6. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang kenaikan tarif dasar listrik TDL dan respon kebijakan untuk meminimisasi dampak negatif terhadap perekonomian
Indonesia. Mengingat sejak bulan Juli 2010 terjadi kenaikan TDL yang berbeda pada tiap kelompok pelanggan listrik, dan awal 2011 khususnya sektor
industri kembali mengalami kenaikan TDL walau tanpa persetujuan pemerintah, maka besar shock akan dilakukan sesuai dengan keadaan nyata
dengan 4 skenario. Keempat skenario tersebut dianalisis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Tabel I-O memiliki keterbatasan untuk
mengakomodasi shock yang dilakukan melalui skenario perubahan harga, hal tersebut menjadikan simulasi pada penelitian ini dilakukan secara tidak langsung,
yaitu melalui guncangan shock penurunan subsidi listrik yang akan berdampak pada kenaikan harga listrik TDL, dimana dalam model ini subsidi
dianggap sebagai pajak negatif. Closure simulasi yang dipakai untuk kenaikan TDL pada pelanggan
industri adalah dengan memberikan shock pada peubah eksogen delptxrate c atau Ordinary change in rate of domestic tax, untuk komoditi berdaya 1300 VA
ke atas. Simulasi kenaikan TDL pada pelanggan rumahtangga dengan memberikan shock pada peubah eksogen f3tax c,u atau shifter in power of
taxes on Household usage, untuk komoditi listrik berdaya 1300 VA ke atas pada kelompok rumahtangga atas yang berdaya 1300 VA ke atas HouseHA. Selain
shock pada kenaikan TDL akan dilakukan juga simulasi yang diharapkan bisa meminimisasi dampak negatifnya terhadap perekonomian Indonesia.
Simulasi kebijakan meminimisasi dampak negatif kenaikan TDL dilakukan pada sektor listrik yaitu dengan kebijakan peningkatan efisiensi. Penelitian hanya
mencakup efisiensi pada faktor primer yaitu efisiensi penggunaan tenaga kerja dan modal. Selain itu shock peningkatan efisiensi produksi juga akan dilakukan
pada seluruh sektor ekonomi dengan menggunakan shock pada peubah eksogen a1prim i atau All primary-factor augmenting technical change. Simulasi
kebijakan pemerintah untuk meminimisasi dampak negatif kenaikan TDL melalui penurunan PPN dengan memberikan shock pada peubah eksogen delptxrate c
atau Ordinary change in rate of domestic tax, untuk seluruh sektor ekonomi.
94
6.1 Dampak Kenaikan TDL terhadap Kinerja Ekonomi Makro dan
Sektoral di Indonesia Kebijakan kenaikan tarif dasar listrik per Juli tahun 2010 hanya
diberlakukan untuk pelanggan listrik yang berdaya 1300 VA ke atas sedangkan pelanggan yang berdaya 900 VA ke bawah masih menerima subsidi sehingga
tidak mengalami kenaikan TDL. Selain itu terdapat perbedaan tingkat kenaikan TDL pada tiap pelanggan listrik, sehingga penelitian ini menggunakan shock
kenaikan TDL pada kelompok rumahtangga atas sebesar 18 persen dan pelanggan industri sebesar 30 persen skenario 1. Hasil simulasi dalam penelitian ini
memperlihatkan adanya dampak negatif yang ditimbulkan oleh kenaikan TDL baik secara makro maupun sektoral. Kondisi ini berlaku dalam jangka pendek dan
panjang, berikut akan dibahas dampak kenaikan TDL terhadap ekonomi makro dan sektoral di Indonesia .
6.1.1 Dampak Kenaikan TDL terhadap Kinerja Ekonomi Makro di Indonesia
Hasil simulasi kebijakan kenaikan TDL terhadap kinerja ekonomi makro Indonesia dapat dilihat pada Tabel 18. Hasil simulasi menunjukkan bahwa
kenaikan TDL dalam jangka pendek maupun jangka panjang berdampak negatif terhadap peningkatan PDB riil. PDB riil mengalami penurunan sebesar 0,27
persen dalam jangka pendek, demikian pula dalam jangka panjang mengalami penurunan yang jauh lebih besar yaitu sebesar 1,56 persen.
Penurunan PDB riil tersebut disebabkan oleh penurunan output disemua sektor ekonomi akibat kenaikan TDL. Dari sisi permintaan agregat besarnya penurunan
GDP riil lebih tajam pada jangka panjang karena adanya penurunan ekspor yang sangat besar, yaitu sebesar 3,28 persen. Hal ini disebabkan pada jangka panjang
terjadi kenaikan harga ekspor sebesar 0,25 persen. Kenaikan harga tukar tersebut akan menyebabkan kenaikan harga output di pasar internasional meningkat yang
berdampak pada menurunnya daya saing produk ekspor Indonesia di luar negeri. Sama halnya dengan volume ekspor, pada jangka pendek maupun jangka
panjang terjadi penurunan volume impor masing-masing sebesar 0,21 persen dan 0,54 persen. Penurunan impor tersebut cenderung pada produk antara untuk
produksi yang bahan bakunya sebagian besar masih tergantung pada impor.
95
Selain itu di Indonesia, sumber utama pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi rumahtangga sehingga turunnya konsumsi rumahtangga pada jangka pendek
maupun jangka panjang juga ikut berperan dalam penurunan PDB riil. Pergeseran kurva agregrat penawaran ke kiri atas juga akan menyebabkan
pergeseran ke bawah kurva permintaaan tenaga kerja. Pada jangka pendek, penurunan tenaga kerja yang terjadi adalah sebesar 0,89 persen. Hal ini
menunjukan bahwa kebijakan yang dilakukan pemerintah tersebut akan semakin memperburuk kondisi pasar tenaga kerja di Indonesia.
Tabel 18 Dampak kenaikan TDL terhadap peubah-peubah ekonomi makro di Indonesia.
DESKRIPSI Peubah Ekonomi Makro
SR LR
Neraca perdaganganPDB delB 0,00
-0,01 Tenaga kerja employ
-0,89 0,00
Indeks deflator PDB sisi pengeluaran p0gdpexp
0,07 0,25
Upah nominal p1lab 0,09
-0,67 Indeks harga investasi p2tot
0,06 0,15
Indeks harga konsumen p3tot 0,09
0,24 Indeks harga ekspor p4tot
0,02 0,25
Upah riil realwage 0,00
-0,91 Indeks volume impor x0cif_c
-0,21 -0,54
PDB riil penggunaan x0gdpexp -0,27
-1,56 Konsumsi RT x3tot
-0,44 -1,29
Indeks volume ekspor x4tot -0,24
-3,28 DAMPAK
Keterangan : SR = jangka pendek short-run
LR = jangka panjang long-run
Besarnya inflasi akibat kebijakan kenaikan TDL adalah sebesar 0,09 persen pada jangka pendek dan 0,24 persen pada jangka panjang. Sejalan dengan inflasi
nasional tingkat upah nominal tenaga kerja meningkat sebesar 0,09 persen pada jangka pendek. Pada jangka panjang upah nominal tenaga kerjanya mengalami
96
penurunan sebesar 0,67 persen. Hal ini terjadi karena permintaan kapital dijangka panjang mengalami penyesuaian sehingga produsen bisa bebas menentukan
kapital yang akan digunakan dan dapat menekan upah riil tenaga kerjanya. Kenaikan harga investasi akibat kenaikan TDL pada jangka panjang mencapai
0,15 persen lebih besar dari jangka pendek yang hanya naik sebesar 0,06 persen. Kenaikan harga investasi ini menyebabkan investor kurang tertarik menanamkan
modalnya. Padahal penanaman modal yang dilakukan oleh investor menjadi stimulus bagi sektor produksi untuk meningkatkan produksinya. Hasil analisis
di atas menunjukan dampak negatif kenaikan TDL terhadap ekonomi makro di Indonesia jauh lebih besar untuk jangka panjang jika tidak diikuti kebijakan
lain.
6.1.2 Dampak Kenaikan TDL terhadap Kinerja Ekonomi Sektoral di Indonesia
Analisis dampak kenaikan TDL terhadap kinerja ekonomi sektoral akan dibedakan menurut 2 kelompok analisis, yaitu 1 dampaknya terhadap output
domestik, harga output dan permintaan tenaga sektoral dan 2 dampaknya terhadap konsumsi tiap kelompok rumahtangga sektoral. Analisis terhadap
kedua kelompok tersebut akan dilihat dampak secara umum kebijakan kenaikan TDL terhadap masing-masing sektor komoditas ditinjau dari pola dan
keterkaitan antar sektor.
6.1.2.1 Dampak Kenaikan TDL terhadap Output Domestik, Tingkat Harga
dan Permintaan Tenaga Kerja Sektoral. Kebijakan pemerintah dalam meningkatkan tarif dasar listrik TDL pada
pelanggan listrik yang berdaya 1300 VA ke atas dimana sektor industri meningkat sebesar 30 persen dan kelompok rumahtangga meningkat sebesar 18 persen akan
menyebabkan pergeseran kurva penawaran ke kiri atas, sehingga output akan turun. Dari hasil simulasi menunjukkan kenaikan TDL berdampak pada
penurunan output di seluruh sektor ekonomi baik jangka pendek maupun jangka panjang. Penurunan output terbesar terjadi pada sektor listrik 1300 VA ke atas, hal
ini terjadi karena sektor tersebut terkena dampak langsung kenaikan TDL sehingga permintaan listrik konsumen turun.
97
Sektor industri merupakan sektor yang paling rentan terkena dampak kenaikan TDL mengalami penurunan output dalam jangka pendek berkisar antara
0,10 persen industri kimia sampai dengan 0,66 persen industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan industri logam dasar besi, baja dan bukan besi. Dalam jangka
panjang sektor industri mengalami penurunan output dengan kisaran yang lebih tinggi dibanding jangka pendek, yaitu 0,34 persen industri semen sampai dengan
9,69 persen industri logam dasar besi, baja, dan bukan besi. Penurunan yang cukup besar di sektor industri logam dasar besi, baja dan bukan besi dalam jangka
panjang tersebut disebabkan karena pengaruh penurunan investasi secara agregat sebagai dampak dari kenaikan harga investasi padahal sektor ini termasuk sektor
yang padat modal. Sektor listrik yang berdaya 1300 VA ke atas yang terkena kenaikan TDL,
pada jangka pendek justru outputnya mengalami penurunan paling besar yaitu sebesar 2,13 persen. Penurunan tersebut disebabkan karena pangsa listrik terhadap
sektor listrik itu sendiri cukup besar yaitu sebesar 16,85 persen. Besarnya pangsa listrik yang digunakan sendiri oleh sektor listrik, selain karena digunakan untuk
proses produksi juga adanya listrik yang susuthilang dalam proses transmisi maupun distribusi pelanggan yang cukup besar. Kondisi ini menunjukan bahwa
kebijakan pemerintah meningkatkan TDL ternyata tidak positif terhadap kenaikan output sektor listrik tersebut.
Kenaikan TDL akan mengakibatkan kenaikan biaya produksi, yang pada akhirnya akan meningkatkan biaya output. Kenaikan biaya output pada jangka
pendek terjadi hampir disemua sektor ekonomi kecuali beberapa sektor seperti pertambangan dan penggalian, industri kimia, listrik berdaya 900 VA ke bawah
dan sektor keuangan dan jasa perusahaan yang mengalami penurunan harga output. Sektor industri mengalami kenaikan harga output berkisar antara 0,01
persen industri bambu, kayu dan rotan hingga 1,41 persen industri semen. Tingginya kenaikan harga output semen, karena kebutuhan listrik untuk
produksinya semen sangat tinggi yaitu mencapai 10,01 persen dari total biaya produksinya. Kenaikan TDL menyebabkan melonjaknya biaya produksi semen
karena hampir semua listrik yang digunakan berasal dari PLN. Selain itu tidak adanya impor listrik di Indonesia menyebabkan industri semen tidak bisa