Perkembangan Kemampuan Keuangan Kota Tangerang Selatan

proporsi sebesar 0,79 persen, dan pada tahun 2010 tidak memberikan proporsi dalam pendapatan daerah Kabupaten Tangerang. Setelah pemekaran dilakukan, Kota Tangerang Selatan mendapatkan pendapatan hibah yang memberikan proporsi dalam pendapatan sebesar 7,82 persen di tahun 2009, dan sebesar 3,42 persen pada tahun 2010. Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya pada awal pemekaran di tahun 2009 memberikan proporsi yang sangat besar dalam pendapatan daerah Kota Tangerang Selatan, lebih dari separuh pendapatan berasal dari dana bagi hasil pajak, yaitu sebesar 68,51 persen. Pada tahun 2010, dana bagi hasil pajak memberikan proporsi sebesar 19,22 persen, hal tersebut karena Kota Tangerang Selatan sudah menerima dana perimbangan sehingga mengurangi proporsi dana bagi hasil dalam pendapatan daerah. Demikian pula dengan proporsi bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya dalam pendapatan daerah Kota Tangerang Selatan, pada tahun 2009 memberikan proporsi sebesar 10,43 persen, dan pada tahun 2010 memberikan proporsi sebesar 1,57 persen.

5.2.5. Perkembangan Kemampuan Keuangan Kota Tangerang Selatan

Nilai Indeks Diversitas Entropi IDE digunakan untuk menggambarkan tingkat perkembangan sumber-sumber pendapatan daerah. Semakin tinggi nilai IDE pendapatan daerah mencerminkan semakin tinggi perkembangan sumber- sumber pendapatan daerah yang meliputi Pendapatan Asli Daerah PAD, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Perbandingan nilai IDE pendapatan daerah Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Perbandingan Nilai IDE Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan Sebelum dan Setelah Pemekaran KabupatenKota Nilai IDE Pendapatan Daerah Sebelum Pemekaran Setelah Pemekaran 2006 2007 2008 2009 2010 Tangerang 0.50 0.87 0.88 0.77 0.79 Tangerang Selatan - - - 0.39 0.95 Sumber: Data diolah 2011 Nilai IDE pendapatan daerah Kabupaten Tangerang sebelum pemekaran cenderung terus naik, dimulai dari 0,50 pada tahun 2006 meningkat menjadi 0,87 pada tahun 2007, dan naik menjadi 0,88 pada tahun 2008. Setelah pemekaran, tahun 2009 nilai IDE pendapatan daerah Kabupaten Tangerang turun menjadi 0,77, namun kembali meningkat menjadi 0,79 pada tahun 2010. Penurunan di tahun 2009 disebabkan oleh komponen pendapatan daerah Kabupaten Tangerang masih didominasi oleh dana perimbangan yang sangat besar dari pemerintah pusat, sedangkan disisi lain kontribusi PAD bagi pendapatan daerah masih sangat kecil. Namun sepertinya pemerintah Kabupaten Tangerang terus berupaya untuk menggali potensi daerahnya agar semakin memperbesar proporsi PAD daerahnya, hal itu dapat dilihat dari pertumbuhan proporsi PAD dalam pembentukkan pendapatan daerah yang cenderung meningkat terutama setelah pemekaran dilakukan. Sumber: Data diolah 2011 Gambar 26. Tingkat Perkembangan Nilai IDE Pendapatan Daerah Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan Nilai IDE pendapatan daerah Kota Tangerang Selatan setelah pemekaran cenderung terus naik, diawali dari 0,39 di tahun 2009 menjadi 0,95 pada tahun 2010. Pada awal pemekarannya, pendapatan daerah Kota Tangerang Selatan sangat dominasi oleh lain-lain pendapatan yang sah, yaitu 86,77 persen dan sisanya diperoleh dari PAD. Dana perimbangan baru diberikan pada tahun 2010 dan langsung memberikan kontribusi lebih dari separuh pendapatan daerah 57,61 persen, sisanya diperoleh dari PAD dan lain-lain pendapatan yang sah. 0,5 0,87 0,88 0,77 0,79 0,39 0,95 0,2 0,4 0,6 0,8 1 2006 2007 2008 2009 2010 N il a i I D E P D Tahun Kabupaten Tangerang Kota Tangerang Selatan Jika dibandingkan, nilai IDE pendapatan daerah Kota Tangerang tahun 2010 diatas nilai Kabupaten Tangerang. Meskipun perkembangan kemampuan keuangan induk dan daerah otonom baru menunjukkan peningkatan, nilai IDE pendapatan daerah Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan masih kurang dari 1, ini menunjukkan pemekaran wilayah belum memberikan dampak porsitif pada perkembangan kapasitas keuangan daerah. Nilai IDE ini juga mencerminkan masih besarnya ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat. Suatu daerah diharapkan mampu memenuhi kemampuan pendapatan daerahnya dari memaksimalkan pemanfaatan potensi lokal yang ada didaerah tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari besar perolehan PAD yang berasal dari pajak, retribusi, laba usaha daerah serta penerimaan lain yang sah. Setelah pemekaran, Kabupaten Tangerang dapat meningkatkan proporsi PAD dibandingkan sebelum pemekaran, meskipun proporsinya masih lebih kecil bila dibandingkan dengan proporsi dana perimbangan. Jika melihat dua titik tahun setelah pemekaran, tahun 2009 dan 2010, Kota Tangerang Selatan juga mampu meningkatkan proporsi PAD walaupun proporsi dana perimbangan masih mendominasi dalam pendapatan daerah. Hal ini karena proporsi dana perimbangan semakin membesar sejalan dengan diberlakukannya undang- undang otonomi daerah perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Menurut Agusniar 2006, secara umum PAD suatu daerah otonom sebelum dan setelah diberlakukannya undang-undang otonomi daerah dimungkinkan tidak akan banyak berubah, jika daerah hanya mengandalkan pemasukkan dari pajak. Hal ini karena pajak-pajak potensial seperti pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, dan pajak kendaraan bermotor masih dikelola oleh pemerintah pusat dan daerah hanya memperoleh bagi hasil. PAD akan dapat meningkat nyata jika daerah mampu memanfaatkan potensi daerah yang ada melalui berbagai usaha riil dalam bentuk perusahaan daerah ataupun yang lainnya.

5.2.6. Pemanfaatan Penerimaan Daerah