5.3.5.1. Analisis Lingkungan Internal a. Kekuatan
Strengths
1. Letak yang strategis, relatif dekat dengan DKI Jakarta, Kota Depok, Kota
Tangerang, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Tangerang. 2.
Otonomi daerah memungkinkan Kota Tangerang Selatan untuk melakukan ekstensifikasi dan diversifikasi pajak dan retribusi daerah
3. Pajak hotel dan restoran masih dapat dioptimalkan
4. Jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan cukup besar dengan mayoritas
penduduk usia produktif 5.
Memiliki wilayah yang relatif berkembang pesat khususnya sektor bangunan properti, angkutan darat, perdagangan dan jasa
6. Banyak terdapat investor seperti developer, hotel dan prasarana hiburan
7. Aksesibilitas dari dan ke Kota Tangerang Selatan yang baik didukung oleh
sarana transportasi darat dan jalan tol 8.
Penggunaan lahan untuk sawah, ladang dan kebun yang masih cukup luas
b. Kelemahan Weaknesses
1. Sumberdaya manusia yang terbatas
2. Belum tergalinya potensi pajak secara optimal
3. Belum adanya manajemen pengawasan terhadap wajib pajak
4. Rendahnya kesadaran wajib pajak
5. Lemahnya keterkaitan antara sektor primer dengan sektor industri
pengolahan 6.
Kurangnya kesadaran dan perhatian pemerintah daerah mengenai potensi dan pengembangan sektor pertanian
7. Kurangnya pengendalian dan pengawasan pemanfaatan ruang
5.3.5.2. Analisis Lingkungan Eksternal a. Peluang
Opportunities
1. Sebagai penyangga DKI Jakarta, Kota Tangerang Selatan memiliki jumlah
penduduk yang banyak 2.
Otonomi daerah mendorong Kota Tangerang Selatan untuk lebih mandiri
3. Sebagai salah satu wilayah penyangga DKI Jakarta
4. Infrastruktur yang memadai dan memiliki jalan tol
5. Tingginya minat investor untuk berinvestasi di Kota Tangerang Selatan
6. Masih tersedia lahan untuk pengembangan sektor pertanian, bangunan,
perdagangan dan jasa, khususnya Kecamatan Setu 7.
Tingginya perkembangan sektor industri 8.
Meningkatnya pertumbuhan sektor industri 9.
Kemudahan kerjasama dengan perbankan untuk pembayaran on line 10.
Sektor pertanian memiliki potensi yang besar namun belum dimanfaatkan secara optimal
11. Adanya permintaan sektor pertanian untuk ekspor keluar wilayah
b. Ancaman Threats
1. Perijinan investasi belum satu atap
2. Peraturan yang belum kondusif bagi investor seperti lamanya pengurusan
perijinan, paket insentif 3.
Diberlakukannya pasar bebas 4.
Pengaruh urban sprawl terhadap alih fungsi lahan produktif 5.
Kurang berkembangnya jaringan distribusi dan pemasaran hasil pertanian 6.
Infrastruktur yang kurang mendukung pembangunan pertanian 7.
Tidak ada kelembagaan yang fokus mengoptimalkan sektor pertanian 8.
Belum tersusunnya rencana tata ruang kota
5.3.5.3 Analisis SWOT Pembangunan Kota Tangerang Selatan
Setelah faktor internal dan eksternal pengembangan wilayah Kota Tangerang Selatan teridentifikasi, selanjutnya dilakukan analisis SWOT yang
menghasilkan empat arah kebijakan, yaitu arah kebijakan S-O Strength - Opportunities, arah kebijakan S-T Strength - Threats, arah kebijakan W-O
Weaknesses - Opportunities, dan arah kebijakan W-T Weaknesses - Threats.
Tabel 55. Strength Kekuatan dengan Opportunities Peluang dan Threats Tantangan
Strength - Opportunities Strength - Threats
1. Memaksimalkan potensi pajak
hotel dan restoran 2.
Intensifikasi dan diversifikasi pajak dan retribusi daerah
3. Sistem pembayaran on line
melalui bank 4.
Meningkatkan kemampuan aparatur pemerintah
5. Meningkatkan kerjasama antar
daerah di bidang pariwisata prasarana dan saran perkotaan
6. Memanfaatkan peluang pasar
bagi sektor industri 7.
Mengembangkan sentra-sentra perdagangan dan outlet industri
khususnya untuk home industry 8.
Mengembangkan kota sebagai pusat jasa dan perdagangan
9. Mengoptimalkan penggunaan
lahan produktif untuk sektor pertanian
1. Diversifikasi pajak dan
retribusi 2.
Menetapkan target pajak dan retribusi yang kompetitif
3. Promosi pajak dan retribusi
yang menarik 4.
Berusaha menjalin hubungan yang baik dengan wajib pajak
5. Menetapkan sistem insentif
standar 6.
Penyusunan dan koordinasi peraturan daerah dalam rangka
paket insentif dan disinsentif investasi
7. Peningkatan kepastian hukum
terhadap produk rencana Peraturan Daerah
8. Mengembangkan jaringan
distribusi dan pemasaran hasil sektor pertanian
9. Meningkatkan pengendalian
dan pengawasan pemanfaatan ruang
Sumber: Data diolah, 2011
Tabel 56. Weaknesses Kelemahan dengan Opportunities Peluang dan Threats Tantangan
Weaknesses - Opportunities Weaknesses - Threats
1. Meningkatkan pelayanan ke
wajib pajak dan retribusi 2.
Pengawasan proses administrasi pajak dan retribusi
3. Rekrutmen aparatur pemerintah
yang berkualitas 4.
Mengadakan pelatihan sumberdaya manusia dalam
meningkatkan kinerja 5.
Mengadakan evaluasi terhadap program pelatihan yang telah
dilakukan 6.
Pemanfaatkan input dari sektor pertanian sektor primer oleh
sektor sekunder dan tersier sektor industri pengolahan,
hotel dan restoran, perdagangan, dan lain-lain
7. Meningkatkan kesadaran
pemerintah daerah akan pentingnya sektor pertanian
8. Mendorong tumbuhnya
wiraswasta baru, industri baru, perdagangan dan jasa
1. Memberikan fasilitas yang
dapat meningkatkan kinerja pegawai
2. Meningkatkan kesadaran wajib
pajak 3.
Lebih memperhatikan kualitas dan mutu pelayanan terhadap
wajib pajak dan retribusi 4.
Perijinan dan pelayanan pajak retribusi dalam satu atap
5. Mengembangkan kapasitas
pemerintah daerah yang mengerti kondisi dan potensi
lokal
6. Menyusun rencana tata ruang
kota 7.
Mengembangkan kelembagaan yang fokus mengoptimalkan
sektor pertanian
Sumber: Data diolah 2011
5.3.6. Strategi Kebijakan Pembangunan Kota Tangerang Selatan
Strategi pengembangan Kota Tangerang Selatan mencakup strategi meningkatkan kinerja penerimaan pajak daerah, strategi pengembangan sektor
perdagangan, hotel, dan restoran dan strategi pembangunan perkonomian. 5.3.6.1. Strategi Meningkatkan Kinerja Penerimaan Pajak Daerah
Arahan strategi meningkatkan kinerja penerimaan pajak daerah adalah: 1.
Meningkatkan kualitas pelayanan investasi, 2.
Meningkatkan promosi investasi 3.
Meningkatkan investasi dan kemitraan 4.
Meningkatkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah
5. Meningkatkan dan mengembangkan potensi usaha daerah
6. Meningkatkan penggunaan ilmu pengetahuan dalam pengembangan ekonomi
perkotaan industri 7.
Mempersiapkan produk hukum, sistem pelayanan satu atap, dan paket-paket kemudahan investasi serta perijinan
8. Menerapkan teknologi tepat guna dan memanfaatkan potensi kota untuk
mewujudkan kemandirian industri kecil dan menengah serta menumbuhkan wirausaha baru untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
9. Mengawasi dan mengendalikan kelancaran arus barang dan jasa serta
mewujudkan pelaku usaha yang tertib dan jujur dalam rangka perlindungan konsumen
10. Meningkatkan akses pasar dan informasi usaha
11. Meningkatkan kerjasama bidang perindustrian, perdagangan, energi dan
sumber daya mineral antar pemerintah daerah, provinsi dan pusat serta lembaga dan organisasi terkait
12. Mengembangkan potensi kegiatan pariwisata, dan penyediaan taman rekreasi
masyarakat 13.
Meningkatkan kompetensi sumberdaya aparatur daerah
5.3.6.2. Strategi Pengembangan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Sektor strategis secara umum adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Dalam sektor ini terdapat sektor restoran dan rumah makan yang
memberikan peranan terbesar dalam pembentukan PDRB dan memiliki struktur output dan nilai tambah terbesar. Sektor ini juga merupakan sektor penunjang dari
sektor pengolahan dan menyerap kebutuhan tenaga kerja paling besar. Arahan strategi pengembangan sektor perdagangan, hotel, dan restoran adalah:
1. Mempromosikan daya tarik Kota Tangerang Selatan sehingga mengundang
wisatawan untuk berkunjung. 2.
Memperbanyak variasi kuliner untuk mengundang pengunjung. 3.
Mengembangkan wisata alam disamping wisata kuliner, belanja dan hiburan untuk menarik wisatawan mancanegara.
4. Menjalin keterkaitan dengan sektor penyedia bahan baku, terutama sektor
pertanian. 5.
Pemerintah daerah menetapkan target pajak yang sesuai pada hotel dan restoran sehingga potensi pajak hotel dan restoran dapat tergali optimal.
6. Diversifikasi pendapatan hotel seperti kolam renang, permainan, serta drug
store 7.
Meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat, dengan lebih menggalakkan sektor unggulan Kota Tangerang Selatan
8. Perlu meningkatkan kesadaran pemilik hotel dan restoran dalam membayar
pajak
5.3.6.3. Strategi Pembangunan Sektor Pertanian
Sektor pertanian meskipun bukan merupakan sektor unggulan namun sektor ini merupakan sektor yang mempunyai potensi untuk dioptimalkan, hal ini
didukung dengan luasnya penggunaan lahan untuk sektor pertanian di Kota Tangerang Selatan. Arahan strategi pengembangan sektor pertanian adalah:
1. Mengoptimalkan penggunaan lahan produktif untuk sektor pertanian
2. Membangun infrastruktur yang menunjang pembangunan pertanian, seperti:
• Pembangunan jalan menuju sentra-sentra produksi pertanian hingga ke daerah pemasaran produk pertanian
• Adanya pasar tempat menjual produk pertanian • Kemudahan transportasi untuk membawa hasil-hasil pertanian ke pasar
• Adanya saluran irigasi, mengingat Kota Tangerang Selatan tidak
memiliki sawah irigasi sawah teknis 3.
Menciptakan fasilitas dan kemudahan-kemudahan bagi kegiatan pertanian mulai dari sebelum produksi, pascapanen hingga pemasaran hasil-hasil
pertanian 4.
Meningkatkan kesadaran dan perhatian pemerintah daerah Kota Tangerang Selatan akan potensi dan pengembangan sektor pertanian di wilayahnya
5. Menyusun rencana tata ruang wilayah untuk melindungi daerah pertanian yang
ada di Kota Tangerang Selatan
6. Mengawasi dan mengendalikan pemanfaatan ruang di Kota Tangerang Selatan
agar tidak terjadi alih fungi lahan produktif 7.
Mengembangkan kelembagaan yang fokus untuk mengoptimalkan sektor pertanian
8. Mengadakan pelatihan atau penyuluhan untuk meningkatkan kemampuan
sumber daya manusia yang ada di sektor pertanian
5.3.6.4. Strategi Pembangunan Perekonomian
Berdasarkan analisis yang telah dikemukan pada bagian sebelumnya, maka sebaiknya kebijakan pembangunan perekonomian Kota Tangerang Selatan
diarahkan ke dalam orientasi sektoral yang memiliki dampak yang luas terhadap perekonomian Kota Tangerang Selatan secara keseluruhan, yaitu:
1. Sebagai Pusat Industri Peranan sektor industri mendominasi dalam perekonomian Kota
Tangerang Selatan, terlihat dari besarnya indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan yang dimiliki sektor industri pengolahan. Terutama industri
barang dari logam, mesin dan perlengkapannya; dan industri kertas dan barang- barang dari kertas. Kedua sektor tersebut memiliki keterkaitan ke belakang dan ke
depan yang tinggi. Industri barang dari logam, mesin dan perlengkapannya sangat penting dalam mendongkrak output perekonomian dan meningkatkan pendapatan
masyarakat. Selain itu terdapat pula sektor-sektor industri yang penting peranannya seperti industri makanan, minuman dan tembakau yang masuk dalam
sepuluh besar peringkat berdasar output dan nilai tambah; dan sektor industri tekstil pakaian jadi, kulit dan alas kaki yang memiliki keterkaitan ke depan yang
tinggi atau pangsa pasar yang jelas. Dalam struktur PDRB Kota Tangerang Selatan, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar kedua setelah
sektor perdagangan, hotel, dan restoran. 2. Sebagai Pusat Perdagangan
Perekonomian Kota Tangerang Selatan sangat dipengaruhi oleh aktivitas perdagangan. Hal ini terlihat dari kontribusi output sektor perdagangan yang
menempati posisi ketiga dalam peringkat output. Sektor perdagangan pun
memiliki indeks derajat kepekaan yang tinggi. Hal ini didukung oleh kondisi geografis Kota Tangerang Selatan yang berbatasan dengan DKI Jakarta, Provinsi
Jawa Barat dan dekat dengan Provinsi Lampung. Kemajuan sektor ini juga ditopang oleh sektor restoran dan rumah makan yang memiliki output dan nilai
tambah terbesar dalam struktur input output. Sehingga arah pembangunan juga harus memperhatikan sektor perdagangan, seperti sarana dan prasarana
transportasi yang mempermudah akses ke daerah sentra industri, pasar dan sumber daya.
3. Sebagai Pusat Pertanian Dari analisis sebelumnya diketahui bahwa sektor–sektor pertanian
merupakan sektor dengan peranan yang kurang dominan dari sisi besarnya output dan memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang yang sama-sama rendah.
Namun bukan berarti sektor pertanian tidak penting, mengingat beberapa alasan. Pertama, sektor pertanian merupakan penopang utama sektor industri pengolahan
terutama industri makanan, minuman dan tembakau. Kedua, sektor pertanian memiliki potensi dalam peningkatan pendapatan masyarakat, terutama petani. Jika
input-input di sektor pertanian diolah oleh sektor industri pengolahan, hotel dan restoran dan sebagainya, maka selain dapat mengangkat kesejahteraan masyarakat
yang kurang mampu juga dapat mengurangi kebocoran wilayah. Ketiga, hasil pertanian Kota Tangerang Selatan tidak hanya dikonsumsi tetapi juga diekspor ke
luar wilayah Kota Tangerang Selatan. Sehingga perhatian pembangunan hendaknya diarahkan kepada peningkatan ekonomi pertanian dengan melakukan
investasi di sektor ini, terlebih sektor pertanian sektor padi dan palawija memiliki angka pengganda pendapatan dan indeks komposit tertinggi. Hal yang
lebih penting lagi adalah menciptakan fasilitas dan kemudahan-kemudahan bagi kegiatan pertanian termasuk pascapanen dan pemasaran hasil-hasil pertanian agar
keterkaitan ke depan sektor pertanian meningkat. Arahan pembangunan sektor pertanian didukung juga oleh luasnya lahan pertanian, sehingga alih fungsi lahan
pertanian produktif menjadi bangunan harus segera dikendalikan dengan membuat rencana tata ruang wilayah dan pengawasan serta pengendalian pemanfaatan
ruang.
Arahan strategi pembangunan perekonomian adalah: 1.
Prioritas pembangunan dan investasi diarahkan kepada sektor-sektor unggulan seperti sektor perdagangan besar, sektor restoran dan rumah makan,
sektor industri pengolahan termasuk di dalamnya sektor industri barang dari logam, mesin dan perlengkapannya; industri kertas dan barang-barang dari
kertas; industri tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki; dan industri makanan, minuman dan tembakau; serta sektor bangunan. Dengan
memprioritaskan sektor-sektor unggulan ini akan tercipta peningkatan output, nilai tambah dan lapangan kerja serta dampak stimulasi tehadap sektor lain.
2. Selain memprioritaskan sektor-sektor unggulan, pembangunan juga sebaiknya
diarahkan pada sektor pertanian. Dengan meningkatkan keterkaitan antara sektor pertanian dengan industri pengolahan, selain akan mencegah
kebocoran wilayah juga akan dapat mencegah terjadinya ketimpangan pendapatan dan dapat meningkatkan kesejahteraan.
5.4. Pembahasan
Kota Tangerang Selatan memenuhi persyaratan untuk menjadi daerah otonom baru, karena memenuhi syarat teknis, syarat fisik wilayah dan syarat
administrasi. Sehingga dapat dikatakan pemekaran Kota Tangerang Selatan layak untuk dilakukan. Kemampuan keuangan dan sektor-sektor yang ada di Kota
Tangerang Selatan pun lebih berkembang dari daerah induknya, Kabupaten Tangerang. Bila PAD Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang dilihat
secara agregat, PAD setelah satu tahun pemekaran lebih besar dibandingkan dengan PAD sebelum pemekaran. Hal ini berarti pemekaran layak dilakukan
karena pemekaran menyebabkan kenaikan PAD. Namun tahun kedua pemekaran, PAD agregat kedua wilayah ini mengalami penurunan, meskipun jumlahnya
masih lebih besar jika dibandingkan saat sebelum pemekaran. Saat penelitian ini dilakukan, Kota Tangerang Selatan memasuki usia ketiga setelah pemekaran
sehingga belum dapat dilihat peningkatan PAD secara total. Dari data yang ada ini dapat dilihat adanya shock akibat pemekaran pada tahun pertama dan kedua, ini
terjadi karena saat pemekaran dilakukan baik daerah otonom baru maupun induk
belum sempat untuk mengembangkan potensi yang ada di wilayahnya. Berdasarkan penelitian ini, Kota Tangerang Selatan terutama belum dapat
memanfaatkan potensi pajak hotel dan restoran yang ada diwilayahnya. Padahal pemanfaatan potensi pajak hotel dan restoran secara optimal dapat meningkatkan
PAD dan memperbesar kemampuan daerah untuk mandiri serta meningkat kemampuan melayani masyarakat.
Melihat proses awal terbentuknya Kota Tangerang Selatan, dimana pengembangan daerah otonom baru ini terutama diupayakan melalui investasi
modal untuk kegiatan-kegiatan produksi yang berorientasi keluar strategi supply side. Diantaranya adalah dengan masuknya tiga pengembang besar seperti Bumi
Serpong Damai, Bintaro dan Alam Sutera untuk berinvestasi dan mengembangkan Kota Tangerang Selatan menjadi daerah permukiman yang komplit atau dikenal
sebagai kota satelit. Hal ini menarik kegiatan lain untuk datang dan berinvestasi di Kota Tangerang Selatan, ditandai dengan munculnya kawasan industri, berdirinya
sekolah-sekolah bertaraf internasional, berdirinya rumah sakit swasta yang berkualitas, hingga pusat-pusat perbelanjaan dan hiburan yang menjamur. Bahkan
sebagian besar investor dalam bidang industri, perdagangan dan jasa yang ada di Kota Tangerang Selatan berasal dari Penanaman Modal Asing PMA sebanyak
81 perusahaan, sedangkan investor dalam negeri melalui Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN hanya sebanyak 13 perusahaan pada tahun 2009.
Proses perkembangan Kota Tangerang Selatan memang menjadi cepat dan efek perkembangannya pun cepat terlihat. Hanya saja muncul permasalahan
akibat penggunaan strategi ini, yaitu timbul enclave sehingga hanya masyarakat tertentu saja atau pendatang dari luar wilayah Kota Tangerang Selatan yang
menikmati dampak pengembangan. Permasalahan lainnya, Kota Tangerang Selatan menjadi sangat peka terhadap perubahan-perubahan ekonomi diluar
wilayahnya. Contoh nyata adanya ketimpangan antara daerah Bumi Serpong Damai dengan daerah yang ditempati oleh penduduk asli Kota Tangerang Selatan
seperti di wilayah Setu dan Pamulang, dimana fasilitas air bersih saja masih sulit untuk dijangkau. Dalam penelitian juga ditemukan nilai surplus usaha yang lebih
tinggi dari nilai upah dan gaji, hal ini mengindikasikan gejala awal ketimpangan
pendapatan langsung yang diterima oleh masyarakat sebagai pekerja dengan pengusaha sebagai pemilik modal. Upah dan gaji merupakan komponen nilai
tambah yang dapat langsung diterima dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sedangkan surplus usaha sebagian disimpan di perusahaan dalam bentuk laba
yang ditahan yang nantinya diterima oleh pengusaha dan belum tentu dapat dinikmati oleh masyarakat.
Hasil penelitian menemukan sektor unggulan yang ada di Kota Tangerang Selatan adalah sektor industri pengolahan, terutama industri barang dari logam,
mesin dan perlengkapannya dan industri kertas dan barang dari kertas. Disamping itu, terdapat sektor-sektor strategis seperti sektor perdagangan besar, sektor
restoran dan rumah makan, sektor bangunan, sektor industri tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki, serta sektor industri makanan, minuman, dan tembakau.
Dengan memprioritaskan perkembangan sektor-sektor tersebut akan tercipta peningkatan output, nilai tambah dan lapangan kerja, serta akan memberi dampak
stimulasi terhadap sektor lain. Sektor pertanian di Kota Tangerang Selatan tidak termasuk sebagai sektor
unggulan. Namun, dalam penelitian ini diketahui bahwa sektor pertanian memiliki potensi untuk dikembangkan bahkan didukung oleh penggunaan luas lahan untuk
sektor pertanian yang cukup besar. Sebagian besar output dari sektor pertanian masih digunakan untuk keperluan sektor pertanian sendiri, sedangkan sebagian
sisanya untuk memenuhi kebutuhan domestik serta ekspor ke luar wilayah. Sektor pertanian di Kota Tangerang Selatan memiliki keterkaitan ke depan dan ke
belakang rendah, hal ini disebabkan oleh banyak faktor diantaranya konsumsi sektor pertanian yang besar, infrastruktur yang kurang mendukung pembangunan
pertanian, terbatasnya pengetahuan dan informasi tenaga kerja yang ada di sektor pertanian, kurangnya industri yang mengolah output hasil pertanian, terbatasnya
fasilitas pertanian di wilayah Kota Tangerang Selatan, kesulitan pemasaran produk-produk hasil pertanian, kesulitan akses permodalan dan bahan baku,
semakin berkurangnya lahan produktif karena alih fungsi menjadi bangunan dan sebagainya. Penting bagi pemerintah daerah Kota Tangerang Selatan untuk
melakukan usaha nyata meningkatkan pembangunan pertanian di wilayahnya.
Untuk mengatasi masalah ketimpangan dan kebocoran wilayah, sebaiknya pemerintah daerah Kota Tangerang Selatan merubah strategi pengembangan
wilayahnya menjadi strategi demand side, dimana pengembangan wilayah diupayakan melalui peningkatan konsumsi barang-barang dan jasa-jasa dari
masyarakat setempat melalui kegiatan produksi lokal. Tujuan dari strategi ini adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat. Tahap awal pada strategi ini adalah
wilayah baru menggunakan subsidi pemerintah untuk kebutuhan hidup dan produksi, selain itu juga melakukan investasi fasilitas dan infrastruktur dasar dan
pertanian stadia sub-subsiten. Tahap kedua, wilayah baru mulai mencukupi kebutuhan pokoknya sendiri dari hasil produksi lahan pertanian dan lahan usaha
yang dilakukan pada tahap pertama stadia subsisten. Tahap ketiga, melakukan peningkatan produksi hingga mencapai surplus produksi stadia marketable
surplus, sehingga diperoleh pendapatan, modal dan investasi untuk sektor non pertanian karena adanya permintaan barang sekunder. Seiring berlangsung tahap
ini berkembang pula sektor-sektor non pertanian dan bermunculan diversifikasi usaha. Naiknya pendapatan diharapkan akan meningkatkan konsumsi produk-
produk non pertanian. Hal ini selanjutnya mengisyaratkan perlunya dikembangkan industri pengolahan terutama untuk memenuhi permintaan atas barang-barang
olahan utama stadia industri pertanian. Tahap selanjutnya masuk pada stadia industri non pertanian dalam skala kecil yang akan meningkatkan pendapatan dan
permintaan barang mewah. Tahap akhir akan membawa masuk pada stadia industri umum, sehingga tidak hanya bergantung pada sektor pertanian saja.
Konsekuensi melakukan strategi demand side adalah membutuhkan waktu yang lama karena berhubungan dengan transformasi teknologi, transformasi struktur
kelembagaan, dan keberhasilan proses ini membutuhkan perombakan cara berpikir. Keunggulan dari strategi ini adalah proses pengembangan yang berjalan
stabil dan tidak mudah terpengaruh oleh perubahan di luar wilayah. Peranan sektor pertanian dalam suatu wilayah harus dipertahankan, tak
terkecuali di Kota Tangerang Selatan. Karena sektor pertanian merupakan sektor primer yang menghasilkan barang pemenuhan kebutuhan dasar manusia,
disamping itu sektor pertanian Kota Tangerang Selatan memiliki potensi untuk
ekspor. Sektor pertanian juga merupakan penopang utama sebagai penyedia bahan baku lokal dari industri pengolahan, terutama industri makanan, minuman dan
tembakau juga untuk sektor hotel dan restoran. Pemanfaatkan sektor pertanian secara optimal akan membentuk jaring keterkaitan antar sektor, dimana sektor
pertanian menjadi input bagi sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor lainnya. Adanya keterkaitan ini berdampak pada
peningkatan pendapatan bagi tenaga kerja yang ada di sektor pertanian, dan para tenaga kerja ini menjadi mampu untuk membeli produk-produk non pertanian
yang dihasil oleh sektor non pertanian. Terciptalah jaring keterkaitan lain yang dapat mengurangi kebocoran wilayah dan meningkatkan permintaan barang-
barang non pertanian yang dihasilkan oleh sektor lain. Dampak dalam jangka panjang, pembangunan di Kota Tangerang Selatan berjalan stabil dan tidak mudah
terpengaruh oleh perubahan-perubahan dari luar. Sektor pertanian yang dimanfaatkan secara optimal akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat, khususnya kesejahteraan petani, dan mengatasi permasalahan ketimpangan serta kebocoran wilayah yang terjadi.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemekaran Kota Tangerang Selatan layak untuk dilakukan, namun potensi
yang ada di wilayah Kota Tangerang Selatan belum dapat dimanfaatkan secara penuh sehingga berdampak belum optimalnya pendapatan asli daerah.
2. Prioritas pembangunan dan investasi diarahkan kepada sektor-sektor unggulan
seperti sektor perdagangan besar, sektor restoran dan rumah makan, sektor industri pengolahan termasuk di dalamnya sektor industri barang dari logam,
mesin dan perlengkapannya; industri kertas dan barang-barang dari kertas; industri tekstil, pakaian jadi, kulit, dan alas kaki; dan industri makanan,
minuman dan tembakau; serta sektor bangunan. Dengan memprioritaskan sektor-sektor unggulan ini akan tercipta peningkatan output, nilai tambah dan
lapangan kerja serta dampak stimulasi tehadap sektor lain. 3.
Pemanfaatan sektor pertanian secara optimal akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mengatasi permasalahan
ketimpangan serta kebocoran wilayah yang terjadi di Kota Tangerang Selatan.
6.2. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah: 1.
Pemerintah daerah harus mampu memanfaatkan potensi daerah yang ada melalui berbagai usaha nyata dapat dalam bentuk perusahaan daerah, peraturan
daerah ataupun lainnya agar dapat meningkatkan PAD secara nyata. 2.
Meningkatkan sumberdaya manusia dan kelembagaan yang ada di Kota Tangerang Selatan.
3. Meningkatkan pembangunan pertanian berkelanjutan yang terus menerus
dipertahankan dan dikembangkan di Kota Tangerang Selatan.