Teori Kepemimpinan Landasan Teori

35 Keberadaan seorang pemimpin merupakan inti dari suatu manajemen. Hal itu berarti tujuan manajemen akan tercapai apabila pemimpin melaksanakan perannya di bidang organisasi yang dipimpin. Itu sebabnya, kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan kepemimpinan agar mampu mengambil keputusan untuk meningkatkan mutu sekolah.

2.1.8 Teori Kepemimpinan

Jika ditelaah dari perkembangan teori yang muncul, terdapat banyak teori kepemimpinan untuk mengkaji masalah kepemimpinan. Ada sejumlah teori kepemimpinan yang dikemukakan Silalahi 2005 dalam Rusdiana 2015: 47-8, yaitu: 1 teori sifat; 2 teori perilaku; dan 3 teori kontingensi dan situasional Teori yang pertama adalah teori sifat. Teori sifat traits theory of leadership mengasumsikan bahwa manusia yang mewarisi sifat-sifat yang membuat mereka lebih cocok untuk menjalankan fungsi kepemimpinan Danim, 2010: 8. Pada mulanya orang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan dari keluarga yang sama atau diwarisi. Kemudian orang disadarkan bahwa pemimpin bisa berasal dari semua tingkatan sosial, bukan karena keturunan. Teori kepemimpinan ini menyatakan keberhasilan manajerial disebabkan memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa dari seorang pemimpin memiliki intelegensi, kepribadian, dan karakteristik fisik Andang, 2014: 42. Teori yang kedua adalah teori perilaku. Teori perilaku kepemimpinan behavioral theory of leadership didasari pada keyakinan bahwa pemimpin yang hebat merupakan hasil bentukan atau dapat dibentuk, bukan dilahirkan Danim, 36 2010: 8. Teori ini berfokus pada tindakan pemimpin, bukan pada kualitas mental. Orang bisa belajar menjadi pemimpin melalui pelatihan atau observasi. Lebih lanjut, Mulyasa 2006: 109 menjelaskan studi ini memfokuskan dan mengidentifikasi perilaku yang khas dari pimpinan dalam kegiatannya memengaruhi orang lain pengikut. Teori perilaku ini banyak membahas keefektifan gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh pemimpin. Meskipun sifat- sifat yang khas digunakan untuk membedakan pemimpin yang sukses dan tidak, namun banyak hasil riset yang bertentangan. Alasan tersebut diungkapkan oleh Rusdiana 2015: 47 yaitu: Alasan pertama, heterogenitas sifat-sifat unggul menambah kebingungan untuk dipahami. Kedua, nilai tes mengenai diri pemimpin tidak selalu dapat meramalkan pemimpin yang efektif, sebab sifat-sifat itu memengaruhi pengikut melalui beberapa gabungan. Ketiga, pemimpin yang efektif bergantung pada pola perilaku yang ditampilkan dan situasi yang terjadi. Teori yang ketiga adalah teori kontingensi dan situasional. Teori kontingensi contingency theory of leadership memfokuskan pada variabel tertentu yang berhubungan dengan lingkungan yang bisa menentukan gaya kepemimpinan yang paling cocok untuk situasi yang cocok pula. Sedangkan teori kepemimpinan situasional situational theory of leadership mengusulkan bahwa pemimpin memilih tindakan terbaik berdasarkan variabel situasional Danim, 2010: 8. Kedua pendekatan tersebut, menitikberatkan pada berbagai gaya kepemimpinan yang paling efektif diterapkan dalam situasi tertentu. Gaya kepemimpinan yang berbeda mungkin lebih cocok diterapkan pada situasi tertentu pula. Dengan kata lain, pemimpin harus mampu memahami perilakunya, sifat- sifat bawahannya, dan situasi sebelum menggunakan gaya kepemimpinan tertentu. 37 Dalam hal ini kepemimpinan merupakan suatu kualitas yang timbul karena adanya interaksi yang terjadi dalam situasi tertentu. Berdasarkan penjelasan para ahli, maka dapat disimpulkan: 1 teori sifat, memandang fungsi kepemimpinan hanya pantas dilakukan oleh orang yang mewarisi sifat-sifat kepemimpinan yang bukan didapatkan karena kemampuannya; 2 teori perilaku, meyakini pemimpinan yang hebat dapat dibentuk atau melalui bentukan dan memfokuskan pada perilaku yang khas dari pemimpin dalam memengaruhi orang lain; 3 teori kontingensi dan situasional, menitikberatkan penerapan gaya kepemimpinan untuk situasi tertentu. Hal yang terpenting dari seorang pemimpin adalah harus bertanggung jawab dalam menggerakkan organisasi yang dipimpinnya sehingga mampu mencapai tujuan bersama.

2.1.9 Gaya Kepemimpinan