Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Rentang Kendali Sektor Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Perikanan

penduduk di Kabupaten Tangerang adalah sebesar 0,00814. Tingkat kriminalitas per 10.000 penduduk di Kota Tangerang Selatan adalah sebesar 0,00394, lebih rendah daripada angka kriminalitas di Kabupaten Tangerang. Jumlah aparat pertahanan sipil anggota POLRI per 10.000 penduduk di Kabupaten Tangerang adalah sebanyak 202 orang, sedangkan jumlah aparat pertahanan sipil lebih rendah di Kota Tangerang Selatan hanya sebanyak 25 orang.

j. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat

Indeks Pembangunan Manusia IPM merupakan indeks yang digunakan sebagai alat ukur untuk melihat taraf hidup kemajuan masyarakat, yang menjadi ukuran pembangunan dalam pemenuhan tiga unsur, yaitu usia hidup longevity, pengetahuan knowledge, dan standar hidup layak decent living. IPM Kota Tangerang Selatan tahun 2009, berdasarkan perhitungan sementara BPS Kabupaten Tangerang adalah sebesar 75,01 meningkat dari angka perbaikan tahun 2008 yang sebesar 74,82. Angka tersebut merupakan angka tertinggi kabupatenkota di Provinsi Banten dan termasuk ke dalam kategori “menengah atas”. Pada tahun 2008 IPM Kabupaten Tangerang sebesar 71,14, dan naik menjadi 71,45 pada tahun 2009. Kenaikan tersebut dipicu dengan meningkatnya daya beli masyarakat kabupaten Tangerang.

k. Rentang Kendali

Rentang kendali merupakan rata-rata jarak dari kecamatan ke ibukota kabupaten dan rata-rata lama waktu perjalanan dari kecamatan ke ibukota kabupaten. Rata-rata jarak dari kecamatan ke ibukota kabupaten di Kabupaten Tangerang adalah 765 kilometer, dengan rata-rata lama waktu perjalanan dari kecamatan ke ibukota kabupaten adalah 1.427 menit. Sedangkan rata-rata jarak dari kecamatan ke ibukota kabupaten di Kota Tangerang Selatan adalah 373 kilometer, dengan rata-rata lama waktu perjalanan dari kecamatan ke ibukota kabupaten adalah 650 menit. Dengan jarak dan waktu tempuh yang lebih singkat tentu akan memungkinkan suatu wilayah dapat terlayani dengan lebih baik, sehingga pemekaran Kota Tangerang Selatan layak untuk dilakukan.

5.2. Dampak Pemekaran Terhadap Potensi Keuangan Kota Tangerang

Selatan

5.2.1. Pertumbuhan Struktur Ekonomi Kota Tangerang Selatan

Data Produk Domestik Regional Bruto PDRB pada saat sebelum dan setelah pemekaran digunakan sebagai pendekatan untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan struktur ekonomi Kota Tangerang Selatan. Hal tersebut karena nilai PDRB merupakan cerminan jumlah produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi dalam jangka waktu tertentu, biasanya dalam jangka waktu satu tahun. Tabel 15 menyajikan perbandingan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tangerang sebagai induk dengan Kota Tangerang Selatan sebagai daerah otonom baru. Data PDRB yang digunakan merupakan PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000. Tabel 15. Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan PDRB atas dasar harga Konstan tahun 2000 Tahun Kabupaten Tangerang Kota Tangerang Selatan Selisih PDRB juta Rp Laju PDRB juta Rp Laju Pertumbuhan 2004 15.070.781 6,40 2005 14.060.235 6,71 2006 14.907.051 6,02 2007 15.873.690 6,48 4.168.900 7,84 1,36 2008 16.748.498 5,51 4.560.507 9,39 3.88 2009 17.485.777 4,40 4.947.868 8,49 4.09 Sumber: BPS Kabupaten Tangerang 2006-2010 Pemekaran Kota Tangerang Selatan terjadi menjelang akhir tahun 2008. Sebelum pemekaran PDRB Kabupaten Tangerang berkisar antara 14 triliyun rupiah sampai 15 triliyun rupiah. Pada tahun 2007, PDRB Kabupaten Tangerang sebesar 15,87 triliyun rupiah dan naik menjadi 16,75 triliyun rupiah pada saat proses pemekaran terjadi di tahun 2008. Nilai PDRB Kabupaten tahun 2009, satu tahun setelah pemekaran, semakin naik hingga 17,49 triliyun rupiah. Demikian pula dengan PDRB Kota Tangerang Selatan, PDRB pada tahun 2007 senilai 4,17 triliyun rupiah dan terus naik menjadi 4,95 triliyun rupiah setelah satu tahun pemekaran. Nilai PDRB Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang lebih baik setelah pemekaran. Sumber: BPS Kabupaten Tangerang 2006-2010 Gambar 4. Perbandingan PDRB Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan Sumber: BPS Kabupaten Tangerang 2006-2010 Gambar 5. Grafik Perbandingan Laju Pertumbuhan Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tangerang pada tahun 2007 sebesar 6,48 persen. Tahun 2008, laju pemekaran Kabupaten Tangerang turun menjadi 5,51 persen, sedangkan laju pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang Selatan sebesar 9,39 persen lebih besar dari wilayah induk. Tahun 2009, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tangerang kembali mengalami penurunan mencapai 4,40 persen. Demikian pula dengan Kota Tangerang Selatan turun menjadi 8,49 persen. Penurunan laju pertumbuhan ekonomi ini terjadi karena adanya proses adaptasi dari pemekaran wilayah. Jika dibandingkan, laju pertumbuhan Kota Tangerang Selatan sebagai daerah otonom baru lebih tinggi daripada induknya. Selisih pertumbuhan antara Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang cenderung meningkat, artinya kinerja daerah otonom baru lebih baik daripada daerah induknya. 0,00 10,00 20,00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 15,07 14,06 14,91 15,87 16,75 17,49 4,17 4,56 4,95 P D R B T ri li y un R upi a h Tahun Kabupaten Tangerang Kota Tangerang Selatan 6,40 6.71 6,02 6,48 5,51 4,40 7,84 9,39 8,49 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 La ju P e rt um buha n Tahun Kabupaten Tangerang Kota Tangerang Selatan Tabel 16. Perbandingan PDRB per Kapita dan Laju Pertumbuhan PDRB per Kapita Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan Tahun PDRB per Kapita Rupiah Rasio Pertumbuhan Selisih Pertumbuhan Kabupaten Tangerang Kota Tangerang Selatan Kabupaten Tangerang Kota Tangerang Selatan 2004 6.646.000 - 2005 6.132.000 -7,73 2006 6.336.000 3,33 2007 6.531.000 3.998.000 1,63 : 1 3,08 - 2008 6.688.000 4.263.000 1,57 : 1 2,40 6,63 4,22 2009 6.816.000 4.452.000 1,53 : 1 1,91 4,43 2,52 Rata2 6.525.000 4.238.000 Sumber: BPS Kabupaten Tangerang 2006-2010 Dalam melihat kondisi perekonomian suatu wilayah secara lebih nyata adalah dengan melihat angka PDRB per kapita wilayah tersebut. Angka PDRB per kapita dapat mencerminkan kondisi perekonomian suatu wilayah yang lebih riil dibandingkan dengan hanya melihat nilai PDRB saja. Karena dalam perhitungan angka PDRB per kapita telah dimasukkan komponen jumlah penduduk di wilayah tersebut. Sebelum pemekaran, sejak tahun 2005 Kabupaten Tangerang mengalami kenaikan nilai PDRB per kapita, hingga pada saat proses pemekaran tahun 2008 nilai PDRB per kapita meningkat menjadi 6,69 juta rupiah dari 6,53 juta rupiah tahun sebelumnya. Nilai PDRB per kapita Kabupaten Tangerang terus meningkat pada tahun 2009 menjadi sebesar 6,13 juta rupiah. Nilai PDRB Kota Tangerang Selatan sebelum pemekaran sebesar 3,99 juta rupiah, naik perlahan menjadi 4,26 juta rupiah pada tahun 2008 dan bertambah menjadi 4,45 juta rupiah setelah satu tahun pemekaran. Dari analisis diatas menunjukkan bahwa PDRB per kapita Kabupaten Tangerang lebih besar dibandingkan Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan laju pertumbuhan PDRB per kapita Kabupaten Tangerang pada tahun 2005 sampai 2009 meningkat dari -7,73 persen di tahun 2005 menjadi 1,91 persen pada tahun 2009. Sedangkan Kota Tangerang Selatan mengalami penurunan laju pertumbuhan PDRB per kapita, dari 6,63 persen di tahun 2008 menjadi 4,43 persen pada tahun 2009. Jika dibandingkan, laju pertumbuhan PDRB per kapita Kota Tangerang Selatan lebih baik dari Kabupaten Tangerang.

5.2.2. Struktur Perekonomian dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral

Struktur perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari besarnya sumbangan yang diberikan setiap sektor yang berperan dalam pembentukan PDRB. Proporsi PDRB menurut lapangan usaha sektor dapat dilihat melalui besaran nilai PDRB atas dasar harga berlaku. Proporsi peranan sektoral terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Tangerang dapat dilihat dalam Tabel 17. Tabel 17. Proporsi Peranan Sektoral Terhadap Pembentukan PDRB Kabupaten Tangerang Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Proporsi Peranan Sektor PDRB P ert an ian , P et ern ak an , K ehut an a n , dan P eri k an an P er tam b an gan d an P en ggal ia n Ind us tr i P engo lah a n L is tr ik , G as d an A ir B ers ih B an g una n P er d agan gan , H ot el d an R es tor an P en gan gk u tan d a n K om u n ik as i K eu an ga n , P ers ew aan d an Jas a Jas a- jas a 2004 9.35 0.08 53.02 7.26 1.83 12.49 8.99 2.56 4.42 2005 10.38 0.09 59.88 9.36 0.60 7.92 8.58 0.25 2.94 2006 9.71 0.09 59.84 8.51 0.61 8.52 9.47 0.27 2.98 2007 10.06 0.09 58.49 9.18 0.67 8.75 9.34 0.28 3.14 2008 10.32 0.09 56.38 10.05 0.73 8.99 9.78 0.32 3.34 2009 10.78 0.10 54.44 9.88 0.78 9.55 10.66 0.34 3.47 Sumber: BPS Kabupaten Tangerang 2006-2010 Sebelum pemekaran 2004-2008, sektor yang paling berperan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Tangerang adalah sektor industri pengolahan, dengan memberikan kontribusi rata-rata per tahun diatas 50 persen. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan menempati posisi kedua dalam peranan terhadap pembentukan PDRB, dengan proporsi rata-rata per tahun antara 9 sampai 10 persen. Diikuti dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor listrik, gas dan air bersih; dan sektor jasa- jasa. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian, sektor bangunan, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa memberikan kontribusi terhadap PDRB dibawah 2 persen. Tahun 2009, setahun setelah pemekaran, sektor industri pengolahan masih mendominasi dalam pembentukan PDRB Kabupaten Tangerang dengan proporsi sebesar 54,44 persen. Posisi kedua dalam pemberi proporsi terbesar ditempati oleh sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan, dengan proporsi sebesar 10,78 persen. Sektor pengangkutan dan komunikasi dengan proporsi sebesar 10,66 persen, sektor listrik, gas dan air bersih memberikan proporsi sebesar 9,88 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan proporsi sebesar 9,55 persen, dan sektor jasa-jasa memberikan proporsi sebesar 3,47 persen. Sementara sektor pertambangan dan penggalian, sektor bangunan, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa memberikan kontribusi terhadap PDRB dibawah 1 persen. Sumber: BPS Kabupaten Tangerang 2006-2010 Gambar 6. Proporsi Peranan Sektoral Terhadap Pembentukan PDRB Kabupaten Tangerang Tahun 2009 Sebelum pemekaran pada tahun 2007, sektor yang paling berperan dalam pembentukan PDRB Kota Tangerang Selatan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan memberikan proporsi sebesar 29,67 persen. Diikuti oleh sektor industri pengolahan dengan proporsi rata-rata sebesar 18,54 persen, sektor jasa-jasa 14,31 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi 13,94 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa 12,43 persen, sektor bangunan 6,07 persen, dan sektor listrik, gas dan air bersih 4,04 persen. Sedangkan sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan serta sektor pertambangan dan penggalian memberikan proporsi kurang dari 1 persen terhadap pembentukan PDRB Kota Tangerang Selatan. Pertanian, Petern akan, Perkebuna n, dan Perikanan; 10,78 Pertambangan dan Penggalian; 0,10 Industri Pengolahan; 54,44 Listrik, Gas dan Air Bersih; 9,88 Bangunan; 0,78 Perdangangan, H otel dan Restoran; 9,55 Pengangkutan dan Komunikasi; 10,66 Keuangan, Perse waan dan Jasa Perusahaan; 0,34 Jasa-jasa; 3,47 Tabel 18. Proporsi Peranan Sektoral Terhadap Pembentukan PDRB Kota Tangerang Selatan Atas Dasar Harga Berlaku Tahun Proporsi Peranan Sektor PDRB P ert an ian , P et ern ak an , K ehut an a n , dan P eri k an an P er tam b an gan d an P en ggal ian In d u st ri P en gol ah a n L is tr ik , G as d an A ir B ers ih B an g una n P er d agan gan , Hot el d a n R es tor an P en gan gk u tan d an K om u n ik as i K euan ga n, P ers ew aan d an Jas a Jas a- jas a 2007 0.98 0.02 18.54 4.04 6.07 29.67 13.94 12.43 14.31 2008 0.90 0.02 17.06 3.74 6.86 30.96 13.92 12.56 13.98 2009 0.85 0.02 15.77 3.49 7.19 31.29 14.62 12.68 14.09 Sumber: BPS Kabupaten Tangerang 2006-2010 Setelah pemekaran tahun 2009, sektor perdagangan, hotel dan restoran masih memberikan proporsi paling besar dalam pembentukan PDRB Kota Tangerang Selatan, sebesar 31,29 persen. Posisi kedua dan ketiga masih ditempati oleh sektor industri pengolahan dengan proporsi sebesar 15,77 persen, dan sektor pengangkutan dan komunikasi 14,62 persen. Kemudian sektor jasa-jasa dengan proporsi sebesar 14,09 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa 12,68 persen, sektor bangunan 7,19 persen, dan sektor listrik, gas dan air bersih 3,49 persen. Sedangkan sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan serta sektor pertambangan dan penggalian memberikan proporsi kurang dari 1 persen. Sumber: BPS Kabupaten Tangerang 2006-2010 Gambar 7. Proporsi Peranan Sektoral Terhadap Pembentukan PDRB Kota Tangerang Selatan Tahun 2009 Pertanian, Petern akan, Perkebuna n, dan Perikanan; 0,85 Pertambangan dan Penggalian; 0,02 Industri Pengolahan; 15,77 Listrik, Gas dan Air Bersih; 3,49 Bangunan; 7,19 Perdagangan, Ho tel dan Restoran; 31,29 Pengangkutan dan Komunikasi; 14,62 Keuangan, Perse waan dan Jasa Perusahaan; 12,68 Jasa-jasa; 14,09 Tabel 19. Pertumbuhan Sektor PDRB Kabupaten Tangerang Sebelum dan Setelah Pemekaran Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Tahun Sektor PDRB milyar rupiah P er tan ian , P et er nak an , K ehut an an , dan P eri k an an P er tam b an gan d an P en ggal ian Indus tr i P engol ah an L is tr ik , Gas d an A ir B ers ih B an gu n an P er d agan gan , H ot el d an R es tor an P engan gk ut a n da n K om uni kas i K eu an gan , P ers ew aan d an Jas a Jas a- jas a 2004 1,471 12.6 8,370 946.3 285.1 1,878 1,085 381.1 641.7 2005 1,451 12.8 8,928 1,172 84.1 1,074 928 33.1 377.9 2006 1,453 13.3 9,465 1,176 90.9 1,218 1,040 36.3 412.6 2007 1,556 14.2 9,867 1,402 106.1 1,326 1,109 40.7 453.3 2008 1,645 14.4 10,082 1,659 115.0 1,433 1,247 48.0 505.7 2009 1,745 16.8 10,297 1,720 126.7 1,566 1,406 54.5 554 Laju 6.12 16.63 2.13 3.72 10.16 9.26 12.77 13.38 9.46 Sumber: BPS Kabupaten Tangerang 2006-2010 Tabel 20. Pertumbuhan Sektor PDRB Kota Tangerang Selatan Sebelum dan Setelah Pemekaran Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Tahun Sektor PDRB milyar rupiah P er tan ian , P et er nak an , K ehut an an , dan P eri k an an P er tam b an gan d an P en ggal ian Indus tr i P engol ah an L is tr ik , Gas d an A ir B ers ih Ba ngu nan P er d agan gan , H ot el d an R es tor an P engan gk ut a n da n K om uni kas i K eu an gan , P er se w aan d an Jas a Jas a- jas a 2007 47.1 1.2 808.7 183.1 298.8 1,321 421.0 455.3 632.7 2008 46.8 1.2 822.8 186.3 335.2 1,496 461.5 513.4 697.4 2009 47.6 1.3 836.5 194.5 377.7 1,630 524.7 575.6 759.4 Laju 1.66 11.51 1.67 4.40 12.68 9.00 13.70 12.11 8.88 Sumber: BPS Kabupaten Tangerang 2006-2010

a. Sektor Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Perikanan

Sektor pertanian terdiri dari sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan dan perikanan. Peranan sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB Kota Tangerang Selatan dalam kurun waktu 2007-2009 menunjukkan grafik yang cenderung menurun. Kontribusinya sebelum pemekaran sebesar 0,98 persen atau sebesar 47,1 milyar rupiah pada tahun 2007 dan 0,90 persen atau sebesar 46,8 milyar rupiah pada tahun 2008. Setelah pemekaran pada tahun 2009 kontribusinya terus menurun menjadi sebesar 0,85 persen atau sebesar 47,6 milyar rupiah menempati posisi ke delapan dalam kontribusi sektor terhadap pembentukkan PDRB Kota Tangerang Selatan. Pada tahun 2009 kontribusi sub sektor pertanian Kota Tangerang Selatan tidak ada yang mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2008, kecuali sub sektor tanaman perkebunan sebesar 0,01 persen dan sub sektor perikanan sebesar 0,09 persen seperti tahun sebelumnya. Penurunan paling besar terdapat pada sub sektor tanaman bahan makanan yang kontribusinya turun menjadi sebesar 0,49 persen dibandingkan tahun 2008 yang sebesar 0,53 persen. Sektor pertanian di Kota Tangerang Selatan didominasi oleh tanaman holtikultura, seperti tanaman sayuran, buah-buahan dan tanaman hias. Peranan sektor pertanian Kabupaten Tangerang sebelum pemekaran tahun 2005-2006 menunjukkan penurunan. Namun pada tahun 2007-2008 menunjukkan peningkatan kontribusi dari 10,06 persen atau sebesar 1,56 triliyun rupiah pada tahun 2007 menjadi 10,32 persen atau sebesar 1,64 triliyun rupiah pada tahun 2008. Peningkatan terus terjadi setelah pemekaran dilakukan tahun 2009 mencapai 10,78 persen atau sebesar 1,74 triliyun rupiah menempati posisi kedua dalam kontribusi sektor terhadap pembentukkan PDRB Kabupaten Tangerang setelah sektor industri pengolahan. Sumber: BPS Kabupaten Tangerang 2006-2010 Gambar 8. PDRB Sektor Pertanian Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan Berdasar Harga Konstan Sebelum dan Setelah Pemekaran

b. Sektor Pertambangan dan Penggalian