Ragam Kriik Sastra Feminis
Kriik sastra feminis psikoanalisis mem fokuskan kajian pada tulisan-tulisan perempuan karena para feminis percaya bah wa
pembaca pe rempuan biasanya mengiden iikasikan dirinya dengan atau menem patkan dirinya pada si tokoh perempuan, sedangkan
tokoh perempuan tersebut pada umumnya merupakan cermin penciptanya. Munculnya kriik sastra feminis psikoanalisis berawal
dari penolakan para feminis terhadap teori kom pleks kastrasi Sigmund Freud Tong, 2006: 196–197. Kompleks kastrasi menurut
Freud 2006: 106 adalah kecemasan guncangan emosional yang dialami oleh anak laki-laki yang memiliki pandangan
yang salah keika melihat perbedaan alat kelaminnya dengan saudara perempuannya. Menurutnya, perempuan sebenarnya
juga memiliki penis, tetapi telah dipotong. Anggapan tersebut diperkuat oleh ancaman yang sering disampaikan oleh orang
tua akan mengebirinya atau menghukumnya karena ingkah laku seksualnya. Itulah sebabnya, dia mangalami kecemasan kastrasi.
Perbedaan alat kelamin perempuan dengan laki-laki, teelebih karena perempuan idak memiliki penis, menurut Freud
menimbulkan inferioritas perempuan, yang diisilahkann sebagai kecembu ruan anak perempuan akan penis penis envy Tong,
2006: 196. Para feminis, seperi Bety Freidan menolak teori Freud tersebut dan berargumen bahwa posisi serta keidak berdayaan
sosial perempuan terhadap laki-laki kecil hubung annya de ngan biologi pe rempuan, tetapi sangat berhu bungan dengan konstruksi
sosial atas feminisme Tong, 2006: 196.
Menurut Freidan via Tong, 2006: 196 ga gasan Freud dibentuk oleh kebudayaanya yang digambarkan sebagai “Victo rian” pengaruh
budaya Inggris yang hidup pada era Ratu Victoria, 1837–1910. Kriik
Freidan ter hadap teori Freud juga didukung oleh Firestone dan Millet Tong, 2006: 198. Menurut Firestone, bahwa pasiv itas seksual
perempuan bukanlah suatu hal yang alam iah, melainkan semata-mata karena hasil sosial dari keber gantungan isik, eko nomi, emo sional
perempuan pada laki-laki. Oleh karena itu, untuk mengakhiri opresi terhadap perem puan dan anak-anak, Firestone via Tong, 2006: 198
mengan jurkan agar manusia seha rusnya menghapuskan keluarga ini, dan bersamaan de ngan itu juga menghapuskan tabu inses yang
merupakan akar penyebab kom pleks oedipus. Sementara itu, Millet via Tong, 2006: 198 me nganggap bahwa konsep kecemburuan
terhadap penis merupakan contoh transparan dari egoisme laki-laki.
Kriik Freidan, Firestone, dan Millet ter hadap teori Freud tersebut juga didukung oleh para feminis psikoanalisis berikutnya,
seperi Alfred Adler, Karen Horney, dan Clara Thompson, yang menyakini bahwa idenitas gender, perilaku gender, serta orientasi
seksual perempuan dan laki-laki bukanlah hasil dari fakta biologis, tetapi merupakan hasil dari nilai-nilai sosial dalam struk-
tur patriarki. Oleh karena itu, perempuan se ha rusnya melawan hal tersebut Tong, 2006: 197–200. Melalui kriik sastra feminis
psiko analisis diseli diki hasrat, idenitas gen der, dan konstruksi linguisik feminis untuk mendekonstruksi heirarki gender dalam
sas tra dan masyarakat Humm, 1986: 71.
Kriik sastra feminis marxis menelii tokoh-tokoh perempuan dari sudut pandang sosialis, yaitu kelas-kelas masyarakat. Pe-
ngriik mencoba meng ungkapkan bahwa kaum perempuan yang menjadi tokoh dalam karya sastra merupakan kelas masyarakat
yang terindas Humm, 1986: 72. Dengan meng gunakan dasar teori marxis dan ideolgi kelas Karl Marx, kriik sastra feminis
Marxis akan mengideniikasi kelasisme sebagai penyebab opresi penindasan terhadap pe rempuan. Dalam hal ini penindasan
terha dap perempuan tersebut bukanlah hasil indakan sengaja dari satu indi vidu, melainkan produk dari struktur poliik, sosial,
dan ekonomi tempat individu itu hidup.
Pembagian kerja berdasarkan gender yang menempatkan perempuan dalam ranah domesik, sementara laki-laki dalam
ranah publik jelas me nim bulkan kesenjangan kelas karena sebagai pekerja di ranah publik, laki-laki akan menguasai wilayah prodiksi.
Secara ekonomi, laki-lakilah yang meng hasilkan materi, sementara perempuan, walaupun me ngeluarkan tenaga dan menggu-
nakan hampir seliruh waktunya untuk bekerja di rumah dia idak mendapatkan penghasilan. Bah kan, secara ekomoni perempuan
sebagai ibu ru mah tangga tergantung kepada laki-laki. Perempuan idak menguasai materi kepemilikan benda maupun uang karena
sebagai ibu rumah tangga dia idak mendapatkan penghasilan. Oleh karena itu, dia harus tunduk dan patuh kepada suaminya.
Hal inilah yang memungkinkan perempuan terindas.
Kriik feminis hitam blackfeminiscriicsm dan lesbian, dengan tokoh antara lain Barbara Smith, Elly Bulkin, dan Barbara Greir.
Kriik feminis hitam dan lesbian mencoba memberikan perhaian kepada pe rempuan kulit hitam dan kaum lesbian yang selama ini
dimarginalkan, ter utama dalam hubungannya dengan perempuan dan laki-laki kulit puih dan kaum heteroseksual. Kriik feminis ini
memberikan perhaian kepada keberadaan para perempuan kulit hitam dan kaum lesbian yang menjadi tokoh-tokoh dalam karya
sastra yang selama ini menjadi korban penindasan kaum laki-laki maupun perempuan, khususnya kulit puih Humm, 1986: 73.