Pembinaan Disiplin Kerja Landasan Teori

49 berlaku sesuai dengan peraturan dan pemberian sanksi disesuaikan dengan tingkat pelanggaran yang telah dilakukan. Dalam memberikan sanksi pada pelanggaran disiplin perlu memperhati- kan prosedur yang benar sehingga tidak memengaruhi moral kerja anggota kelompok yang akan berdampak negatif selanjutnya. Sanksi yang diberikan pada pelanggar perlu kehati-hatian pemimpin agar jangan sampai merusak kepribadian seseorang maupun tatanan organisasi secara keseluruhan. Bahkan pemberian sanksi yang kurang tepat dapat menurunkan wibawa kepala sekolah. Oleh karena itu, penerapan disiplin baik preventif maupun korektif perlu dipahami kepala sekolah dari level yang paling rendah sampai level paling tinggi, sehingga terwujudnya penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Kesimpulan disiplin preventif adalah upaya yang dilakukan untuk menggerakkan tenaga kependidikan dalam mematuhi aturan-aturan yang telah digariskan oleh sekolah untuk mencegah terjadinya perilaku negatif. Sedangkan, disiplin korektif adalah upaya yang dilakukan untuk mengarahkan tenaga kependidikan dalam mematuhi peraturan yang berlaku dengan memberikan sanksi apabila melakukan pelanggaran.

2.1.12 Pembinaan Disiplin Kerja

Disiplin kerja merupakan salah satu faktor penting yang dapat memengaruhi mutu pendidikan yang ada. Dalam hal ini, dibutuhkan pemahaman mengenai disiplin kerja bagi tenaga kependidikan sehingga mempermudah upaya penerapan ketentuan di lingkungan kerja. Untuk membantu guru dalam memberikan pemahaman tentang peraturan sekolah yang ada, diperlukan adanya 50 pembinaan disiplin. User 1982 dalam Mulyasa 2006: 118-9 mengemukakan strategi umum membina disiplin yaitu: 1 konsep diri; 2 keterampilan berkomunikasi; 3 konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; 4 klarifikasi nilai; 5 latihan keefektifan pemimpin; 6 terapi realitas. Konsep diri; strategi ini menekankan bahwa konsep-konsep diri pada setiap individu merupakan faktor penting dari setiap perilaku yang dimunculkan. Dalam menumbuhkan konsep diri tersebut, kepala sekolah sebagai pemimpin disarankan supaya bersikap empatik, menerima, hangat, dan terbuka pada pegawai. Dengan begitu para pegawai dapat mengeksplorasi pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalah. Keterampilan berkomunikasi; teknik komunikasi dengan menerima semua perasaan pegawai, dapat menimbulkan kepatuhan dari dalam dirinya. Menciptakan pemahaman dan pengertian bersama melalui komunikasi akan membangun dan memelihara ikatan hubungan dengan pegawai sehingga akan tercipta hubungan yang semakin baik. Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; perilaku-perilaku yang salah dapat terjadi karena pegawai telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya. Untuk itu pemimpin disarankan untuk menunjukkan tujuan perilaku yang salah sehingga dapat membantu pegawai dalam mengatasi perilakunya. Selain hal tersebut, pemimpin dapat memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah. Klarifikasi nilai; strategi ini dapat membantu pegawai dalam menjawab pertanyaannya sendiri mengenai nilai-nilai dan membentuk nilainya sendiri. 51 Selain itu, percaya pada nilai yang melekat pada diri orang lain juga perlu untuk dipahami seseorang. Latihan keefektifan pemimpin; metode ini bertujuan untuk menghindari penggunaan metode represif dan kekuasaan, misalnya dengan memberikan ancaman melalui model komunikasi tertentu. Model komunikasi yang tepat dalam memberikan ancaman dapat menghindari ungkapan yang dapat menimbulkan kebencian pegawai terhadap pemimpin. Terapi realitas, pemimpin perlu bersikap bertanggung jawab dan bersikap positif. Dengan menunjukkan sikap tersebut dalam semua tindakan pribadi seorang pemimpin, diharapkan akan menumbuhkan kepercayaan pegawai sebagai dasar untuk melakukan tindakan yang disiplin. Lebih lanjut, Mulyasa 2009: 120 menjelaskan beberapa strategi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah dalam membina disiplin para tenaga kependidikan adalah 1 membantu tenaga kependidikan dalam mengembangkan pola perilakunya; 2 membantu para tenaga kependidikan dalam meningkatkan standar perilakunya; dan 3 melaksanakan semua aturan yang telah disepakati bersama. Aturan yang ada berlaku umum dan kepala sekolah harus berusaha menanamkan disiplin kepada semua bawahannya. Sementara menurut Barnawi 2014: 122, menyebutkan pembinaan disiplin kerja berawal dari pembuatan peraturan yang dilandasi oleh tujuan sekolah. Selanjutnya, peraturan tersebut disosialisasikan kepada para guru. Setelah proses sosialisasi selesai, dilakukan upaya pengawasan pelaksanaan peraturan. Hasil pengawasan diperiksa untuk melihat adakah kesesuaian antara 52 peraturan dengan realitas di lapangan. Apabila ada penyimpangan perilaku, diadakan pendisiplinan. Setelah, itu diadakan sosialisasi dengan cara yang lebih efektif. Dari penjelasan para ahli, dapat disimpulkan pembinaan disiplin kerja merupakan upaya yang mendorong tenaga kependidikan dalam mematuhi peraturan dengan penuh tanggung jawab, dengan pelaksanaan yang akan berlangsung secara terus menerus. Dalam pembinaan disiplin, strategi yang dapat digunakan untuk yaitu: 1 terbuka dalam menerima perasaan pegawai sehingga dapat menimbulkan kepatuhan tanpa adanya ancaman; 2 membangun komunikasi yang baik dengan pegawai dalam rangka membantu meningkatkan standar perilakunya; dan 3 pemimpin bertanggung jawab dan bersikap positif dengan mengembangkan kepercayaan terhadap pegawai.

2.2 Hubungan Antar Variabel

Penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu kedisiplinan guru Y, gaya kepemimpinan kepala sekolah X 1 , dan motivasi kerja X 2 . 2.2.1 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kedisiplinan Guru Seorang kepala sekolah harus mampu menumbuhkan disiplin diri, untuk membantu para guru dalam mengembangkan pola perilakunya dengan menggunakan aturan sebagai alat untuk menegakkan disiplin. Seperti yang diungkapkan Soelaeman 1985 dalam Mulyasa 2006: 118 mengemukakan pemimpin berfungsi sebagai pengemban ketertiban, yang patut diteladani, tetapi tidak diharapkan sikap yang otoriter. Dalam hal ini membina kedisiplinan perlu