Analisis Kelayakan Pemekaran PP No. 78 Tahun 2007

3.5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode nonprobability sampling dengan teknik judgement purpossive sampling dengan pertimbangan responden yang dipilih merupakan pihak yang berperan penting dalam pembangunan daerah baik sebelum dan sesudah pemekaran. Menurut Juanda 2008 teknik judgement purpossive sampling adalah prosedur yang digunakan dalam memilih contoh berdasarkan pertimbangan tentang beberapa karakteristik yang cocok berkaitan dengan anggota contoh yang diperlukan untuk menjawab tujuan penelitian.

3.6. Metode Analisis

Analisis data dilakukan dalam dua kategori, yaitu analisis deskriptif, baik secara kualitatif maupun kuantitatif pada wilayah penelitian. Kategori kedua dilakukan analisis statistika dan matematis, dengan menggunakan data kuantitatif yang tersedia. Data dan analisis kualitatif digunakan untuk mendukung hasil analisis statistika dan matematis. Metode analisis yang digunakan meliputi analisis kelayakan pemekaran PP No. 78 Tahun 2007, analisis pajak dan retribusi UU Nomor 28 Tahun 2009, analisis I-O Input-Output dan analisis deskriptif.

3.6.1. Analisis Kelayakan Pemekaran PP No. 78 Tahun 2007

Analisis ini digunakan untuk menjawab permasalahan pertama yaitu mengetahui kelayakan pemekaran Kota Tangerang Selatan dari Kabupaten Tangerang, meliputi syarat administrasi, syarat teknis, dan syarat fisik wilayah. Penilaian teknis seperti tertuang dalam PP No. 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Daerah. Syarat teknis meliputi faktor dan indikator yang menjadi dasar pembentukan daerah otonom baru yang mencakup faktor kependudukan, kemampuan ekonomi, potensi daerah, kemampuan keuangan, sosial budaya, sosial politik, luas daerah, pertahanan, keamanan, tingkat kesejahteraan masyarakat dan rentang kendali penyelenggaraan pemerintah. Tabel 2. Pembobotan PP No. 78 Tahun 2007 NO. 1 1 Kependudukan 20 1 Jumlah Penduduk 20 2 Kemampuan Ekonomi 15 2 PDRB per kapita 5 3 Pertumbuhan Ekonomi 5 4 Kontribusi PDRB 5 3 Potensi Daerah 15 5 Rasio Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank per 10.000 penduduk 2 6 Rasio kelompok pertokoan per 10.000 penduduk 1 7 Rasio pasar per 10.000 penduduk 1 8 Rasio sekolah SD per penduduk usia SD 1 9 Rasio sekolah SLTP per penduduk usia SLTP 1 10 Rasio sekolah SLTA per penduduk usia SLTA 1 11 Rasio fasilitas kesehatan per 10.000 penduduk 1 12 Rasio tenaga medis per 10.000 penduduk 1 13 Persentase rumah tangga yang mempunyai kendaraan bermotor atau perahu motor atau perahu kapal motor 1 14 Persentase pelanggan listrik terhadap jumlah rumah tangga 1 15 Rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan bermotor 1 16 Persentase pekerja yang berpendidikan minimal SLTA terhadap penduduk usia 18 tahun ke atas 1 17 Persentase penduduk yang bekerja 1 18 Rasio Pegawai Negeri Sipil terhadap penduduk 1 4 Kemampuan Keuangan 15 19 Jumlah Pendapatan Daerah Sendiri PDS 10 20 Rasio PDS terhadap PDRB 5 5 Sosial Budaya 5 21 Rasio sarana peribadatan per 10.000 penduduk 2 22 Rasio fasilitas lapangan olahraga per 10.000 penduduk 2 23 Jumlah balai pertemuan 1 6 Sosial Politik 5 24 Rasio penduduk yang ikut Pemilu lagislatif penduduk yang mempunyai hak pilih 3 25 Jumlah organisasi kemasyarakatan 2 7 Luas Daerah 5 26 Luas wilayah keseluruhan 2 27 Luas wilayah efektif yang dimanfaatkan 3 8 Pertahanan 5 28 Rasio jumlah personil aparat pertahanan terhadap luas wilayah 3 29 Karakteristik wilayah, dilihat dari sudut pandang pertahanan 2 9 Keamanan 5 30 Angka kriminalitas per 10.000 penduduk 2 31 Rasio jumlah personil aparat keamanan terhadap jumlah penduduk 3 10 Tingkat Kesejahteraan Masyarakat 5 32 Indeks Pembangunan Manusia 5 11 Rentang Kendali 5 33 Rata-rata jarak kecamatan ke pusat pemerintahan 2 34 Rata-rata waktu perjalanan dari kecamatan ke pusat pemerintahan 3 FAKTOR DAN INDIKATOR BOBOT 2 3 TOTAL 100 Penilaian indikator dilakukan dengan membandingkan nilai calon daerah otonom baru dan daerah induk dengan rata-rata seluruh daerah sekitar. Semakin tinggi nilai calon daerah otonom baru dan daerah induk apabila dimekarkan dibandingkan rata-ratanya, semakin besar skornya. Nilai skor antara 1 sampai 5, dimana: Skor 5 : jika nilainya = 0,8 rata-rata sekitar Skor 4 : jika nilainya = 0,6 rata-rata sekitar Skor 3 : jika nilainya = 0,4 rata-rata sekitar Skor 2 : jika nilainya = 0,2 rata-rata sekitar Skor 1 : jika nilainya 0,2 rata-rata sekitar Nilai indikator adalah hasil perkalian skor dan bobot masing-masing indikator. Kelulusan ditentukan oleh total nilai seluruh indikator dengan kategori sebagai berikut: a. Sangat mampu : total nilai seluruh indikator antara 420 sampai 500 b. Mampu : total nilai seluruh indikator antara 340 sampai 419 c. Kurang mampu : total nilai seluruh indikator antara 260 sampai 339 d. Tidak mampu : total nilai seluruh indikator antara 180 sampai 259 e. Sangat tidak mampu : total nilai seluruh indikator antara 100 sampai 179 Kriteria pengambilan keputusan: a. Usulan daerah otonom baru ditolak apabila calon daerah atau daerah induknya berkategori kurang mampu, tidak mampu, atau sangat tidak mampu; atau b. Ditolak jika • Jumlah nilai faktor Kependudukan 80, atau • Jumlah nilai faktor Kemampuan Ekonomi 60, atau • Jumlah nilai faktor Potensi Daerah 60, atau • Jumlah nilai faktor Kemampuan Keuangan 60

3.6.2. Analisis Deskriptif