Konsep Desentralisasi Konsep Desentralisasi dan Otonomi Daerah

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Desentralisasi dan Otonomi Daerah

2.1.1. Konsep Desentralisasi

Terjadinya suatu negara kesatuan yang sentralistik ternyata banyak menimbulkan dampak negatif yang tidak mengarah kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan. Sentralisasi kekuasaan tidak memberikan insentif kepada daerah-daerah untuk meningkatkan produktivitasnya, mauoun dalam memelihara sumberdaya dasar wilayah kearah berkelanjutan. Oleh karena itu adanya wacana desentralisasi, kekuasaaan pusat yang dilimpahkan kepada daerah=daerah otonom diharapkan akan memperbaiki kinerja ekonomi secara lebih produktif dan berkelanjutan di masa depan Anwar, 2000. Dalam isitilah ketatanegaraanyang dimaksud dengan desentralisasi adalah pelimpahan kekuasaan kekuasaan dari pusat ke daerah-daerah untuk mengurus rumah tangganya sesndiri. Logeman dalam Lumbessy 2005 mengemukan bahwa kelaziman desentralisasi dapat dibagi menjadi: a. Dekonsentrasi deconcentratie atau “ambtelijke desentralisatie” yaitu berkaitan dengan pelimpahan kekuasaan dari alat kelengkapan negara tingkat lebih atas kepada bawahnya guna melancarkan pekerjaan didalam melaksanakan tugas pemerintah. b. Desentralisasi ketatanegaraan atau “staatkundige decentralisatie” yang sering disebut sebagai desentralisasi politik, yaitu pelimpahan kekuasaan perundangan dan pemerintah kepada daerah otonom di dalam lingkungannya. Di dalam desentralisasi semacam ini, rakyat dengan menggunakan dan memanfaatkan saluran-saluran tertentu perwakilan untuk ikut serta dalam pemerintahan. Sesuai batas wilayah masing-masing. Osborne dan Gaebler 1995 mengemukan ada beberapa keuntungan yang dapat diraih dengan diterapkannya sistem desentralisasi, yaitu: a. Lembaga yang terdesentralisasi jauh lebih fleksibel daripada yang tersentralisasi. Lembaga tersebut dapat memberi respon dengancepat terhadap lingkungan dan kebutuhan pelanggan. b. Lembaga yang terdesentralisasi jauh lebih efektif daripada yang terdesentralisasi. Para pegawai yang berada dilini depan, paling dekat dengan masalah dan peluang serta mereka yang lebih tahu dengan apa yang terjadi sebenarnya, sehingga akan lebih cepat mengambil keputusan yang diperlukan. c. Lembaga yang terdesentralisasi jauh lebih inovatif dibanding yang tersentralisasi. Inovasi biasanya tidak terjadi pada seseorang yang berada pada pucuk pimpinan, tetapi sering muncul dari gagasan baik pegawai yang benar-benar melaksanakan pekerjaan dan berhubungan dengan pelanggan. d. Lembaga yang terdesentralisasi menghasilkan semangat kerja yang lebih tinggi, sehingga banyak komitmen dan lebih besar produtivitasnya. Peberian kepercayaan kepada pegawai utnuk mengambil keputusan yang penting dalam tugasnya dapat menjadi motivasi bagi mereka, sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat produktivitas kerjanya. Menurut Abe 2002 desentralisasi memberikan sisi positif, antara lain: a bagi pemerintah pusat desentralisasi tentu akan menjadi jalan yang mengurangi beban pusat; b program atau rencana-rencana pembangunan yang hendak diwujudkan akan lebih realistis, lebih mengena dan lebih dekat dengan kebutuhan lokal; c memberi kesempatan kepada daerah untuk belajar mengurus rumah tangganya sendiri dan dengan demikian belajar untuk bisa menangkap dan merumuskan aspirasi masyarakat setempat; d dengan adanya pemberian wewenang politis ke arah devolusi, maka berarti akan membuka peluang bagi keterlibatan rakyat dalam mengontrol jalannya pemerintah.

2.1.1. Konsep Otonomi Daerah