Latihan dan Tugas PERJUANGAN KAUM PEREMPUAN

279

BAB XIV KETIKA AYU UTAMI DAN ABIDAH

EL KHALIEQY MEMPERSOALKAN POSISI PEREMPUAN DALAM NOVEL INDONESIA

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah membaca dan memahami uraian materi dalam bab ini, diharapkan mahasiswa memiliki pemahaman mengenai aplikasi kriik sastra feminis, khususnya dalam memahami persoalan karya-karya sastra yang mempersoalkan posisi kaum perempuan dalam konteks budaya patriarkat, dengan mengambil sampel karya Ayu Utami dan Abidah Al-Klalieqy.

B. Materi Pembelajaran

1. Pendahuluan

K riik sastra feminis, yang senaniasa menginginkan adanya relasi gender yang setara antara lain akan mengkaji masalah yang berkaitan dengan posisi kaum perempuan dalam ranah domesik dan publik dalam relasinya dengan kaum laki-laki. Berikut ini diuraikan kajian kriik sastra feminis yang mempersoalkan posisi kaum perempuan dalam karya-karya yang ditulis oleh Ayu Utami dan Abidah El-Khalieqy, yang hampir di semua karyanya secara konsisten mengandung semangat kesetaraan gender. Kajian ini termasuk aplikasi kriik sastra feminis ipe women as writer karena menganalisis karya sastrawan perempuan yang mempersoalan masalah yang berhubungan dengan idenitas perempuan. Walaupun kedua pengarangnya dikenal sebagai feminis dan karya mereka pun mengekspresikan pemikiran feminisme, namun keduanya idak dapat digolongkan dalam aliran feminisme yang sama. Ayu Utami, seperi tampak pada gagasan yang diekspresikan dalam karya-karyanya cenderung berpandangan yang sesuai dengan aliran feminisme radikal, sementara Abidah El-Khalieqy cenderung penpandangan feminisme Islam. Oleh kerena itu, untuk memahami karya kedua pengarang tersebut akan digunakan teori feminisme radikal, untuk karya Ayu Utamidan feminisme Islam untuk karya Abidah El-Khalieqy.

2. Ayu Utami dan Abidah El Khalieqy dalam Peta Sastra Indonesia

“Di sini, di kota ini, malam hari ia mengikatku pada tempat idur dan memberi aku dua pelajaran tentang cinta: Pertama. Hanya lelaki yang boleh menghampiri perempuan. Perempuan mengejar-ngejar lelaki adalah sundal. Kedua. Perempuan akan memberikan tubuhnya pada lelaki yang pantas, dan lelaki akan menghidupinya dengan hartanya. Itu namanya perkawinan… Utami, 2003:120.