Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

5 membangun pergaulan yang sistematis untuk mempersiapkan peserta didik dalam pergaulan di masyarakat untuk menghadapi situasi kehidupan yang serba dinamis. Prof. Langeveld dalam Fuad Ihsan, 2003: 13 menekankan bahwa pergaulan itu merupakan “paedagogische gepreformeerd veld”, artinya pergaulan itu merupakan lapangan pendahuluan dari pendidikan. Pemerintah mempersiapkan strategi yang sudah mulai diterapkan pada pendidikan dasar yakni dalam UU RI NOMOR 21989 dalam Sisdiknas yaitu: “Isi kurikulum pendidikan dasar memuat sekurang-kurangnya bahan kajian dan pelajaran tentang: 1 Pendidikan pancasila, 2 Pendidikan agama, 3 Pendidikan kewarganegaraan, 4 Bahasa indonesia, 5 Membaca dan menulis, 6 Matematika termasuk berhitung, 7 Pengantar sains dan teknologi, 8 Ilmu bumi, 9 Sejarah nasional dan sejarah umum, 10 Kerajinan tangan dan kesenian, 11 Pendidikan jasmani dan kesehatan, 12 Menggamb ar, serta 13 Bahasa Inggris”. Sejumlah mata pelajaran tersebut menjadi bagian dari kurikulum yang menjembatani ketercapaian tujuan pendidikan nasional kepada peserta didik salah satunya adalah mata pelajaran Bahasa Inggris. Seperti yang diungkapkan oleh Hisbullah 2007: 21, bahwa kurikulum adalah keseluruhan program, fasilitas, dan kegiatan suatu lembaga pendidikan atau pelatihan untuk mewujudkan visi dan misi lembaganya. Seiring berkembangnya zaman menuju era yang semakin terbuka, visi dan misi lembaga dalam hal ini negara Indonesia turut mengalami dinamisasi. Hal ini pun mempengaruhi dinamika kurikulum. Berkaitan dengan itu, sistem pendidikan di Indonesia telah mengalami beberapa perubahan kurikulum sejak masa kemerdekaan yakni pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004 KBK, 2006 KTSP, dan 2013 Kurikulum 2013. 6 Kebijakan adanya pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar SD sebagai salah satu jabaran visi untuk dapat andil dalam dunia internasional akan menjadi faktor pendorong bagi peserta didik baik dalam menempuh jenjang pendidikan lebih tinggi maupun mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi kehidupan di masa mendatang. Dengan adanya peralihan kurikulum dari KTSP menjadi Kurikulum 2013, beberapa mata pelajaran yang disampaikan di SD mencakup Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya dan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Kemendikbud, 2012: 62-63. Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran Bahasa Inggris bukan menjadi kompetensi inti yang ingin di capai di jenjang pendidikan dasar namun diberikan kebebasan kepada satuan pendidikan berdasarkan kemampuan dan kebutuhan untuk tetap menyampaikan Bahasa Inggris melalui kegiatan ekstrakurikuler. Kedudukan Bahasa Inggris dalam Kurikulum 2013 ini berpengaruh terhadap kurikulum termasuk acuan kompetensi yang harus diambil sehingga inisiatif dan kreativitas guru akan sangat menentukan keberlangsungan dan keberhasilan kegiatan ekstrakurikuler Bahasa Inggris. Secara lebih spesifik, implementasi kegiatan ekstrakurikuler dalam Kurikulum 2013 telah diatur dalam Permendiknas Nomor 62 Tahun 2014 Pasal 2 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Program ekstrakurikuler termasuk ekstrakurikuler Bahasa Inggris dapat dikembangkan di satuan pendidikan sesuai dengan kondisi, kebutuhan, 7 kemampuan, dan kesadaran akan tantangan globalisasi di samping juga memanfaatkan potensi lokal masyarakat yang dimilikinya. Pergaulan atau interaksi dalam pendidikan formal yaitu sekolah dapat dikembangkan secara lebih luas dengan melibatkan masyarakat sekitar. Potensi yang dimiliki masyarakat akan dapat dimanfaatkan untuk membekali peserta didik dalam menghadapi realita di masa mendatang sehingga kesinambungan dan keterkaitan potensi-potensi tersebut akan semakin menyempurnakan proses pendidikan sebagai pembentukan manusia seutuhnya. Fungsi tersebut dapat terlihat dalam masyarakat-masyarakat yang memiliki karakteristik yang menonjol. Salah satunya adalah Kampung Turis yang merupakan sebuah perkampungan bagi turis mancanegara di kawasan Prawirotaman, Kota Yogyakarta. Keberadaan Kampung Turis telah mampu mendorong sektor pariwisata yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, Kampung Turis memiliki potensi lain yang berpengaruh terhadap lembaga-lembaga pendidikan formal di sekitarnya baik untuk membentuk sistem maupun elemen-elemennnya yang lebih kecil seperti pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Menurut Fuad Ihsan 2003: 101 masyarakat memiliki beberapa pengaruh terhadap sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yaitu: 1 sebagai arah dalam menentukan tujuan, 2 sebagai masukan dalam menentukan proses belajar mengajar, 3 sebagai sumber belajar, 4 sebagai pemberi dana dan fasilitas lainnya, dan 5 sebagai laboratorium guna pengembangan dan penelitian sekolah. Kampung Turis yang menyediakan 8 potensi sumber daya manusia yaitu para turis dapat memberikan peluang besar bagi sekolah dalam penyediaan sumber belajar maupun laboratorium sekolah. Hal tersebut dapat mempengaruhi penentuan kebutuhan yang dijabarkan dalam berbagai bentuk kebijakan. Sejalan dengan pernyataan Made Pidarta 2004: 184 bahwa salah satu manfaat dari hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat bagi lembaga pendidikan adalah memudahkan pemanfaatan nara sumber. Hal ini dikuatkan oleh Tanner Lackney 2006: 18 yang berpendapat bahwa pengaruh utama dalam pengembangan masyarakat sekolah adalah, “. . . . . that advocated community schools that center the curriculum around the lives of students while involving members of the community as educational resources”. Upaya mendorong warga sekolah yang menjadi pusat kurikulum di lingkungan sekitar siswa dapat dilakukan dengan mengikutsertakan anggota masyarakat sekitar sebagai sumber belajar. Beberapa pertimbangan inilah yang mendasari beberapa sekolah untuk menjadikan Bahasa Inggris sebagai ekstrakurikuler. Salah satunya adalah SD Negeri Timuran yang berlokasi di Kampung Turis. Di sepanjang komplek Kampung Turis Prawirotaman, terdapat dua sekolah dasar yakni SD Negeri Prawirotaman dan SD Negeri Timuran. Akan tetapi peneliti lebih memilih menjadikan SD N Timuran sebagai subjek penelitian karena memiliki akreditasi yang lebih baik, fasilitas yang lebih memadai, dan keberlangsungan pembelajaran Bahasa Inggris yang sudah terlaksana sebelum Kurikulum 2013 lahir. Kepala Sekolah SD Negeri Timuran Wawancara, 17 Maret 2014 9 menyebutkan bahwa kebijakan ini diambil mengingat letak SD Negeri Timuran yang berada di lingkungan Kampung Turis Prawirotaman Kota Yogyakarta yang menjadi salah satu potensi lokal unggulan yang unik serta dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang efektif meskipun masyarakat belum dilibatkan secara optimal dalam pembelajaran Hasil wawancara tersaji dalam lampiran 1 hal. 149. Berdasarkan pada latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana sekolah mengimplementasikan pembelajaran E kstrakurikuler Bahasa Inggris melalui judul “Implementasi Pembelajaran Ekstrakurikuler Bahasa Inggris di SD Negeri Timuran, Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, beberapa masalah yang ditemukan adalah sebagai berikut: 1. Kurikulum 2013 tidak memasukkan mata pelajaran Bahasa Inggris ke dalam jajaran intrakurikuler sehingga berpengaruh terhadap acuan pembelajaran Bahasa Inggris yang tidak dirumuskan secara jelas. 2. SD Negeri Timuran Yogyakarta mengimplementasikan ekstrakurikuler Bahasa Inggris namun belum mengoptimalkan potensi sumber daya manusia di Kampung Turis sebagai sumber belajar dan laboratorium pembelajaran. 10

C. Fokus Masalah

Melihat luasnya permasalahan mengenai Pembelajaran Bahasa Inggris yang diuraikan di atas, fokus penelitian ini yaitu pada Implementasi Pembelajaran Ekstrakurikuler Bahasa Inggris di SD Negeri Timuran Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana implementasi pembelajaran ekstrakurikuler Bahasa Inggris di SD Negeri Timuran Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang disebutkan sebelumnya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Implementasi Pembelajaran Ekstrakurikuler Bahasa Inggris di SD Negeri Timuran Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, manfaat penelitian ini adalah: 1. Secara Teoritis Menambah wawasan dan data empiris serta masukan dalam rangka meningkatkan pembelajaran Bahasa Inggris sesuai dengan teori pembelajaran Bahasa Inggris dan visi-misi sekolah. 11 2. Secara Praktis a. Bagi Pemerintah Terkait Menyusun kebijakan khusus mengenai optimalisasi lingkungan Kampung Turis terhadap pembelajaran di lembaga pendidikan formal di sekitarnya. b. Bagi Sekolah 1 Memberikan gambaran Implementasi Pembelajaran Ekstrakurikuler Bahasa Inggris yang telah dilakukan di sekolah. 2 Memberikan informasi mengenai ketersediaan potensi lokal yang menunjang pembelajaran Bahasa Inggris. 3 Meningkatkan kesadaran bagi sekolah untuk mengoptimalkan potensi masyarakat sekitar lingkungan sekolah dalam menentukan kebijakan dan program terutama dalam Implementasi Pembelajaran Ekstrakurikuler Bahasa Inggris. c. Bagi Guru 1 Memberikan gambaran mengenai Implementasi Pembelajaran Ekstrakurikuler Bahasa Inggris yang telah dilaksanakan di kelas. 2 Meningkatkan refleksi untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran berdasarkan ketersediaan potensi masyarakat. 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran menjadi aktivitas pokok dalam hubungan dan interaksi antara pendidik dan peserta didik. Pembelajaran juga merupakan salah satu komponen pendidikan sebagaimana dijelaskan dalam Educational for All Global Monitoring Report 2005 dalam Suparlan, 2011: 22-24 yakni meliputi: a peserta didik learner, b masukan raw input, c pengajaran dan pembelajaran teaching and learning, d lingkungan atau konteks context, dan e hasil pendidikan outcomes. Lebih lanjut Gagne dalam Wina Sanjaya, 2006: 78 memperinci ruang lingkup pembelajaran bahwa, “instruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is facilitated” yang artinya pembelajaran adalah serangkaian kejadian yang mempengaruhi pembelajar melalui cara-cara yang pembelajaran itu dapat terfasilitasi. Istilah instruction yang digunakan mengarah kepada kegiatan-kegiatan yang menyusun pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas dengan melibatkan pendidik guru dan peserta didik. Sugihartono, dkk 2007: 81 menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat 13 melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal. Pengertian tersebut masih memperlihatkan kecenderungan interaksi satu arah yakni siswa sebagai objek pembelajaran. Veithzal Rivai Sylviana Murni 2012: 107 menyatakan bahwa pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan murid. Pembelajaran menjadi suatu proses untuk mengoptimalkan kedudukan siswa sebagai subjek belajar melalui stimulus yang diberikan oleh guru sehingga dalam pembelajaran, guru tidak semata-mata berperan utama. Menurut Asep Herry Hernawan, et. al 2009: 9. 4, pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa, maupun antara siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini pula yang dinyatakan oleh Syaiful Sagala 2006: 61, bahwa pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Pembelajaran seyogyanya merupakan proses yang lebih menyediakan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dan bukan guru yang menjadi aktor tetapi sebagai fasilitator. Dalam Permendikbud Nomor 81A Tahun 2014 Tentang Pedoman Umum Pembelajaran disebutkan bahwa, “pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untu hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, dan berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia ”.