Menurut Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, sumber pembiayaan daerah yang utama dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi fiscal terdiri atas: a Pendapatan Asli Daerah, b Dana Perimbangan, dan c Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
2.3.1. Pendapatan Asli Daerah PAD
Pendapatan Asli Daerah PAD menurut Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pendapatan Asli Daerah PAD bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD
yang sah. Kewenangan daerah untuk memungut pajak dan retribusi diatur dengan UU Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan penyempurnaan dari UU Nomor 18
Tahun 1997 dan ditindaklanjuti peraturan pelaksanaannya dengan PP Nomor 65 Tahun 2001 tenang Pajak Daerah dan PP Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi
Daerah. Berdasarkan Undang Undang dan Peraturan Pemerintah tersebut, daerah
diberikan kewenangan untuk memungut 11 jenis pajak dan 28 jenis retribusi. Penetapan jenis pajak dan retribusi didasarkan pertimbangan bahwa jenis pajak
dan retribusi tersebut secara umum dipungut oleh hampir semua daerah dan merupakan jenis pungutan yang secara teoritis dan praktis merupakan pungutan
yang baik. Selain jenis pajak dan retribusi tersebut, daerah juga diberikan kewenangan untuk memungut jenis pajak kecuali provinsi dan retribusi lainnya
sesuai kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan dalam undang-undang. Ditinjau dari kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah, sampai saat ini distribusi
kewenangan perpajakan antara daerah dengan pusat terjadi ketimpangan yang relatif besar.
Demikian juga distribusi pajak antar daerah juga sangat timpang sekali dan bervariasi ratio PAD tinggi dengan terendah mencapai 600 kali. Peranan pajak
dalam pembiayaan daerah yang sangat rendah dan sangat bervariasi juga terjadi
karena adanya perbedaan yang cukup besar dalam jumlah penduduk, keadaan geografis berdampak pada biaya yang relatif mahal, dan kemampuan masyarakat
Saefudin, 2005. Dijelaskan lebih lanjut, bahwa ketergantungan pada transfer pemerintah
pusat yang kini mencapai sekitar 90 persen dari total pendapatan daerah kotamadya 84 persen dan kabupaten 92 persen dalam bentuk Dana Alokasi
Umum DAU dan Dana Alokasi Khusus DAK bukanlah tujuan jangka panjang. Transfer tersebut harus dipandang sebagai perangsang bagi daerah untuk
meningkatkan PAD Pendapatan Asli Daerah yang harus terus dikurangi baik melalui penciptaan sistem perpajakan baru sesuai dengan kebutuhan daerah
maupun melalui pertumbuhan ekonomi.
2.3.2. Dana Perimbangan