainnya 7 Industri Kimia, Pupuk,dan hasil kilang 12 Industri Kimia,Pupuk,Hasil Tanah Liat,Semen 8 Industri barang karet , plastik mineral bukan logam 12 Industri Kimia,Pupuk,Hasil Tanah Liat,Semen 9 Industri semen 12 Industri Kimia, Pupuk ,Hasil Tanah Liat, Semen 10 Industri logam dasar besi dan baja bukan besi 11 Industri Kertas , Percetakan, Angkutan, Barang Logam Lainnya 11 Industri barang dari logam 11 Industri Kertas , Percetakan, Angkutan, Barang Logam Lainnya 12 Industri mesin, alat-alat, perlengkapan listrik dan alat pengangkutan dan perbaikannya 11 Industri Kertas , Percetakan, Angkutan, Barang Logam Lainnya 13 Industri lainnya 11 Industri Kertas , Percetakan, Angkutan, Barang Logam Lainnya 14 Listrik berdaya 900 VA kebawah 13 Listrik,Gas Air Minum 15 Listrik berdaya 1300 VA kebawah 13 Listrik,Gas Air Minum 16 Gas kota air 13 Listrik,Gas Air Minum 17 Bangunan 14 Konstruksi 18 Perdagangan, hotel dan restoran, 15-17 Perdagangan, hotel dan restoran, 19 Pengangkutan dan komunikasi 18-19 Angkutan darat, udara, Air, dan Komunikasi 20 Lembaga keuangan, real estat dan jasa perusahaan 21-22 Bank Asuransi, Real Estate Jasa Perusahaan 21 Jasa lainnya 23-24 Jasa lainnya Agregasi sektor dalam Penelitian Sektor dalam SNSE Sumber: BPS, 2010 diolah. SNSE banyak digunakan sebagai data dasar dalam penerapan model keseimbangan umum di Indonesia. SNSE Indonesia dikeluarkan dalam 3 kelompok sektoral yaitu versi 105 X 105, versi 37 x 37 dan versi 13 X 13. Pengelompokan sektor pada SNSE berbeda dengan pengelompokan pada Tabel I- O. Penelitian ini menggunakan SNSE sebagai data tambahan dalam Tabel I-O 2008, untuk menggabungkan data SNSE dan Tabel I-O dilakukan pengelompokan antara sektor keduanya Oktaviani 2008. Pengelompokan sektor antara SNSE dan Tabel I-O disajikan pada Tabel 8. 62

4.6 Klasifikasi Input Primer

Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, karena model INDOTDL merupakan model CGE komparatif statis, maka pada penelitian ini input primer hanya terdiri dari tenaga kerja dan modal. Modal meliputi pembayaran atas lahan dan sewa barang modal yang digunakan dalam proses produksi oleh masing-masing sektor produksi. Pembayaran tenaga kerja meliputi upah dan gaji yang dibayar oleh setiap sektor perekonomian industri.

4.7 Klasifikasi Pengguna User

Pengguna barang dan jasa dapat dibedakan menurut dua kelompok utama, yaitu pengguna antara intermediate product dan pengguna akhir final user. Pengguna antara adalah pembelian yang dilakukan oleh industri tertentu terhadap output industri-industri lainnya dengan tujuan bukan untuk konsumsi, investasi, ekspor, dan inventori. Pembelian barangjasa oleh pengguna antara tersebut untuk mendukung proses produksi dan bersifat habis pakai dalam satu periode akuntansi. Pengguna antara pada penelitian ini meliputi 21 sektor ekonomi, yaitu 1 Pertanian, 2 Pertambangan dan penggalian 3 Industri makanan, minuman dan tembakau 4 Industri tekstil, pakaian dan kulit dan pemintalan, 5 Industri Bambu, kayu, rotan barang dr kayu 6 Industri kertas, barang dari kertas dan karton, 7 Industri Kimia,Pupuk,dan hasil kilang, 8 Industri barang karet, plastik mineral bukan logam, 9 Industri semen, 10 Industri logam dasar besi dan baja bukan besi, 11 Industri barang dari logam, 12 Industri mesin, alat-alat, perlengkapan listrik dan alat pengangkutan dan perbaikannya, 13 Industri lainnya, 14 Listrik berdaya 900 VA ke bawah, 15 Listrik berdaya 1300 VA ke atas, 16 Gas kota air, 17 Bangunan, 18 Perdagangan, hotel dan restoran, 19 Pengangkutan dan komunikasi, 20 Lembaga keuangan, real estat dan jasa perusahaan dan 21 Jasa lain. Pengguna akhir terdiri dari 5 kelompok, yaitu: 1 investasi atau pembentukan modal tetap bruto PMTB, 2 konsumsi rumahtangga bawah, 3 konsumsi rumahtangga atas 4 konsumsi pemerintah dan 5 ekspor. Pembelian barang dan jasa oleh pengguna akhir ini ditujukan untuk konsumsi rumahtangga, konsumsi pemerintah, investasi dan ekspor. Tiga bagian pertama