Kelembagaan Petani Pemakai Air

pemakai air pengairan yang telah mereka sepakati bersama pada musyawarah di antara mereka. e. Mewujudkan peransertanya kepada pemerintah melaksanakan kewajiban- kewajiban pemerintah dalam rangka kegiatan yang menyangkut persoalan- persoalan pengairan dan pertanian.

2.5 Pengenaan Iuran Pengelolaan Irigasi

Pengambilan keputusan untuk pengenaan iuran pengelolaan irigasi dilakukan berdasarkan musyawarah antar anggota P3A, dimana keputusan tersebut setelah mempertimbangkan dana yang dipergunakan untuk biaya OP. Menurut Soediro dalam Ambler 1992, secara teknis pengawasan atau pengelolaan terhadap jaringan irigasi diatur sebagai berikut: a. Jaringan primer dan sekunder dilakukan oleh aparat Pemerintah Daerah tingkat I, dimana dahulu oleh Dinas Pengairan dengan perangkatnya. b. Jaringan tersier diserahkan kepada petani pemakai air. Apabila dalam suatu wilayah terdapat jaringan irigasi Desa atau Subak maka jaringan-jaringan ini juga diurus oleh Desa atau Subak petani pemakai air yang berasal dari wilayah jaringan irigasi yang bersangkutan.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian sebelumnya tentang air irigasi telah banyak dilakukan mulai dari penentuan tarif untuk peningkatan usahatani sampai kemampuan petani untuk membayar IPAIR. Besarnya tarif yang dikenakan untuk air irigasi yang digunakan petani tergantung pada jumlah luas areal sawah yang dimiliki dan besarnya kemampuan petani dalam membayar iuran air tersebut. Penelitian Andriyani 2002 menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan petani dalam membayar IPAIR adalah pendapatan usahatani, beban tanggungan, pendapatan non irigasi, pengeluaran keluarga petani, lama pendidikan dan umur. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani adalah luas lahan, produksi, pengalaman berusahatani dan komoditas yang diusahakan. Faktor pendapatan usahatani, pendapatan non irigasi dan pengeluaran keluarga berpengaruh sangat nyata teradap kemampuan petani membayar IPAIR pada taraf kepercayaan α=0,05 hingga α=0,01. Pengaruh koefisien regresi pendapatan usahatani dan pendapatan non irigasi sesuai dengan harapan, yaitu berpengaruh positif berarti semakin besar pendapatan usahatani dan pendapatan non irigasi maka semakin besar pula kemampuan petani dalam membayar IPAIR. Koefisien regresi pengeluaran keluarga berpengaruh negatif artinya semakin besar pengeluaran keluarga maka kemampuan petani membayar iuran semakin kecil. Faktor beban tanggungan berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan α = 0,05, koefisien ini berpengaruh negatif yang berarti bahwa jika beban tanggungan petani bertambah maka kemampuan petani membayar iuran semakin kecil. Peubah produksi penerimaan usahatani, pengeluaran usahatani dan komoditas yang diusahakan berpengaruh tidak langsung terhadap kemampuan petani untuk membayar iuran, karena peubah tersebut berpengaruh nyata pada pendapatan usahatani. Dalam penelitian Aji 2005, menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan atau ketidaksediaan petani dalam membayar iuran pengelolaan irigasi secara positif adalah tingkat pelayanan irigasi, peranserta petani dalam operasi dan pemeliharaan OP irigasi, umur petani serta tingkat pendidikan petani. Berdasarkan empat variabel yang berpengaruh tersebut, variabel tingkat pelayanan irigasi yang memiliki peluang terbesar petani bersedia membayar iuran irigasi dilihat dari odd rationya dibandingkan dengan variabel- variabel lainnya, disamping mempunyai pengaruh kuat dalam petani mengambil keputusan dilihat dari taraf nyatanya. Kondisi demikian wajar terjadi karena dengan adanya pelayanan irigasi yang baik, petani merasa aman terhadap perolehan input. Jaminan perolehan input akan berdampak pada tingkat produksi dan pendapatan petani. Berdasarkan nilai tengah WTP maka diperoleh bahwa faktor yang mempengaruhi WTP petani terhadap peningkatan pelayanan irigasi secara negatif adalah kepercayaan petani terhadap P3A dan pengalaman berusahatani, sedangkan secara posiif dipengaruhi oleh tanggungan keluarga, dan umur petani. Kepercayaan terhadap P3A yang tumbuh cenderung menyebabkan menurunnya nilai WTP petani. Kondisi ini terjadi karena menurut petani kinerja pengurus P3A semakin menurun dan ada sebagian petani yang belum merasakan transparasi dana dari iuran irigasi. Penelitian Siwi 2006 menyatakan pola tanam dan intensitas tanam berpengaruh pada tingkat produksi padi dimana pada daerah hulu dan tengah rata- rata produksi padi dalam setahun lebih besar daripada daerah hilir. Hasil penelitian kontribusi penggunaan air irigasi water rent menggunakan analisis