Faktor-faktor yang Memepengaruhi WTP Petani terhadap Peningkatan Pelayanan Irigasi

pendidikan maka tingkat WTP petani turun sebesar Rp 1683,6. Ini terjadi karena petani yang mempunyai pendidikan lebih rendah cenderung untuk setuju dengan iuran irigasi yang telah ditetapkan. Hal ini berbeda dengan petani yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi, karena mereka akan mempunyai pola berpikir yang lebih baik dalam meningkatkan produksi padi sehingga mereka lebih mengetahui bagaimana cara mengatur air agar mencukupi kebutuhan tanaman dan jaringan yang ada harus berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, untuk mencukupi kebutuhan tanaman dan agar jaringan yang ada dapat berfungsi dengan baik maka petani yang mempunyai pendidikan lebih rendah membayar iuran pengelolaan irigasi untuk meningkatkan produksi dibandingkan petani yang mempunyai pendidikan tinggi. Variabel pendapatan berpengaruh nyata pada α = 10 persen dengan arah negatif, berarti semakin besar keuntungan yang diperoleh petani maka petani akan memperkecil tingkat WTPnya sebesar Rp 31,24. Ini terjadi karena petani yang mempunyai pendapatan lebih rendah lebih mempunyai kesadaran untuk membayar iuran pengelolaan irigasi untuk meningkatkan produksi dibandingkan petani yang mempunyai pendapatan tinggi. Variabel lain yang berpengaruh nyata adalah variabel luas lahan garapan berpengaruh nyata pada α = 10 persen dengan arah positif. Hal ini berarti semakin besar luas lahan petani maka petani cenderung memperbesar tingkat WTPnya. Artinya, jika luas lahan garapan petani meningkat satu satuan kotak, maka tingkat WTP meningkat sebesar Rp 23.335.

7.4 Nilai WTP

Sampel yang digunakan untuk tujuan analisis kesediaan membayar WTP adalah responden yang memilih bersedia membayar iuran pengelolaan irigasi yaitu sebanyak 35 petani 77,78 persen dari total responden 45 petani. Untuk menganalisis WTP dalam penelitian ini digunakan Contingent Valuation Method CVM. Hasil pelaksanaan lima langkah CVM adalah sebagai berikut: 1. Membuat Hipotesis Pasar Berdasarkan pernyataan tentang kondisi jaringan irigasi saat ini serta dibandingkan dengan tingkat pelayanan bila dilakukan peningkatan kualitas jaringan irigasi oleh P3A Karunia Tani, maka responden memperoleh gambaran tentang situasi pasar hipotetik pelayanan irigasi. 2. Memperoleh Nilai Lelang Bids Berdasarkan pertanyaan dan interval harga yang ditawarkan dalam kuesioner, maka diperoleh pilihan responden terhadap tawaran nilai berupa sejumlah uang yang bersedia dibayarkan WTP petani terhadap iuran pengelolaan irigasi di atas iuran irigasi yang berlaku saat ini. Menurut hasil perhitungan statistik, diperoleh rata-rata nilai tengah WTP sampel per kotak lahan adalah Rp 6.179kotak atau setara dengan Rp 44.136hektar untuk MT I dan Rp 10.786kotak atau setara dengan Rp 77.043hektar untuk MT II. Nilai ini menjelaskan bahwa petani mampu membayar iuran maksimum sebesar Rp 6.179kotak atau setara dengan Rp 44.136hektar untuk MT I sedangkan MT II sebesar Rp 10.786kotak atau setara dengan Rp 77.043hektar, dimana pada musim tanam tersebut petani menanam padi dan membutuhkan banyak air. Nilai-nilai tersebut berada di atas iuran pengelolaan irigasi yang berlaku saat ini. 3. Menghitung Rataan WTP Rataan WTP EWTP dihitung dengan rumus 3 berdasarkan data distribusi WTP sampel seperti pada Tabel 21. Tabel 21. Distribusi WTP Sampel di Atas Iuran Irigasi yang Berlaku Saat Ini No. Kelas WTP Rpkotak Frekuensi orang Persentase EWTP Rpkotak Musim Tanam I 1. 2.500 – 4.999 4 11,43 286 2. 5.000 – 7.499 28 80 4.000 3. 7.500 – 10.000 3 8,57 643 Jumlah Sampel 35 100,0 4.929 Musim Tanam II 1. 5.000 – 9.999 13 37,14 1.857 2. 10.000 – 14.999 21 60 6.000 3. 15.000 – 20.000 1 2,86 429 Jumlah Sampel 35 100,0 8.286 Total Satu Tahun 13.215 Ket : EWTP = persentase x kelas bawah nilai WTP Satu kotak = 1.400 m 2 Berdasarkan Tabel 21, maka dapat diketahui bahwa persentase terbesar WTP responden berada pada kelas Rp 5.000 – Rp 7.499 untuk per kotaknya pada MT I, sedangkan pada MT II berada pada kelas WTP Rp 10.000 – Rp 14.999 per kotak. Berdasarkan hasil olahan Tabel 23, maka diperoleh dugaan rataan WTP EWTP sampel sebesar Rp 4.929kotak atau Rp 35.207hektar untuk musim tanam padi MT I September-Januari, sedangkan Rp 8.286kotak atau Rp 59.186hektar untuk musim tanam padi MT II Februari-Juni sehingga total EWTP dalam satu tahun sebesar Rp 13.215kotaktahun atau Rp 94.393hektartahun. Nilai tersebut ternyata berada di atas nilai iuran pengelolaan irigasi yang diterapkan pada saat ini, dimana untuk MT I dan MT II dikenakan iuran sebesar Rp 50.000orangtahun. 4. Total WTP WTP agregat atau total WTP TWTP petani pemakai air untuk setiap hektar lahan sawah ditentukan dengan menggunakan rumus 4. Tabel 22. WTP Agregat TWTP Petani Pemakai Air No. Kelas WTP Rpkotak Sampel orang Luas Lahan Petani Sampel a kotak Luas Lahan Populasi b kotak Jumlah c RpMT Musim Tanam I 1. 2.500 – 4.999 4 6 10,8 40.500 2. 5.000 – 7.499 28 112,2 202,2 1.263.750 3. 7.500 – 10.000 3 11,5 20,7 181.125 Total MT I 35 129,7 233,7 1.485.375 Musim Tanam II 1. 5.000 – 9.999 13 48,9 88,1 660.750 2. 10.000 – 14.999 21 68,3 123,1 1.538.750 3. 15.000 – 20.000 1 12,5 22,5 393.750 Total MT II 35 129,7 233,7 2.593.250 Total Satu Tahun 4.078.625 Ket: a Jumlah sampel dari petani pemakai air b Jumlah luas lahan populasi petani pemakai air P3A Rumus: c Luas lahan populasi x titik tengah WTP Berdasarkan Tabel 22 ditunjukkan bahwa hasil perhitungan WTP total populasi petani pemakai air dengan menggunakan rumus 4 sebesar Rp 1.485.375 pada MT I, dan Rp 2.593.250 pada MT II, sedangkan WTP total dalam satu tahun senilai Rp 4.078.625. Total WTP petani pemakai air di atas iuran irigasi yang berlaku saat ini atau surplus konsumen ini sebenarnya merupakan potensi pembiayaan yang masih dapat digali untuk peningkatan pelayanan irigasi.