Sistem Ketenagalistrikan Indonesia. GAMBARAN UMUM KETENAGALISTRIKAN DI INDONESIA

82 industrinya yang mencapai 5.965 perusahaan. Industri makanan, minuman, dan tembakau juga industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan pemintalan konsumsi listriknya sebagian besar dari PLN sehingga kenaikan TDL mendorong peningkatan biaya produksi. Industri semen di Indonesia hanya berjumlah 20 perusahaan, namun share konsumsi listriknya terhadap total konsumsi listrik industri besar- sedang mencapai 4,77 persen. Hal ini menunjukan industri semen konsumsi listriknya sangat besar sehingga tergantungnya dengan listrik terutama listrik PLN. Kenaikan TDL pada industri semen akan sangat memengaruhi melonjaknya harga semen karena listrik yang digunakan mencapai 10 persen dari total biaya produksi semen. Selain itu listrik hanya diproduksi didalam negeri sehingga kenaikan TDL tidak bisa dihindari. Industri logam dasar besi baja dan bukan besi konsumsi listriknya cukup besar karena mesin-mesin industrinya digerakan dengan energ litrik yang sebagian berasal dai PLN dan juga membangkitkan sendiri dengan generator.

5.3.2 Pola Konsumsi Listrik rumahtangga di Indonesia

Rasio elektrifikasi Indonesia tahun 2009 baru mencapai 63,75 persen artinya, baru 63,75 persen dari total keluarga di Indonesia yang dapat menikmati fasilitas listrik. Sementara itu sisanya, sebanyak 36,25 persen belum mendapatkan fasilitas pelayanan listrik. Penyebab utamanya adalah kekurangmampuan mereka untuk membayar biaya beban listrik atau lokasi rumah mereka yang belum terjangkau jaringan listrik. Hal ini mengindikasikan bahwa industri listrik di Indonesia masih harus dikembangkan lagi di masa yang akan datang, agar rasio elektrifikasi di Indonesia bisa lebih ditingkatkan lagi. Kelompok rumahtangga yang belum menikmati pasokan listrik pada dasarnya dapat dibedakan antara kelompok rumahtangga yang berada di daerah terpencil dan rumahtangga yang sebenarnya berada dalam jangkauan pelayanan PT. PLN, tetapi belum tersedia jaringan yang mengarah ke daerah tersebut. Jumlah pelanggan yang terbatas akan menyebabkan biaya operasional perusahaan lebih besar dari pendapatan yang mereka peroleh. Namun sebagai warga negara, 83 mereka berhak mendapatkan pelayanan yang sama maka diperlukan subsidi bagi perusahaan penyedia fasilitas listrik dalam rangka investasi dan operasi. Bagi rumahtangga yang secara ekonomis kurang mampu perlu disediakan subsidi terarah. Pola subsidi ini, masyarakat yang kurang mampu, yaitu masyarakat yang menggunakan daya listrik sampai jumlah tertentu, diberi kemudahan untuk membayar tagihan rekening listrik dengan tarif di bawah standar. Rumahtangga mampu dan rumahtangga berlebih tidak perlu diberikan subsidi listrik sehingga beban subsidi dapat dikurangi. . Pola harian konsumsi pelanggan rumahtangga secara keseluruhan sangat fluktuatif, yaitu konsumsi pada malam hari beban puncak jauh lebih tinggi dari pada konsumsi pada pagi dan siang hari. Mengingat share rumahtangga relatif dominan, sebagai konsekuensinya biaya pembangkitan listrik di malam hari jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di pagi dan siang hari. Penurunan share industri di satu sisi dan peningkatan share rumahtangga di sisi lain akan berimplikasi pada meningkatnya biaya pembangkitan listrik. Mengingat biaya transmisi dan distribusi untuk pelanggan rumahtangga relatif lebih mahal dibandingkan untuk pelanggan industri, secara total pergeseran share tersebut akan mengakibatkan peningkatan total biaya pengadaan listrik. Peran sektor rumahtangga dalam total permintaan energi, termasuk dan terutama energi listrik, telah dan akan terus bertumbuh dengan laju pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan permintaan energi listrik oleh sektor industri dan sektor komersial. Beberapa faktor penjelas hal tersebut antara lain adalah: 1 pertumbuhan penduduk dan perubahan demografi serta urbanisasi, dan 2 peningkatan taraf ekonomi. Urbanisasi juga menyebabkan meningkatnya permintaan listrik oleh rumahtangga. Di satu sisi keluarga inti cenderung tinggal di perkotaan, sementara di sisi lain kota-kota kecil tumbuh menjadi kota besar baik karena pertumbuhan yang otonom maupun karena efek ekspansi kota besar yang berdekatan. Pertumbuhan kota tersebut tentunya menuntut peningkatan jumlah dan kualitas pasokan energi listrik. Peningkatan taraf ekonomi yang ditunjukkan oleh peningkatan pendapatan perkapita akan menyebabkan meningkatnya