potensi pajak yang ada di Kota Tangerang Selatan. Khususnya potensi dari Pajak Hotel dan Restoran sebagai sektor pemberi kontribusi terbesar dalam PDRB.
Dalam perhitungan estimasi potensi pajak hotel dan restoran ini diambil 1 sampel hotel dan 2 sampel restoran yang ada di Kota Tangerang Selatan.
Hasil perhitungan estimasi potensi pajak hotel diperoleh potensi pajak hotel lebih tinggi dari target pajak yang dibayarkan kepada pemerintah daerah.
Hasil perhitungan estimasi potensi pajak restoran juga diperoleh potensi pajak restoran lebih tinggi dari target pajak yang dibayarkan kepada pemerintah daerah.
Artinya, penerimaan pajak hotel dan restoran masih dapat dioptimalkan dengan menaikkan target pajak kepada hotel dan restoran. Hal penting terkait temuan ini
adalah peran pemerintah daerah dalam meningkatkan daya tarik Kota Tangerang Selatan, sehingga mengundang banyak pengunjung untuk datang dan berinvestasi
di Kota Tangerang Selatan.
5.3. Strategi Pengembangan Kota Tangerang Selatan 5.3.1. Struktur Input Output
Kota Tangerang Selatan yang baru dibentuk pada akhir tahun 2008 merupakan daerah otonom baru yang memiliki potensi ekonomi yang cukup
besar. Sehingga diperlukan perencanaan yang sesuai dengan potensi dan kondisi yang ada di Kota Tangerang Selatan tidak dapat mengadopsi langsung model
perencanaan Kabupaten Tangerang sebagai kabupaten induk, karena kedua daerah ini memiliki tipe perekonomian yang berbeda. Untuk dapat merumuskan strategi
pengembangan Kota Tangerang Selatan dibutuhkan analisa dan model sehingga dapat diketahui dan diperkirakan berbagai masalah pembangunan serta hasil
optimal yang dapat diraih dari suatu kebijakan. Salah alat analisis yang dapat digunakan adalah analisis model dengan melihat Tabel I-O. Tabel I-O merupakan
alat yang digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor yang terdapat dalam perekonomian.
Tabel I-O Kota Tangerang Selatan tahun 2009 disusun untuk memperoleh gambaran tentang transaksi antar berbagai sektor ekonomi di Tangerang Selatan
sebagai evaluasi dan perencanaan pembangunan ekonomi di Kota Tangerang
Selatan. Gambaran komprehensif tentang perekonomian Kota Tangerang Selatan sebagai kerangka dasar dalam pengambilan kebijakan guna perencanaan ekonomi
dalam skala makro. Dari Tabel I-O tersebut akan dapat dibuat strategi pengembangan Kota Tangerang Selatan yang bertujuan untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat. Pembahasan mengenai sektor unggulan di Kota Tangerang Selatan merujuk pada Tabel I-O dalam klasifikasi 9 sektor sesuai
PDRB yang disederhanakan dari tabel dasar I-O 40 sektor.
a. Struktur Penawaran dan Permintaan
Tabel I-O dapat digunakan untuk melihat struktur permintaan agregat, yaitu struktur permintaan terhadap barang dan jasa di Tangerang Selatan yang
dibedakan menurut permintaan antara dan permintaan akhir. Permintaan antara adalah jumlah permintaan yang digunakan oleh sektor produksi dalam rangka
kegiatan produksinya. Sedangkan permintaan akhir adalah besarnya permintaan yang digunakan untuk memenuhi konsumsi akhir domestik yang terdiri dari
konsumsi rumah tangga dan lembaga nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal dan perubahan stok. Interaksi input antara dan permintaan antara
menggambarkan keterkaitan sektoral, input antara dengan permintaan akhir menggambarkan permintaan akhir terhadap input sektoral, input akhir dengan
permintaan antara menggambarkan nilai tambah setiap sektor faktor produksi, input akhir dengan permintaan akhir menggambarkan transfer nilai tambah.
Pengamatan terhadap struktur permintaan dan penawaran memberikan gambaran mengenai sektor yang merupakan produsen utama, serta sektor mana
yang mengalami surplus paling tinggi atau rendah. Permintaan terhadap barang dan jasa di Kota Tangerang Selatan tahun 2009 mencapai 24,45 triliyun rupiah.
Jumlah permintaan tersebut merupakan permintaan dari seluruh sektor produksi, mulai sektor pertanian sampai sektor-jasa-jasa, permintaan oleh sektor konsumen
akhir domestik juga permintaan ekspor baik keluar negeri maupun ke provinsi lain. Permintaan barang dan jasa oleh sektor produksi dalam rangka kegiatan
produksinya permintaan antara mencapai 8,14 triliyun rupiah atau sebesar 33,29 persen dari total permintaan. Sedangkan permintaan oleh konsumen akhir
domestik konsumsi rumah tangga dan lembaga nirlaba, konsumsi pemerintah,
pembentukan modal dan perubahan stok sebesar 11,67 triliyun rupiah atau sebesar 47,74 persen. Permintaan akhir 47,74 persen relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan permintaan antara 33,29 persen, artinya sebesar 33,29 persen dari total output wilayah yang dihasilkan dikembalikan dalam kegiatan
produksi domestik. Semakin besar persentase permintaan antara suatu wilayah maka semakin besar keterkaitan ekonomi domestik, dengan demikian semakin
kecil kemungkinan kebocoran wilayah yang terjadi. Sedangkan permintaan untuk ekspor, baik untuk luar negeri maupun provinsi lain, mencapai 4,64 triliyun rupiah
atau sebesar 18,97 persen dari total permintaan. Dari sisi penawaran, barang dan jasa yang dibutuhkan untuk memenuhi
seluruh permintaan tersebut ditawarkan dari produksi domestik Kota Tangerang Selatan, juga berasal dari produksi luar Kota Tangerang Selatan atau bahkan dari
luar negeri impor. Seluruh barang dan jasa yang ditawarkan di Kota Tangerang Selatan senilai dengan jumlah permintaan yaitu sebesar 24,45 triliyun rupiah,
sebesar 19,65 triliyun rupiah mampu disediakan dari produksi domestik Kota Tangerang Selatan. Hal ini berarti 80,38 persen dari seluruh kebutuhan terhadap
barang dan jasa di Kota Tangerang Selatan mampu disediakan oleh produksi sendiri. Sedangkan sisanya sebesar 19,62 persen atau 4,79 triliyun rupiah
didatangkan dari luar wilayah Kota Tangerang Selatan maupun dari luar negeri. Struktur permintaan dan penawaran untuk setiap sektornya
memperlihatkan bahwa sektor pertanian dari sisi penawaran sebesar 69,85 persen mampu disediakan dari produksi domestik, sedangkan 30,15 persen sisanya
diperoleh dari wilayah lain. Jumlah penawaran untuk sektor pertanian mencapai 328,76 milyar rupiah, sebesar 64,61 persen dialokasikan untuk memenuhi
permintaan antara, sebesar 21,18 persen untuk komsumsi domestik, dan sisanya 14,20 persen untuk ekspor. Alokasi permintaan antara yang tinggi
mengindikasikan bahwa sebagian besar produk pertanian harus diolah lebih lanjut menjadi produk lain oleh sektor-sektor industri di Kota Tangerang Selatan.
Tabel 39. Struktur Permintaan dan Penawaran Menurut Klasifikasi 9 Sektor Ekonomi di Kota Tangerang Selatan Tahun 2009 Juta Rupiah
Sektor Kegiatan
Permintaan Antara
Permintaan Akhir Total
Permintaan Impor
Output Domestik
Penawaran Ekspor
Domestik
Pertanian 212,423.95
64.61 46,694.87
14.20 69,638.65
21.18 328,757.48
100 99,119.03
30.15 229,638.44
69.85 328,757.48
100 Pertambangan
Penggalian 131,405.55
85.77 21,799.21
14.23 153,204.76
100 94,471.93
61.66 58,732.83
38.34 153,204.76
100 Industri
Pengolahan 3,939,184.13
33.75 2,050,978.98
17.57 5,682,744.58
48.68 11,672,907.69
100 4,347,555.75
37.24 7,325,351.93
62.76 11,62,907.69
100 Listrik, Gas
Air Bersih 882,185.73
52.87 228,801.36
13.71 557,525.58
33.41 1,668,512.67
100 6,595.89
0.40 1,661,916.77
100 1,668,512.67
100 Bangunan
268,141.70 15.82
1,426,955.61 84.18
1,695,097.30 100
1,695,097.30 100
1,695,097.30 100
Perdagangan, Hotel
Restoran 1,442,157.25
34.37 1,393,958.59
33.22 1,359,858.16
32.41 4,195,973.99
100 170,835.07
4.07 4,025,138.93
95.93 4,195,973.99
100 Pengangkutan
Komunikasi 702,433.23
35.35 468,449.67
23.58 815,929.97
41.07 1,986,812.86
100 4,319.73
0.22 1,982,493.13
99.78 1,986,812.86
100 Keuangan,
Persewaan Jasa
Perusahaan 371,339.55
26.22 327,053.46
23.09 717,878.50
50.69 1,416,271.50
100 33,433.86
2.36 1,382,837.64
97.64 1,416,271.50
100 Jasa-jasa
189,222.52 14.24
121,117.15 9.11
1,018,516.01 76.65
1,328,855.68 100
39,417.60 2.97
1,289,438.08 97.03
1,328,855.68 100
Jumlah Input Antara
8,138,493.61 33.29
4,637,054.08 18.97
11,670,846.27 47.74
24,446,33.93 100
4,795,748.86 19.62
19,650,645.05 80.38
24,446,393.93 100
Sumber: Data diolah 2011
Berdasarkan Tabel 39 dapat dilihat bahwa Kota Tangerang Selatan mengalami keterbatasan pada sektor primer, terutama sektor pertambangan dan
penggalian. Sektor pertambangan dan penggalian memperoleh total penawaran sebesar 153,20 milyar rupiah dengan 85,77 persen dialokasikan untuk memenuhi
permintaan antara oleh sektor produksi dan sisanya 14,23 persen untuk konsumsi domestik. Untuk memenuhi seluruh permintaan yang ada, sebesar 38,34 persen
mampu disediakan produsen domestik dan 61,66 persen didatangkan dari luar wilayah Kota Tangerang Selatan.
Berdasarkan tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen, sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang mengalami surplus.
Surplus sektor ini ditunjang oleh surplusnya jasa restoran dan rumah makan yang menghasilkan output domestik hingga 1,83 triliyun rupiah. Jumlah penawaran
sektor restoran dan rumah makan adalah 2,00 triliyun rupiah, sebesar 761,7 milyar rupiah digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik, 491 milyar rupiah untuk
memenuhi permintaan akhir domestik, dan 750,7 milyar untuk memenuhi permintaan akhir ekspor. Sedangkan untuk memenuhi total permintaan sebesar
2,00 triliyun rupiah didukung oleh produksi domestik 1,83 triliyun rupiah dan 169,1 milyar rupiah diimpor dari luar Kota Tangerang Selatan.
b. Struktur Output