Disiplin Preventif Disiplin Korektif

46 profesional mempunyai kedisiplinan dalam melaksanakan berbagai tugas dan tanggung jawab sesuai bidang yang ditekuni. Disiplin kerja guru yang terabaikan akan menjadi budaya kerja yang buruk sehingga berakibat pada cita-cita pendidikan yang akan menjadi mimpi dan jauh dari kenyataan. Oleh karena itu, setiap organisasi perlu memiliki berbagai ketentuan yang menjadi standar untuk dipenuhi dan harus ditaati oleh para anggotanya.

2.1.11 Macam-macam Disiplin

Disiplin merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan yang harus ditaati. Terdapat dua jenis disiplin dalam organisasi, yaitu:

2.1.11.1 Disiplin Preventif

Disiplin preventif adalah suatu upaya untuk menggerakkan pegawai mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan yang telah digariskan oleh perusahaan Mangkunegara, 2013: 129. Artinya, dengan kejelasan pola sikap dan perilaku setiap anggota organisasi untuk mencegah terjadinya perilaku negatif. Dalam hal ini, anggota perlu mengetahui dan memahami semua pedoman kerja dan peraturan-peraturan yang terdapat dalam organisasi. Keberhasilan penerapan disiplin ini tergantung pada masing-masing disiplin diri dari anggota. Dengan begitu, disiplin diri pegawai diharapkan dapat meningkat yang kemudian akan lebih mudah untuk menegakkan disiplin kerja. Seperti yang diungkapkan Sinabela 2012 dalam Barnawi 2014: 115 menyatakan berbagai pakar manajemen menyarankan disiplin preventif-lah yang sebaiknya ditetapkan dalam organisasi. 47 Menurut Ambarita 2015: 149 terdapat tiga hal yang perlu mendapat perhatian manajemen dalam penerapan disiplin pribadi, yaitu: 1 Para anggota organisasi perlu didorong, agar mempunyai rasa memiliki organisasi, karena secara logika seseorang tidak akan melakukan hal-hal negatif yang menjadi miliknya; 2 para karyawan perlu diberi penjelasan tentang berbagai ketentuan yang wajib ditaati dan standar yang harus dipenuhi; 3 para karyawan didorong, menentukan sendiri cara-cara pendisiplinan diri dalam rangka ketentuan-ketentuan yang berlaku umum bagi seluruh anggota organisasi.

2.1.11.2 Disiplin Korektif

Disiplin korektif merupakan suatu upaya menggerakkan pegawai dalam menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan peraturan yang berlaku pada perusahaan Mangkunegara, 2013: 130. Pegawai yang secara nyata melakukan pelanggaran pada ketentuan- ketentuan yang berlaku, perlu dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan. Biasanya pemberian sanksi diberikan setelah meminta pertimbangan dari pimpinan yang lebih tinggi. Tujuan meminta pertimbangan ialah untuk menjaga objektivitas dan penjatuhan sanksi yang sesuai dengan bobot pelanggarannya Barnawi, 2014: 115. Pemberian sanksi atas pelanggaran yang telah dilakukan dalam disiplin korektif mestinya dilakukan secara bertahap, mulai dari yang paling ringan sampai yang terberat. Strauss dalam Ambarita 2015: 150 menyebutkan empat tahap pemberian sanksi atas pelanggaran disiplin korektif, yaitu: 1 peringatan lisan oral warning, 2 peringatan tulisan written warning, 3 disiplin pemberhentian sementara discipline layoff, dan 4 pemecatan discharge. Selain itu, sebelum pemberian sanksi sebaiknya dilakukan tiga hal sebagai berikut: 1 memberikan pemberitahuan atas kesalahan yang diperbuatnya, 2 memberikan 48 kesempatan untuk melakukan pembelaan, 3 dalam hal pemberian sanksi terberat perlu dilakukan penjelasan mengenai pengambilan keputusan seperti itu. Lebih lanjut, menurut Mangkunegara 2013: 131-2 menjelaskan pelaksanaan sanksi pelanggaran disiplin kerja yaitu dengan memberikan peringatan, harus segera, konsisten, dan impersonal. Pertama, pemberian peringatan. Pegawai yang melakukan pelanggaran terhadap disiplin kerja perlu mendapat surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga. Pemberian surat pemberitahuan bertujuan agar pegawai yang melakukan pelanggaran mengetahui dan menyadari pelanggaran yang telah dilakukan. Kedua, pemberian sanksi harus segera. Pemberian sanksi bagi pelanggar disiplin kerja harus segera diberikan sesuai dengan peraturan yang ada, agar pegawai yang bersangkutan memahami peraturan yang berlaku di suatu organisasi. Selain itu, kelalaian pemberian sanksi akan memperlemah disiplin yang telah diterapkan, yang ditakutkan akan memperbesar peluang terjadinya pelanggaran. Ketiga, pemberian sanksi harus konsisten. Ketidakonsistenan pemberian sanksi akan menimbulkan perasaan diskriminasi pegawai, ringannya sanksi, dan pengabaian disiplin yang dirasakan pegawai. Oleh sebab itu, pemberian sanksi harus dilakukan secara konsisten, agar pegawai dapat menghargai peraturan- peraturan yang ada. Keempat, pemberian sanksi harus impersonal. Pemberian sanksi tidak boleh membeda-bedakan antara pegawai yang satu dengan lainnya, sanksi yang diberikan diberlakukan sama sesuai dengan peraturan yang ada. Disiplin kerja 49 berlaku sesuai dengan peraturan dan pemberian sanksi disesuaikan dengan tingkat pelanggaran yang telah dilakukan. Dalam memberikan sanksi pada pelanggaran disiplin perlu memperhati- kan prosedur yang benar sehingga tidak memengaruhi moral kerja anggota kelompok yang akan berdampak negatif selanjutnya. Sanksi yang diberikan pada pelanggar perlu kehati-hatian pemimpin agar jangan sampai merusak kepribadian seseorang maupun tatanan organisasi secara keseluruhan. Bahkan pemberian sanksi yang kurang tepat dapat menurunkan wibawa kepala sekolah. Oleh karena itu, penerapan disiplin baik preventif maupun korektif perlu dipahami kepala sekolah dari level yang paling rendah sampai level paling tinggi, sehingga terwujudnya penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Kesimpulan disiplin preventif adalah upaya yang dilakukan untuk menggerakkan tenaga kependidikan dalam mematuhi aturan-aturan yang telah digariskan oleh sekolah untuk mencegah terjadinya perilaku negatif. Sedangkan, disiplin korektif adalah upaya yang dilakukan untuk mengarahkan tenaga kependidikan dalam mematuhi peraturan yang berlaku dengan memberikan sanksi apabila melakukan pelanggaran.

2.1.12 Pembinaan Disiplin Kerja