Struktur Output Struktur Nilai Tambah

2,00 triliyun rupiah didukung oleh produksi domestik 1,83 triliyun rupiah dan 169,1 milyar rupiah diimpor dari luar Kota Tangerang Selatan.

b. Struktur Output

Output merupakan nilai produksi barang ataupun jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi di Kota Tangerang Selatan. Dengan mengamati besarnya output yang diciptakan oleh masing-masing sektor, akan diketahui sektor-sektor mana yang mampu memberikan sumbangan yang besar dalam pembentukan output secara keseluruhan di Kota Tangerang Selatan. Tabel 40. Sepuluh Sektor Ekonomi Terbesar Menurut Peringkat Output Berdasarkan Klasifikasi 40 Sektor Ekonomi di Kota Tangerang Selatan Tahun 2009 No. Sektor Ekonomi Nilai juta rupiah Distribusi 1 RestoranRumah Makan 1,834,420.90 9.34 2 Industri Kertas dan Barang2 dari Kertas, Percetakan Penerbitan 1,763,678.05 8.98 3 Perdagangan Besar 1,760,422.96 8.96 4 Industri barang dari logam, mesin perlengkapannya 1,747,705.28 8.89 5 Bangunan 1,695,097.30 8.63 6 Listrik Gas 1,639,208.42 8.34 7 Angkutan Darat 1,502,141.52 7.64 8 Jasa Persewaan Bangunan 1,219,191.27 6.20 9 Industri Makanan, Minuman Tembakau 1,009,395.96 5.14 10 Industri Kayu, Bambu, Rotan Furnitur 762,029.20 3.88 Rest Sectors 4,717,354.19 24.01 Jumlah 19,650,645.05 100.00 Sumber: Data diolah 2011 Sektor restoran dan rumah makan merupakan sektor terbesar dalam menciptakan output, yaitu sebesar 1,83 triliyun rupiah dan memberikan proporsi sebesar 9,34 persen dari seluruh output yang tercipta di Kota Tangerang Selatan. Dalam tabel I-O klasifikasi 40 sektor ekonomi Kota Tangerang Selatan tahun 2009, terdapat 6 sektor ekonomi yang menciptakan output terbesar yaitu restoran dan rumah makan, industri kertas dan sejenisnya, perdagangan besar, industri barang logam dan sejenisnya, bangunan dan sektor listrik dan gas dengan kontribusi hampir seragam pada kisaran 8 persen hingga 9 persen. Keenam sektor tersebut memberikan kontribusi mencapai 53,13 persen dari seluruh output yang diciptakan di Kota Tangerang Selatan dan merupakan leading sector yang harus mendapat perhatian lebih dalam pengembangan ekonomi daerah Kota Tangerang Selatan.

c. Struktur Nilai Tambah

Nilai tambah bruto adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Besarnya nilai tambah setiap sektor ditentukan oleh besarnya output yang dihasilkan serta jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Karenanya, suatu sekor yang memiliki output besar belum tentu memiliki nilai tambah yang besar, tergantung dari biaya produksi yang dikeluarkan. Nilai tambah dalam tabel I-O dirinci menurut upah dan gaji, surplus usaha sewa, bunga dan keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung netto. Sektor restoran dan rumah makan merupakan sektor terbesar dalam menciptakan nilai tambah di Kota Tangerang Selatan. Jumlah nilai tambah yang diciptakan oleh sektor ini adalah sebesar 1,33 triliyun rupiah dan memberikan kontribusi sebesar 11,52 persen. Sektor perdagangan besar menempati posisi kedua dalam menciptakan nilai tambah dengan nilai tambah sebesar 1,25 triliyun rupiah atau sebesar 10,84 persen. Disusul oleh sektor bangunan yang memberikan kontribusi sebesar 1,18 triliyun rupiah atau 10,30 persen. Sepuluh sektor ekonomi terbesar menurut peringkat nilai tambah di Kota Tangerang Selatan tahun 2009 didominasi oleh sektor tersier yang merupakan sektor padat modal. Dari sepuluh sektor besar yang masuk dalam peringkat nilai tambah terdapat 9 sektor diantaranya juga termasuk dalam kelompok sepuluh besar menurut peringkat output. Hanya sektor industri barang logam, mesin dan perlengkapannya saja yang tidak termasuk dalam sepuluh besar menurut nilai tambah, dan digantikan oleh sektor jasa pemerintahan. Tabel 41. Sepuluh Sektor Ekonomi Terbesar Menurut Peringkat Nilai Tambah Berdasarkan Klasifikasi 40 Sektor Ekonomi di Kota Tangerang Selatan Tahun 2009 No. Sektor Ekonomi Nilai juta rupiah Distribusi 1 RestoranRumah Makan 1,326,412.15 11.52 2 Perdagangan Besar 1,247,545.45 10.84 3 Bangunan 1,185,283.23 10.30 4 Angkutan Darat 1,094,602.32 9.51 5 Jasa Persewaan Bangunan 1,065,171.65 9.25 6 Listrik Gas 867,472.77 7.54 7 Industri Kertas dan Barang2 dari Kertas, Percetakan Penerbitan 734,819.90 6.38 8 Industri Makanan, Minuman Tembakau 572,950.81 4.98 9 Jasa Pemerintahan 543,807.32 4.72 10 Industri Kayu, Bambu, Rotan Furnitur 454,271.39 3.95 Rest Sectors 2,419,814.46 21.02 Jumlah 11,512,151.45 100.00 Sumber: Data diolah 2011 Bila diamati lebih seksama terdapat 3 sektor ekonomi yang selalu masuk dalam lima besar menurut peringkat output dan nilai tambah bruto, yaitu sektor restoran dan rumah makan, sektor perdagangan besar, dan sektor bangunan. Hal ini mengindikasikan bahwa ketiga sektor tersebut merupakan sektor utama key sectors di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2009. Namun, ketiga sektor ini merupakan nontradeable sectors dan dapat memicu ketimpangan pendapatan masyarakat sehingga pengelolaannya perlu mendapatkan perhatian khusus. Tabel 42. Komposisi Nilai Tambah Bruto Menurut Komponennya di Kota Tangerang Selatan Tahun 2009 No. Sektor Ekonomi Nilai juta rupiah Distribusi 1 Upah dan gaji 4,123,748.13 35.82 2 Surplus usaha 6,102,735.46 53.01 3 Penyusutan 880,403.25 7.65 4 Pajak tak langsung 405,264.62 3.52 Nilai Tambah Bruto 11,512,151.46 100.00 Sumber: Data diolah 2011 Nilai tambah bruto menurut komponen upah dan gaji yang diciptakan oleh kegiatan ekonomi di Kota Tangerang Selatan mencapai 4,12 triliyun rupiah atau sebesar 35,82 persen dari keseluruhan nilai tambah. Komponen surplus usaha mencapai 6,10 triliyun rupiah atau sebesar 53, 01 persen. Komponen penyusutan mencapai 880,4 milyar rupiah atau sebesar 7,65 persen. Sedangakan pajak tak langsung hanya mencapai 405,26 milyar rupiah atau sebesar 3,52 persen. Komposisi nilai tambah bruto di tahun 2009 tersebut menunjukkan porsi yang diterima upah dan gaji relatif lebih rendah 35,82 persen bila dibandingkan dengan surplus usaha 53,01 persen. Hal ini mengindikasikan gejala awal ketimpangan pendapatan langsung yang diterima oleh masyarakat sebagai pekerja dengan pengusaha sebagai pemilik modal. Karena upah dan gaji merupakan suatu komponen nilai tambah yang bisa langsung diterima oleh pekerja. Sedangkan surplus usaha sebagian ada yang disimpan di perusahaan dalam bentuk laba yang ditahan yang nantinya diterima oleh pengusaha dan belum tentu dapat dinikmati oleh masyarakat.

d. Struktur Permintaan Akhir