Pembahasan Lain-lain Pendapatan yang Sah

Talaga Seafood Resto selama satu tahun membayar pajak antara 12,5 juta rupiah sampai 13,25 juta rupiah per bulan. Jika pemerintah daerah menargetkan pajak restoran kepada Talaga Seafood Resto sebesar 13,1 juta rupiah per bulan atau 157,2 juta rupiah pertahun, maka Talaga Seafood Resto mampu untuk membayar pajak restoran lebih dari yang ditargetkan pemerintah daerah. Sedangkan Restoran Pondok Kemangi dalam satu tahun membayar pajak restoran antara 16,5 juta rupiah sampai 18,2 juta rupiah per bulan. Sehingga, jika pemerintah menargetkan pajak restoran sebesar 17 juta rupiah per bulan atau 204 juta rupiah per tahun kepada Restoran Pondok Kemangi, restoran tersebut mampu untuk membayar pajak restoran lebih daripada yang ditargerkan pemerintah daerah. Dapat disimpulkan pemerintah daerah Kota Tangerang Selatan dapat meningkatkan lagi target pajak restoran guna mengoptimalkan penerimaan daerah dan meningkatkan pendapatan asli daerah.

5.2.9. Pembahasan

Nilai PDRB Kabupaten Tangerang sebelum pemekaran dilakukan cenderung mengalami peningkatan meskipun laju pertumbuhannya mengalami penurunan. Nilai PDRB Kabupaten Tangerang setelah pemekaran meningkat, meskipun laju pertumbuhannya masih turun. Demikian pula dengan nilai PDRB Kota Tangerang Selatan yang terus meningkat jumlahnya, dan laju pertumbuhan yang cenderung fluktuatif. Laju pertumbuhan yang cenderung turun dan berfluktuasi menandakan masih ada proses adaptasi pada awal masa pemekaran. Nilai PDRB Kota Tangerang Selatan masih lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai PDRB Kabupaten Tangerang. Namun laju pertumbuhan PDRB Kota Tangerang Selatan lebih tinggi bila dibandingkan dengan Kabupaten Tangerang. Hal ini berarti Kota Tangerang Selatan memiliki kinerja yang lebih baik dan berpotensi untuk terus berkembang. Melalui PDRB per kapita diketahui bahwa pendapatan per kapita di Kabupaten Tangerang lebih tinggi dibandingkan Kota Tangerang Selatan. Rendahnya nilai PDRB per kapita Kota Tangerang Selatan dibandingkan dengan induknya Kabupaten Tangerang disebabkan oleh masih baru terbentuknya Kota Tangerang Selatan, sehingga sektor-sektor ekonomi yang ada di Kota Tangerang Selatan belum berkembang dan dimanfaatkan secara optimal. Berdasarkan kontribusi sektor pembentuk PDRB, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan memiliki struktur ekonomi yang berbeda. Kabupaten Tangerang memiliki sektor industri pengolahan sebagai pemberi kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB. Sedangkan di Kota Tangerang Selatan, sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor pemberi kontribusi terbesar. Bila dilihat secara keseluruhan ekonomi wilayah Kabupaten Tangerang menunjukkan pertumbuhan dan nilai PDRB yang meningkat setelah pemekaran dilakukan. Demikian pula dengan pertumbuhan ekonomi wilayah daerah otonom baru Kota Tangerang Selatan yang secara keseluruhan menunjukkan peningkatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti pemekaran wilayah berdampak positif bagi peningkatan nilai PDRB masing-masing wilayah. Dilihat dari kemampuan keuangan daerah, pemekaran wilayah juga berdampak positif terhadap pertumbuhan kemampuan keuangan Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya pendapatan daerah setiap tahun. Terjadinya peningkatan kemampuan keuangan daerah karena ada peningkatan dari sumber-sumber pendapatan daerah. Nilai PAD digunakan untuk mengukur kemampuan daerah dalam membiayai pemerintahannya. Suatu daerah dapat dikatakan siap untuk melaksanakan otonomi daerah apabila PAD daerah tersebut memberikan sumbangan yang besar kepada APBD. Sejak tahun 2007 hingga 2009, PAD Kabupaten Tangerang mengalami kenaikan, hanya pada tahun 2010 mengalami penurunan. Meskipun PAD Kabupaten Tangerang mengalami kenaikan, laju pertumbuhan PAD justru menunjukkan penurunan. Kota Tangerang Selatan juga mengalami kenaikan PAD dan laju pertumbuhan yang pesat. Jika dilihat kemampuan keuangan Kabupaten Tangerang secara keseluruhan, komposisi pendapatan daerah Kabupaten Tangerang didominasi oleh dana perimbangan yaitu sebesar 71,14 persen pada tahun 2010. Sedangkan PAD di tahun 2010 memberikan kontribusi sebesar 19,07 persen dan lain-lain pendapatan yang sah lebih kecil lagi peranannya yaitu hanya sebesar 9,78 persen. Hal ini menunjukkan Kabupaten Tangerang memiliki ketergantungan yang besar terhadap pemerintah pusat. Tahun 2009 pasca disahkannya Kota Tangerang Selatan, merupakan tahun yang cukup berat bagi pelaksanaan roda Pemerintahan Kabupaten Tangerang. Sesuai amanah dalam UU No. 51 tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan, bahwa Kabupaten Tangerang berkewajiban memberikan pembinaan dan bantuan hibah kepada Kota Tangerang Selatan. Karena itulah laju rata-rata PAD, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah Kabupaten Tangerang semuanya bernilai negatif atau terjadi penurunan dari sebelum dilakukannya pemekaran. Sebagai gambaran besarnya tantangan Kabupaten Tangerang dengan terbentuknya Kota Tangerang Selatan adalah Bagi Hasil Pajak Provinsi yang berasal dari Pajak Kendaraan Bermotor PKB, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor BBNKB, retribusi Air Bawah Tanah ABT, Administrasi Pajak AP dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor PBBKB menjadi terbagi dua. Sementara Kabupaten Tangerang sebagai induk, masih harus mengalokasikan anggaran ke Kota Tangerang Selatan sesuai peraturan yang berlaku. Belanja Pegawai dilingkungan Pemerintah Kota Tangerang Selatan merupakan tanggung jawab Kabupaten Tangerang, selain itu Kabupaten Tangerang juga diwajibkan memberikan hibah selama dua tahun dengan jumlah cukup besar. Di pertengahan tahun anggaran, pada Agustus tahun 2009, Kota Tangerang Selatan sudah melakukan pungutan pajak daerah dan beberapa jenis retribusi daerah yang potensial, sehingga berdampak pada berkurangnya penerimaan daerah Kabupaten Tangerang. Komposisi pendapatan daerah Kota Tangerang Selatan tahun 2010 juga didominasi oleh dana perimbangan sebesar 57,61 persen. Sedangkan PAD memberikan kontribusi sebesar 13,87 persen dan lain-lain pendapatan yang sah sebesar 28,51 persen. Dana perimbangan baru diberikan pada tahun 2010, sejak saat itu kontribusi terhadap pendapatan daerah terbesar berasal dari transfer pemerintah yang berupa dana perimbangan. Dapat disimpulkan bahwa transfer pemerintah mempunyai peranan yang sangat besar terhadap pendapatan daerah pada awal pemekaran Kota Tangerang Selatan. Kondisi ini terjadi karena Kota Tangerang Selatan baru terbentuk sehingga perangkat hukum dan perangkat daerah yang tersedia belum optimal dan berdampak kurang maksimalnya pemanfaatan potensi daerah yang ada dalam rangka meningkatkan PAD. Prioritas pengeluaran daerah Kabupaten Tangerang adalah untuk belanja langsung terutama belanja modal. Sedangkan prioritas pengeluaran daerah Kota Tangerang Selatan adalah untuk belanja tidak langsung terutama belanja pegawai. Sebagai daerah otonom baru Kota Tangerang Selatan membutuhkan sumber daya manusia sebagai pelaksana pembangunan daerah. Nilai IDE Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang cenderung meningkat sebelum pemekaran dilakukan dan turun pada tahun 2009 hingga 2010, namun nilai tersebut berkisar kurang dari 1. Hal ini berarti pemekaran wilayah belum memberikan dampak positif terhadap perkembangan kemampuan keuangan daerah. Nilai IDE Pendapatan Daerah Kota Tangerang Selatan mengalami kenaikan, namun nilainya masih dbawah 1. Artinya, kemampuan keuangan daerah Kota Tangerang Selatan belum berkembang. Peningkatan PAD dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi dilakukan dengan cara meningkatkan penerimaan dan mengintensifkan kegiatan pemungutan terhadap jenis pajak yang telah ada. Intensifikasi dapat dilakukan dengan mengadakan pendataan objek dan subjek pajak, sehingga potensi yang ada dapat direalisasikan secara optimal. Sedangkan ekstensifikasi dilakukan dengan cara menggali sumber baru terhadap jenis pungutan yang ada dengan cara perluasan objek atas suatu jenis pajak dan menggali sumber yang memang baru sama sekali, artinya jenis pajak tersebut belum pernah dipungut. Dalam usaha meningkatkan PAD dengan melakukan intensifikasi pemungutan pajak dapat diawali dengan melakukan penghitungan estimasi potensi pajak yang ada di Kota Tangerang Selatan. Khususnya potensi dari Pajak Hotel dan Restoran sebagai sektor pemberi kontribusi terbesar dalam PDRB. Dalam perhitungan estimasi potensi pajak hotel dan restoran ini diambil 1 sampel hotel dan 2 sampel restoran yang ada di Kota Tangerang Selatan. Hasil perhitungan estimasi potensi pajak hotel diperoleh potensi pajak hotel lebih tinggi dari target pajak yang dibayarkan kepada pemerintah daerah. Hasil perhitungan estimasi potensi pajak restoran juga diperoleh potensi pajak restoran lebih tinggi dari target pajak yang dibayarkan kepada pemerintah daerah. Artinya, penerimaan pajak hotel dan restoran masih dapat dioptimalkan dengan menaikkan target pajak kepada hotel dan restoran. Hal penting terkait temuan ini adalah peran pemerintah daerah dalam meningkatkan daya tarik Kota Tangerang Selatan, sehingga mengundang banyak pengunjung untuk datang dan berinvestasi di Kota Tangerang Selatan. 5.3. Strategi Pengembangan Kota Tangerang Selatan 5.3.1. Struktur Input Output