Perekonomian Wilayah TINJAUAN PUSTAKA

Sesuai dengan UU Nomor 33 Tahun 2004, yang dimaksud dengan kebutuhan khusus adalah i kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan dengan menggunakan rumus alokasi umum, dalam pengertian kebutuhan yang tidak sama dengan kebutuhan daerah lain, misalnya: kebutuhan di kawasan transmigrasi, kebutuhan beberapa jenis investasiprasarana baru, pembangunan jalan di kawasan terpencil, saluran irigasi primer, dan saluran drainase primer; dan ii kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.

2.3.3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Lain-lain pendapatan terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan dana darurat. Pendapatan dari hibah merupakan bantuan yang tidak mengikat, sedangkan hibah kepada daerah yang bersumber dari luar negeri harus dilakukan melalui pemerintah. Hibah dituangkan dalam suatu naskah perjanjian antara pemerintah daerah dan pemberi hibah. Pemerintah mengalokasikan dana darurat yang berasal dari APBN untuk keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana nasional danatau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh daerah dengan menggunakan sumber PAD. Keadaan yang dapat digolongkan sebagai bencana nasional danatau peristiwa luar biasa ditetapkan oleh presiden.

2.4 Perekonomian Wilayah

Pengertian pembangunan adalah mengadakan atau membuat atau mengatur sesuatu yang belum ada. Pengembangan adalah memajukan atau memperbaiki atau meningkatkan sesuatu yang sudah ada. Keduanya dilakukan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan dan pengembangan dapat merupakan pembangunan fisik atau pengembangan fisik, dan dapat merupakan pembangunan sosial ekonomi atau pengembangan sosial ekonomi. Pembangunan dan pengembangan regional meliputi suatu wilayah dan mempunyai tekanan utama pada perekonomian dan tekanan yang kedua adalah pada keadaan fisik Rustiadi, E., S. Saefulhakim, D. R. Panuju, 2007. Menurut Todaro dan Smith 2006 bahwa pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Jadi pada hakekatnya, pembangunan itu harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada di dalamnya untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik secara material maupun spiritual. Anwar 1996 mengatakan bahwa penentuan peranan sektor-sektor pembangunan diharapkan mewujudkan keserasian antar sektor pembangunan sehingga dapat meminimalisasikan inkompabilitas antar sektor dalam pemanfaatan ruang; mewujudkan keterkaitan antar sektor baik ke depan maupun ke belakang; dan proses pembangunan yang berjalan secara bertahap ke arah yang lebih maju serta menghindari kebocoran dan kemubaziran sumberdaya. Menurut Anwar 2001 bahwa paradigma pembangunan wilayah diarahkan kepada terjadinya pemerataan equity yang mendukung pertumbuhan ekonomi eficiency, dan keberlanjutan sustainability dalam pembangunan ekonomi. Oleh karena itu berdasarkan paradigma pembangunan wilayah ini dapat mengacu kepada apa yang disebut dalil kedua fundamental ekonomi kesejahteraan The Second Fundamental of Welfare Economics, dimana dalil ini menyatakan bahwa sebenarnya pemerintah dapat memilih target pemerataan ekonomi melalui transfer, perpajakan dan subsidi, sedangkan ekonomi selebihnya dapat diserahkan kepada pembangunan spasial adalah untuk mencari keseimbangan kemajuan pembangunan yang lebih merata secara regional regional balance dengan memanfaatkan potensi dan jenis keunggulan yang terdapat pada masing-masing wilayah dan mengurangi sampai menghapuskan terjadinya urban bias. Secara umum, suatu wilayah adalah suatu area geografis, teritorial atau ruangtempat yaitu bisa suatu negara, negara bagian, daerah, teluk, blok atau desa, akan tetapi wilayah tidak selalu beraplikasi terhadap suatu ruang atau area yang khusus karena dapat juga dilihat sebagai satu kesatuan ekonomi, politik, sosial, administratif, klimatik atau geografis menurut keperluan atau tujuan suatu studi Shukla, 2000. Pada penetapan batas-batas wilayah, terdapat pengelompokan berdasarkan kriteria homogenitas, nodal dan administratif. Konsep homogenitas menetapkan wilayah berdasarkan beberapa persamaan baik fisik, sosial maupun ekonomi. Konsep nodal menetapkan wilayah berdasarkan perbedaan struktur tata ruang karena terdapat sifat ketergantungan secara fungsional, misalnya antara wilayah pusat inti yang berfungsi sebagai pusat konsentrasi tenaga kerja, lokasi industri dan jasa, seperti pasar bahan mentah dan biasanya merupakan kawasan perkotaan dengan wilayah belakang hinterland yang biasanya kawasan perdesaan dan berfungsi sebagai pemasok tenaga kerja, pemasok bahan mentah, serta pasar dari industri dan jasa. Menurut Anwar 2001 bahwa pertimbangan pembangunan wilayah membutuhkan pendekatan multidimensi terutama yang menyangkut : 1 peranan teknologi dalam produktivitas, 2 pembangunan sumberdaya manusia terutama menyangkut pendidikan dan kesehatan, 3 pembangunan fisik infrastruktur dengan memperhatikan aspek lingkungan hidup, dan 4 pembangunan administrasi dan finansial termasuk mendorong partisipasi luas kepada masyarakat dan memperhitungkan aspek politik-institusional. Dimensi pembangunan kota dan wilayah tidak hanya bersifat fisik, melainkan juga meliputi pembangunan ekonomi dan sosial. Kemiskinan merupakan kendala yang penting dalam pembangunan ekonomi dan keadaan ini merupakan gejala umum yang terdapat pada wilayah hampir dimana-mana, maka masalah ini termasuk persoalan pokok yang harus dipecahkan dalam pembangunan wilayah. Oleh karena itu, apabila kita tidak mampu mengatasinya, maka konsekuensi yang timbul adalah bahwa tingkat pendapatan nasional kebanyakan akan habis dikonsumsi dan karenanya hanya sedikit sisanya untuk dapat ditabung sehingga tidak ada finansial yang dapat membiayai investasi untuk pembangunan ekonomi Anwar, 2001. Menurut Todaro dan Smith 2006, pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan kualitas hidup masyarakatnya. Jadi pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses dimana saling keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembangunan ekonomi tersebut dapat diidentifikasi dan dianalisis dengan seksama sehingga diketahui runtutan peristiwa yang timbul yang akan mewujudkan peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya. Keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh tiga nilai pokok yaitu : i berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya basic needs, ii meningkatkan rasa harga diri self esteem masyarakat sebagai manusia, dan iii meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih freedom from servitude yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia.

2.5 Kesejahteraan Masyarakat