Tabel 1. Matriks Analisis Penelitian
No. Tujuan
Metode Analisis
Jenis Data
Variabel Sumber
Data Keluaran
1. Mengetahui kelayakan
pemekaran • Analisis
deskriptif PP No. 78
Tahun 2007 Kondisi
Wilayah Kependudukan,
Kemampuan Ekonomi, Potensi
Daerah, Kemampuan
Keuangan, Sosial Budaya, Sosial
Politik, Luas Daerah,
Pertahanan, Keamanan,
Tingkat Kesejahteraan
Masyarakat, dan Rentang Kendali
BPS Bappeda
Kelayakan pemekaran
2. Mengetahui potensi ekonomi unggulan
• Analisis deskriptif
UU No. 28 Tahun 2009
• IDE PDRB PAD
Potensi pajak
hotel restoran
Tarif, jumlah kamar, tingkat
hunian. Jumlah tamu,
rata-rata pengeluaran
Pertumbuhan PDRB PAD
Dispenda Responden
Potensi keuangan
unggulan
3. Mengidentifikasi sektor unggulan
• Analisis I-O Tabel I-O
PDRB BPS
Sektor unggulan
4. Menyusun strategis pembangunan
wilayah • Analisis
SWOT Hasil
analisis sebelumnya
Sektor unggulan Hasil
analisis I-O Strategi
3.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang permasalahan, kerangka teori serta kerangka pemikiran yang dikemukan di atas, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
1. Kota Tangerang Selatan diduga layak untuk dijadikan daerah otonom sebagai
pemekaran dari Kabupaten Tangerang berdasarkan kriteria PP No. 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan
Daerah. 2.
Potensi keuangan unggulan Kota Tangerang Selatan diduga sektor restoran. 3.
Potensi pajak hotel dan restoran belum dimanfaatkan dengan optimal.
3.5. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode nonprobability sampling dengan teknik judgement purpossive sampling
dengan pertimbangan responden yang dipilih merupakan pihak yang berperan penting dalam pembangunan daerah baik sebelum dan sesudah pemekaran.
Menurut Juanda 2008 teknik judgement purpossive sampling adalah prosedur yang digunakan dalam memilih contoh berdasarkan pertimbangan tentang
beberapa karakteristik yang cocok berkaitan dengan anggota contoh yang diperlukan untuk menjawab tujuan penelitian.
3.6. Metode Analisis
Analisis data dilakukan dalam dua kategori, yaitu analisis deskriptif, baik secara kualitatif maupun kuantitatif pada wilayah penelitian. Kategori kedua
dilakukan analisis statistika dan matematis, dengan menggunakan data kuantitatif yang tersedia. Data dan analisis kualitatif digunakan untuk mendukung hasil
analisis statistika dan matematis. Metode analisis yang digunakan meliputi analisis kelayakan pemekaran PP No. 78 Tahun 2007, analisis pajak dan
retribusi UU Nomor 28 Tahun 2009, analisis I-O Input-Output dan analisis deskriptif.
3.6.1. Analisis Kelayakan Pemekaran PP No. 78 Tahun 2007
Analisis ini digunakan untuk menjawab permasalahan pertama yaitu mengetahui kelayakan pemekaran Kota Tangerang Selatan dari Kabupaten
Tangerang, meliputi syarat administrasi, syarat teknis, dan syarat fisik wilayah. Penilaian teknis seperti tertuang dalam PP No. 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Daerah. Syarat teknis meliputi faktor dan indikator yang menjadi dasar pembentukan daerah otonom baru yang
mencakup faktor kependudukan, kemampuan ekonomi, potensi daerah, kemampuan keuangan, sosial budaya, sosial politik, luas daerah, pertahanan,
keamanan, tingkat kesejahteraan masyarakat dan rentang kendali penyelenggaraan pemerintah.
Tabel 2. Pembobotan PP No. 78 Tahun 2007
NO. 1
1
Kependudukan 20
1 Jumlah Penduduk
20
2 Kemampuan Ekonomi
15
2 PDRB per kapita
5 3
Pertumbuhan Ekonomi 5
4 Kontribusi PDRB
5
3 Potensi Daerah
15
5 Rasio Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank per 10.000 penduduk
2 6
Rasio kelompok pertokoan per 10.000 penduduk 1
7 Rasio pasar per 10.000 penduduk
1 8
Rasio sekolah SD per penduduk usia SD 1
9 Rasio sekolah SLTP per penduduk usia SLTP
1 10 Rasio sekolah SLTA per penduduk usia SLTA
1 11 Rasio fasilitas kesehatan per 10.000 penduduk
1 12 Rasio tenaga medis per 10.000 penduduk
1 13
Persentase rumah tangga yang mempunyai kendaraan bermotor atau perahu motor atau perahu kapal motor
1 14 Persentase pelanggan listrik terhadap jumlah rumah tangga
1 15 Rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan bermotor
1 16
Persentase pekerja yang berpendidikan minimal SLTA terhadap penduduk usia 18 tahun ke atas
1 17 Persentase penduduk yang bekerja
1 18 Rasio Pegawai Negeri Sipil terhadap penduduk
1
4 Kemampuan Keuangan
15
19 Jumlah Pendapatan Daerah Sendiri PDS 10
20 Rasio PDS terhadap PDRB 5
5 Sosial Budaya
5
21 Rasio sarana peribadatan per 10.000 penduduk 2
22 Rasio fasilitas lapangan olahraga per 10.000 penduduk 2
23 Jumlah balai pertemuan 1
6 Sosial Politik
5
24 Rasio penduduk yang ikut Pemilu lagislatif penduduk yang mempunyai hak
pilih 3
25 Jumlah organisasi kemasyarakatan 2
7 Luas Daerah
5
26 Luas wilayah keseluruhan 2
27 Luas wilayah efektif yang dimanfaatkan 3
8 Pertahanan
5
28 Rasio jumlah personil aparat pertahanan terhadap luas wilayah 3
29 Karakteristik wilayah, dilihat dari sudut pandang pertahanan 2
9 Keamanan
5
30 Angka kriminalitas per 10.000 penduduk 2
31 Rasio jumlah personil aparat keamanan terhadap jumlah penduduk 3
10 Tingkat Kesejahteraan Masyarakat 5
32 Indeks Pembangunan Manusia 5
11 Rentang Kendali 5
33 Rata-rata jarak kecamatan ke pusat pemerintahan 2
34 Rata-rata waktu perjalanan dari kecamatan ke pusat pemerintahan 3
FAKTOR DAN INDIKATOR BOBOT
2 3
TOTAL 100
Penilaian indikator dilakukan dengan membandingkan nilai calon daerah otonom baru dan daerah induk dengan rata-rata seluruh daerah sekitar. Semakin
tinggi nilai calon daerah otonom baru dan daerah induk apabila dimekarkan dibandingkan rata-ratanya, semakin besar skornya. Nilai skor antara 1 sampai 5,
dimana: Skor 5 : jika nilainya = 0,8 rata-rata sekitar
Skor 4 : jika nilainya = 0,6 rata-rata sekitar Skor 3 : jika nilainya = 0,4 rata-rata sekitar
Skor 2 : jika nilainya = 0,2 rata-rata sekitar Skor 1 : jika nilainya 0,2 rata-rata sekitar
Nilai indikator adalah hasil perkalian skor dan bobot masing-masing indikator. Kelulusan ditentukan oleh total nilai seluruh indikator dengan kategori
sebagai berikut: a.
Sangat mampu : total nilai seluruh indikator antara 420 sampai 500
b. Mampu
: total nilai seluruh indikator antara 340 sampai 419 c.
Kurang mampu : total nilai seluruh indikator antara 260 sampai 339
d. Tidak mampu
: total nilai seluruh indikator antara 180 sampai 259 e.
Sangat tidak mampu : total nilai seluruh indikator antara 100 sampai 179 Kriteria pengambilan keputusan:
a. Usulan daerah otonom baru ditolak apabila calon daerah atau daerah induknya
berkategori kurang mampu, tidak mampu, atau sangat tidak mampu; atau b.
Ditolak jika • Jumlah nilai faktor Kependudukan 80, atau
• Jumlah nilai faktor Kemampuan Ekonomi 60, atau • Jumlah nilai faktor Potensi Daerah 60, atau
• Jumlah nilai faktor Kemampuan Keuangan 60
3.6.2. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui dampak pemekaran terhadap pembangunan ekonomi dan kapasitas fiskal daerah. Pertumbuhan
pembangunan ekonomi didekati dengan data Produk Domestik Regional Bruto PDRB, sedangkan pertumbuhan kemampuan keuangan daerah didekati dengan
data Pendapatan Daerah dari data Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD setelah pemekaran. Melalui analisis ini dapat dilihat laju pertumbuhan
PDRB dan Pendapatan Daerah. Rumus Laju Pertumbuhan PDRB:
100
1 1
× −
=
− −
t t
t t
PDRB PDRB
PDRB LPPDRB
Dimana: LPPDRB
t
PDRB = Laju pertumbuhan PDRB pada tahun ke-t
t
PDRB = Angka PDRB pada tahun ke-t
t-1
= Angka PDRB pada tahun ke-t-1
Rumus Laju Pertumbuhan Pendapatan Daerah PD: 100
1 1
× −
=
− −
t t
t t
PD PD
PD LPPD
Dimana: LPPD
t
PD = Laju pertumbuhan Pendapatan Daerah pada tahun ke-t
t
PD = Angka Pendapatan Daerah pada tahun ke-t
t-1
3.6.3. Analisis Indeks Diversitas Entropi IDE
= Angka Pendapatan Daerah pada tahun ke-t-1
Analisis IDE digunakan untuk melihat keragaman aktifitas ekonomi atau luas jangkauan spasial suatu wilayah. Prinsip dalam analisis IDE adalah semakin
tinggi nilai IDE suatu wilayah berarti semakin beragam aktifitas ekonomi atau semakin luas jangkauan spasial wilayah tersebut. Data yang digunakan adalah
data PDRB dan Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang sebelum dan setelah pemekaran, serta Kota Tangerang Selatan setelah pemekaran.
a. Analisis Indeks Diversitas Entropi IDE PDRB
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan jenis lapangan usahasektor PDRB sesudah pemekaran dengan membandingkan pada kondisi
sebelum pemekaran. Sektor-sektor yang diamati meliputi: 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan; 2 Pertambangan dan Penggalian; 3
Industri Pengolahan; 4 Listrik, Gas dan Air Bersih; 5 Bangunan; 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran; 7 Pengangkutan dan Komunikasi; 8
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; 9 Jasa-jasa. Shannon dan Weaver 1949 memformulasikan nilai entropi Pi sebagai berikut:
Pi Pi
IDEPDRB
n i
ln
1
∑
=
− =
∑
= Xi
Xi Pi
Dimana: Pi
= Proporsi PDRB sektor ke-i n
= Jumlah sektor Xi
= Persentase masing-masing lapangan usaha terhadap total PDRB Untuk melihat tingkat perkembangan terdapat ketentuan jika Indeks
Diversitas Entropi IDE PDRB semakin tinggi, maka tingkat perkembangan semakin tinggi atau semakin merata.
b. Analisis Indeks Diversitas Entropi IDE Pendapatan Daerah PD