Cara Kerja Kriik Sastra Feminis

perempuan atau gambaran mengenai tokoh-tokoh perempuan dalam relasinya dengan laki-laki dalam karya sastra, atau mengenai bagaimana tokoh-tokoh perempuan menghadapi masalah dalam kehidupannya di masyarakat misalnya masalah pendidikan, sosial, budaya, poliik, kesehatan, lingkungan, hukum, ketenagakerjaan, dan sebagainya. c. Melakukan kajian pustaka untuk memahami sejumlah konsep teoreik yang berhubungan dengan fokus masalah yang akan dipahami dianalisis dan tulisan kriikus maupun penelii sebelumnya yang membahas masalah yang sama atau mirip. Kajian terhadap konsep teoreik akan membantu kita memahami masalah yang akan dianalisis, sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Sementara, kajian terhadap tulisan kriikus maupun penelii sebelumnya yang membahas masalah yang sama atau mirip akan menjamin bahwa analisis yang kita lakukan bersifat orisinal, bukan duplikasi, ataupun plagiat dari tulisan sebelumnya. d. Mengumpulkan data primer maupun sekunder yang relevan dengan fokus masalah yang akan dianalisis. Data primer berasal dari karya sastra dan pengarang yang karyanya akan dianalisis, sementara data sekunder berasal dari berbagai sumber informasi buku referensi, arikel, laporan peneliian, maupun hasil pengamatan langsung di lapangan yang relevan dengan masalah yang akan dianalisis. e. Menganalisis data dengan menggunakan perspekif kriik sastra feminis. Dalam hal ini dapat dipilih ragam kriik sastra feminis yang sesuai dengan masalah yang akan dianalisis. f. Menginterpretasikan dan memberikan penilaian terhadap hasil peneliian sesuai dengan agam kriik sastra feminis yang dipilih. g. Menuliskan laporan kriik sastra dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan media yang akan dipilih untuk mempublikasikan. Ragam bahasa Indonesia baku akan dipilih keika tulisan akan dipublikasikan ke terbitan ilmiah berkala jurnal, sementara ragam bahasa Indonesia ilmiah populer dipilih keika tulisan akan dipublikasikan ke media massa seperi surat kabar.

2. Penerapan Kriik Sastra Feminis ter hadap No vel-novel Indonesia

Dengan menggambil fokus masalah citraan perlawanan simbolis terhadap hege moni patriarkat dalam bidang pendidikan dan peran perempuan di ranah publik dalam novel-novel Indonesia, maka dapat dikemu kakan sejumlah hal yang dianggap sebagai latar belakang, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Latar Belakang Masalah

Salah satu isu awal yang mengemuka dalam perjuangan para feminis Indonesia adalah isu pen ingnya pendidikan bagi pe- rempuan dan membe rikan peran pada perempuan untuk bekerja di ranah publik. Hal ini karena dalam masyarakat dengan sistem patriarkat perempuan dianggap sebagai makh luk domesik, yang harus inggal di rumah dan melakukan pekerjaan-pekerjaan domesik Fakih, 2006. Dalam sejarah Indonesia, isu ini pulalah yang mendorong perjuangan Karini, seperi tampak dari surat- suratnya kepada para sahabatnya di Belanda Habis­ Gelap­ Terbitlah­Terang,­Abendanon, 1979, dilanjutkan oleh Dewi Sarika yang mendirikan seko lah khusus bagi perempuan di Jawa Barat, dan organisasi perempuan yang tumbuh berikutnya Mul ja na, 2008: 307–313. Berdasarkan observasi awal terhadap se jumlah novel Indonesia, tampak bahwa isu peningnya pen di dikan bagai kaum perem puan dan peran perem puan dalam pekerjaan di ranah publik telah digam barkan dalam novel Sii­Nurbaya Rusli, 1922, Kehi­langan­Mesika­Hamidah, 1935, Layar­Ter­kembang Alisya- bana, 1936, Beleng­gu Pane, 1940, Manusia­ Bebas Djojo- puspito, 1944, Widya­wai Purbani, 1948, Burung-burung­ Manyar Mangunwijaya, 1981, Saman Utami, 1999, Geni Jora El-Khalieqy, 2004, dan Putri 2004 karya Putu Wijaya. Dengan mengangkat isu peningnya pendi dikan dan peran publik perempuan, sejumlah novel tersebut dianggap telah mencoba melawan atau mengriisi kultur patriarkat yang memar- ginalisasikan perem puan dalam tradisi pingitan dan domes ikasi. Peneliian ini akan mengung kapkan bagai mana ideo logi kesetaraan gender yang diusung oleh novel-novel tersebut dipandang sebagai bentuk per lawanan simbolis terha dap sistem sosial budaya patriarkat yang memarginalkan perempuan di bidang pendi dikan dan pekerjaan di ranah publik. Perkembangan paradigma ilmu-ilmu sosial, budaya, dan pendidikan dalam men ja wab perma salahan yang terjadi dalam masyarakat akhir-akhir ini, idak terlepas dari isu gender­ mainstreaming, yang meru pakan gema pemikiran dan gerakan femi nisme di Indonesia. Secara yuridis formal, pemerintah