Kelebihan dan Kelemahan Contingent Valuation Method CVM

5. Hypothetical bias yang muncul karena adanya masalah yang potensial terjadi pada kondisi pasar atau kenyataan yang tidak riil. Untuk memanfaatkan atau menikmati barang-barang publik, kesediaan membayar sering dipengaruhi oleh anggapan subyek bahwa mereka berhak menikmati barang-barang tersebut secara gratis karena merupakan anugerah Tuhan. Subyek mungkin tidak menanggapi proses survei dengan serius dan jawaban yang mereka berikan cenderung tidak memenuhi pernyataan yang diajukan. Solusi: desain dari alat survei sedemikian hingga memaksimisasi “realitas” dari situasi yang akan diuji dengan memberikan penjelasan kepada responden tentang pilihan-pilihan yang tersedia dengan berbagai konsekuensinya.

3.1.4 Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Pay WTP dari Petani

Dalam pelaksanaan pengumpulan nilai WTP dari masing-masing responden petani diperlukan asumsi sebagai berikut: 1. Responden mengenal dengan baik sistem irigasi yang ada di lokasi penelitian. 2. Pemerintah DaerahProvinsi setempat memberikan perhatian pada operasi dan pemeliharan jaringan irigasi di lokasi penelitian. 3. Responden dipilih secara random dari petani yang relevan.

3.1.5 Skenario dan Pertanyaan yang Relevan terhadap Skenario Skenario

Jika Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengeluarkan suatu kebijakan dalam pengelolaan jaringan irigasi di Daerah Irigasi Klambu Kanan Wilalung dengan tujuan meningkatkan pelayanan irigasi agar air yang masuk ke sawah sesuai dengan kebutuhan tanaman. Adapun kebijakan tersebut adalah rehabilitas terhadap jaringan irigasi yang rusak. Dengan demikian, diperlukan partisipasi masyarakat petani dalam menjaga dan memelihara jaringan irigasi tersebut, khususnya jaringan irigasi tersier. Selain itu, adanya keterbatasan dana yang ada di P3A dalam pemeliharaan jaringan irigasi, maka para petani pemakai air dikenakan iuran pengelolaan irigasi untuk membiayai pelaksaan operasi dan pemeliharaan OP irigasi. Besarnya iuran yang pantas diberlakukan akan ditanyakan kepada responden mengenai WTP petani terhadap pelaksanaan OP. Di sisi lain, responden ditanyakan pula tentang kesdiaan mereka untuk mengikuti kebijakan tersebut melalui kegiatan-kegiatan OP jaringan irigasi yang telah dimusyawarahkan dalam P3A. Apakah mereka akan menjawab “YaTidak” terhadap keputusan musyawarah P3A tersebut. Pertanyaan yang Menyangkut Skenario Seandainya kebijakan pemerintah provinsi mengenai rehabilitas jaringan irigasi benar-benar dilaksanakan, maka responden akan ditanyakan maksimum kesediaan mereka untuk membayar iuran pengelolaan irigasi dan mengikuti kegiatan-kegiatan operasi dan pemeliharaan irigasi sebagai bentuk partisipasi mereka sebagaimana yang dirumuskan di bawah ini: “Bersedia atau tidakkah BapakIbuSaudarai untuk berpartisipasi dalam operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi di Daerah Irigasi Klambu Kanan Wilalung khususnya jaringan irigasi tersier dengan cara membayar iuran pengelolaan irigasi dan mengikuti kegiatan-kegiatan operasi dan pemeliharaan OP irigasi?”

3.1.6 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran dan perumusan masalah penelitian, dapat dikembangkan hipotesis penelitian, yaitu: 1. Diduga pilihan masyarakat untuk bersedia membayar iuran pengelolaan irigasi dipengaruhi secara positif oleh faktor umur, tingkat pendidikan, pengetahuan tentang iuran, tingkat pelayanan irigasi, peranserta dalam OP irigasi, dan kepercayaan terhadap P3A. 2. Diduga tingkat WTP petani terhadap iuran pengelolaan irigasi dipengaruhi secara positif oleh faktor umur, tingkat pendidikan, pengetahuan tentang iuran, tingkat pelayanan irigasi, peranserta dalam OP irigasi, kepercayaan terhadap P3A, pengalaman berusahatani, keuntungan bersih usahatani, dan luas lahan garapan, sedangkan secara negatif dipengaruhi oleh tanggungan keluarga.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Dalam rangka meningkatkan hasil produksi pertanian khususnya tanaman padi, hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara untuk mengupayakan agar jaringan irigasi yang telah dibangun tetap berfungsi dengan baik mengingat bahwa air irigasi sangat diperlukan dalam musim penanaman dan pertumbuhan tanaman padi itu sendiri sehingga air yang dialirkan masuk ke petak-petak sawah dapat lancar dan sesuai dengan kebutuhan tanaman tanpa adanya petak sawah yang mengalami kekurangan air. Pada kenyataannya, saat ini sebagian jaringan irigasi mengalami kerusakan, baik akibat faktor alam, usia bangunan, atau ulah manusia. Oleh karena itu, pemerintah berusaha untuk merehabilitasi jaringan irigasi yang rusak tersebut. Upaya rehabilitasi tersebut tidak akan berhasil jika