Abidah El-Khalieqy Poligami dalam Perspekif Sastrawan Perempuan

berakhir pada perceraian. Mengenai poligami sebagai solusi dalam keadaan darurat ini pernah dikemukakan oleh M Quraish Shihab Republika, 08 Desember 2006 yang menyatakan bahwa poligami itu bukan anjuran, tetapi salah satu solusi yang diberikan kepada me- reka yang sangat membu tuhkan dan memenuhi syarat-syaratnya. Poligami mirip dengan pintu daru rat dalam pesawat terbang yang hanya boleh dibuka dalam keadaan emergency tertentu.

b. Fira Basuki

Dalam novel Biru,­ tampak adanya pandangan Fira Basuki yang menolak poligami, lebih-lebih poli gami yang dilakukan tanpa izin istri pertama. Di sam ping itu, suami idak berbuat adil. Kebencian dan dendam yang dirasakan istri pertama terhadap istri kedua dan suaminya, yang berlanjut pada per ceraian menunjukkan sikap penolakan Fira Basiki terhadap poligami. Pakik poligami yang dilakukan secara sem bunyi-sembunyi dan tanpa adanya izin dan pese tujuan dari istri pertama juga dapat diinter pretasikan bahwa pengarang idak yakin bahwa poligami dapat dila kukan secara baik-baik, asal syarat-syaratnya di penuhi. Akibat poligami yang menyebabkan kelu arga beran- takan, perceraian dan perpisahan anak-anak dengan orang tuanya juga mendukung pan dang an Fira Basuki yang menolak poligami.

c. Dewi Sarika

Dalam novel Dadaisme, tampak adanya pan dangan Dewi Sarika yang memperbolehkan, bahkan tanpa mempermasalahkan terjadinya poligami. Di samping idak mempermasalahkan poligami, dalam novel Dada­isme, Dewi Sarika juga menggambarkan tokoh- tokohnya yang dapat mencintai lebih dari satu orang hubungan perselingkuhan. Hal itu idak hanya dilakukan oleh tokoh laki- laki, Asril, tetapi juga tokoh perempuan Isabela. Meskipun sudah memiliki dua orang istri secara syah, ternyata Asril juga digambar memiliki hubungan perselingkuhan dengan bekas kekasihnya, Isabela Sarika, 2003: 148. Demikian pula Isabela, meskipun dia sudah menikah dengan Rendy, tetapi masih juga mencintai Asril. Bahkan keduanya, sering bertemu dan berkencan “Aku mencintai laki-laki ini dan aku mencintai laki-laki itu. Dan kamu sadar, betapa beratnya menjadi malaikat dan setan sekaligus,” Sarika, 2003: 126. Tokoh-tokoh yang terlibat poligami dalam Da­daisme, bahkan digambarkan dapat menikmai hidup nya dengan tanpa masalah, meskipun kedua istrinya inggal dalam satu rumah. Bila dipahami dalam perspekif feminisme, maka pandangan para sastrawan perempuan menge nai poligami dapat dijelaskan sebabagai berikut. Meskipun poligami yang digambarkan Abidah El-khalieqy me nge nai poligami dalam kedua novelnya sesuai dengan pandangan Islam, namun secara spesiik dia meman- dangan fenomena tersebut cende rung sesuai dengan pandangan feminisme radikal. Alasan poligami pada novel Geni­Jora, karena istri pertama idak dapat membe rikan keturunan sesuai dengan UUP 1974, pasal 4: istri idak dapat mela hirkan keturunan dan pasal 5: adanya persetujuan dari istriistri-istri dalam perspekif femi nisme pada merupakan bentuk pe ngung gulan kaum laki- laki dan penegasan bahwa fungsi istri dalam perkawinan adalah hanya untuk melayani suami dan menghasil kan keturunan. Ini bisa terlihat dari alasan yang dapat dipakai oleh Pengadilan Agama untuk mem beri izin suami melakukan poligami karena istri cacat badan, idak dapat menjalankan kewajibannya sebagai