Pembinaan Motivasi Kerja Landasan Teori

21 karena adanya rangsangan dari luar yang disebabkan oleh keinginan untuk menerima ganjaran atau menghindari hukuman. Dari pendapat-pendapat yang telah dijelaskan, maka motivasi kerja guru dapat dilihat dari tanggung jawab guru dalam pekerjaan, dorongan untuk bekerja, memiliki tujuan yang jelas dan menantang, pengakuan yang diperoleh, minat dalam bekerja, kemajuan dalam karir, dorongan untuk berprestasi, selalu memenuhi kebutuhan hidup dan kebutuhan kerjanya, senang memperoleh pujian dari apa yang dikerjakannya, penggajianhonorarium, serta bekerja dengan harapan ingin memperoleh perhatian dari teman dan atasan.

2.1.4 Pembinaan Motivasi Kerja

Pada dasarnya memotivasi kerja itu tidak lain adalah upaya pemuasan atau pemenuhan segala kebutuhan. Menurut Bowditch 1973 dalam Brotosedjati, 2011: 69-72 ada tiga model memotivasi kerja seseorang, yaitu: 1 model kekuatan dan ancaman, 2 model ekonomikmesin, dan 3 model pertumbuhan sistem terbuka. Model memotivasi kerja yang pertama adalah model kekuatan dan ancaman. Model kekuatan dan ancaman a force and corecion model ini merupakan model tertua dan sangat sederhana dalam memahami atau memandang manusia. Dengan ancaman tertentu, guru akan bekerja sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh kepala sekolah sebagai pemimpin. Bila keadaan seperti itu terus berlangsung, maka akan membuat guru-guru menjadi tertekan sehingga tidak bisa berkembang. Itu berarti dalam pembinaan motivasi yang semacam itu akan menimbulkan ketidakpuasan pada guru-guru. 22 Model memotivasi kerja yang kedua adalah model ekonomikmesin. Dalam model ekonomikmesin economicmachine model ini didasarkan pada pandangan manajemen klasik mengenai motivasi bahwa manusia hanya membutuhkan uang. Dengan kata lain, model ini memandang manusia sebagai makhluk yang bekerja semata-mata untuk mengejar uang atau kekayaan. Model memotivasi kerja yang ketiga adalah model pertumbuhan sistem terbuka. Sebagai model ketiga dalam memotivasi kerja guru adalah model pertumbuhan sistem terbuka growth-open system model. Model ini lebih menekankan bagaimana mendorong guru untuk tumbuh dan berkembang dalam kerjanya. Faktor kepuasan psikologi guru seperti prestasi dan pengakuan, merupakan faktor pendorong yang amat penting bagi guru-guru terhadap produktivitas kerja. Lebih lanjut, menurut Hasibuan 2014: 100-1 membedakan tiga model motivasi yaitu: 1 model tradisional, 2 model hubungan manusia, dan 3 model sumber daya manusia. Model motivasi yang pertama adalah model tradisional. Model tradisional mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan agar gairah bekerjanya meningkat dilakukan dengan memberikan insentif materiil kepada karyawan yang berprestasi baik. Semakin berprestasi maka semakin banyak balas jasa yang diterimanya. Jadi motivasi bawahan akan timbul karena adanya keinginan untuk mendapatkan insentif yang berupa uang atau barang saja. Model motivasi yang kedua adalah model hubungan manusia. Model hubungan manusia mengemukakan bahwa untuk memotivasi bawahan dalam 23 meningkatkan gairahnya dalam bekerja, dilakukan dengan mengakui keberadaan mereka dan membuat mereka merasa berguna atau penting. Hal tersebut menjadikan karyawan dapat kebebasan membuat keputusan dan menggunakan kreativitas dalam melakukan pekerjaannya. Jadi motivasi karyawan adalah mendapatkan kebutuhan materiil dan nonmateriil, sehingga keinginannya dalam bekerja akan meningkat. Model motivasi yang ketiga adalah model sumber daya manusia. Model sumber daya manusia mengemukakan bahwa motivasi karyawan ditimbulkan oleh banyak faktor, bukan hanya uangbarang atau keinginan akan kepuasan saja, tetapi juga kebutuhan akan pencapaian dan pekerjaan yang berarti. Dalam teori ini karyawan cenderung memperoleh kepuasan dari prestasi kerjanya yang baik. Karyawan berprestasi baik karena rasa tanggung jawab yang lebih luas untuk membuat keputusan dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan pembinaan motivasi kerja merupakan cara yang digunakan pemimpin dalam meningkatkan gairah bekerja bawahannya untuk berprestasi baik dalam pekerjaannya dengan cara memberikan ancaman, memberikan insentif materiil dan non materiil, dan memberikan kebebasan dalam mengambil sebuah keputusan sehingga mendorong guru untuk tumbuh dan berkembang dalam kerjanya. Tujuan memotivasi kerja dilakukan adalah untuk memenuhi segala kebutuhan. Secara umum seseorang akan memiliki motivasi tinggi untuk meraih atau melaksanakan sesuatu, apabila adanya peluang dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya apabila pekerjaannya terlalu sulit untuk dikerjakan, maka motivasinya 24 akan lemah karena sudah pesimis untuk meraihnya. Hal itu kemudian menjadi alasan perlunya seorang kepala sekolah sebagai pemimpin melakukan pembinaan motivasi kerja terhadap guru, supaya memiliki motivasi kerja yang tinggi.

2.1.5 Teori Motivasi